Adakah Anda Masih Rabun dan Tuli Rohani?
Ringkasan Khotbah
Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Nats: Markus 7:31-37, 8:22-26
Hari ini saya ingin menggabungkan dua peristiwa mujizat Tuhan Yesus, yang pertama mujizat kesembuhan dari seorang yang tuli-gagap dalam Markus 7:31-37 dan yang ke dua mujizat kesembuhan dari seorang buta dalam Markus 8:22-26. Kenapa? Hal yang pertama kita bisa lihat inilah dua peristiwa mujizat yang hanya dicatat oleh Injil Markus dan tidak dicatat oleh Injil-Injil yang lain. Hal yang ke dua, ini adalah peristiwa mujizat yang melibatkan “air ludah” Tuhan Yesus. Hal yang ke tiga, inilah dua mujizat yang sangat unik luar biasa karena melibatkan proses di dalam mujizat itu terjadi. Ada sesuatu yang masih belum jelas di dalam pendengaran orang tuli itu dan ada sesuatu penglihatan yang masih kabur dari orang buta itu sehingga Yesus perlu melakukan dua kali proses penyembuhan kepada mereka. Kita percaya tentu Yesus mempunyai tujuan tertentu dengan melakukan proses mujizat seperti ini. Ia adalah Tuhan yang maha kuasa. Kita menemukan begitu banyak kisah mujizat yang dicatat oleh ke empat Injil dimana peristiwa itu terjadi secara instant, tidak perlu memerlukan tangan ataupun air ludah Tuhan Yesus; hanya dengan ucapan-Nya saja mujizat itu terjadi. Maka kita tidak boleh melalaikan pesan Tuhan Yesus yang sangat penting di sini.
Jelas sekali Markus mencatat dua peristiwa mujizat ini bukan karena mujizat itu sendiri tetapi di balik daripada dua mujizat ini ada makna spiritual yang ingin disampaikan. Mari kita mulai dengan pertanyaan ini: mengapa yang Markus catat adalah mujizat penyembuhan kepada orang tuli dan buta? Kita bisa lihat ketika Yohanes Pembaptis di dalam penjara mulai meragukan tentang Yesus dan mengirim muridnya untuk bertanya: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Lukas 7:20-23). Melalui peristiwa Yesus melakukan kesembuhan kepada orang tuli dan orang buta ini merujuk kepada apa yang Allah telah janjikan dalam Perjanjian Lama, bahwa inilah saat penggenapan dari janji Allah itu, Mesias itu sudah datang.
Minggu lalu kita melihat Yesus memberikan kesembuhan kepada anak dari Perempuan Siro-Fenisia dan di situ Yesus secara implisit mengatakan bahwa misi-Nya pertama- tama adalah untuk orang Yahudi, baru kemudian kepada bangsa-bangsa lain. Setelah itu Yesus kemudian kembali ke daerah Dekapolis. Dekapolis, yang dalam bahasa Yunani berarti “Sepuluh Kota” [deka = sepuluh, polis = kota], satu wilayah orang Yunani atau wilayah orang yang hidup dengan kultur Yunani [Helenisasi]. Dalam Markus 5:1-20 Yesus pernah pergi ke Dekapolis dimana Ia mengusir roh-roh jahat dari seorang yang kerasukan di daerah Gerasa, kemudian roh-roh jahat itu masuk ke dalam dua ribu ekor babi, dan babi-babi itu jatuh ke dalam jurang. Orang-orang di situ sangat kaget dan marah dan mengusir Yesus pergi dari situ. Namun setelah Yesus pergi dari situ, orang yang sudah dilepaskan dari roh jahat itu mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi terbuka dan memahami bahwa Yesus adalah seseorang yang begitu berkuasa dan bisa melepaskan mereka dari kesusahan dan penderitaan mereka. Sehingga pada waktu mereka mendengar bahwa Yesus datang ke situ, maka orang-orang kemudian datang mencari Yesus. Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Ada dua kata yang sangat unik dipakai oleh Markus di dalam bagian ini. Kata yang pertama adalah orang itu tuli dan gagap (Markus 7:32). Dia mempunyai kesulitan berbicara [speech difficulty]. Ada suara yang keluar dari mulutnya tetapi itu kata-kata yang tidak bisa dimengerti oleh sebab bisa jadi dia tidak tuli total, tetapi yang dia dengar hanya suara-suara yang bising, sehingga yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata yang bising juga. Kata “gagap” dalam bahasa Yunani: mogilalos, satu-satunya kali dipakai di Perjanjian Baru dan tidak muncul di tempat lain. Kata yang sama ini juga hanya muncul satu kali di dalam Alkitab Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani Septuaginta yaitu Yesaya 35:4-6. Maka kita bisa melihat ada intention dari Markus pada saat dia memakai kata yang mengacu kepada nubuatan Yesaya ini. Jelas di dalam Perjanjian Lama mujizat Allah memperbaiki telinga orang dan membuka mata mereka tidak hanya sekedar sebagai sebuah kesembuhan secara fisik belaka, tetapi itu bicara mengenai kondisi spiritual mereka. Kata yang ke dua muncul dalam Markus 7:34 “Sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas,” dalam terjemahan bahasa Inggris mengatakan: Jesus sighed, yang kemudian diterjemahkan oleh Alkitab Terjemahan Baru edisi 2: Yesus mendesah. Kata ini juga bisa mengacu kepada sebuah kesedihan hati yang mendalam. Kata yang dipakai [stenaso] dan kata yang sama ini juga muncul dalam Yesaya 35:10 “Dan orang-orang yang dibebaskan TUHAN akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh.” Dalam Wahyu 21:4 dikatakan, “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” Penggunaan kata itu mengajak kita kepada sebuah janji Mesianik yang indah di dalam Yesaya 35, Tuhan akan datang dan akan memberikan sebuah ciptaan yang baru dimana keluh kesah karena dosa dan penderitaan itu akan dihapuskan. Tidak ada lagi cacat dan sakit penyakit, tidak ada lagi air mata, penderitaan, ketidak-adilan, dan kematian. Sebagaimana yang dikatakan oleh Roma 8:22-23 “Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.” Kita berkeluh- kesah karena sekalipun kita berusaha melakukan apa yang baik, ketidak-adilan terjadi. Sekalipun kita sungguh-sungguh ingin ikut Tuhan, ada penderitaan yang kita alami. Maka janji Mesianik ini indah luar biasa. Yesus bukan sekedar mengangkat sakit penyakit dan penderitaan dari diri seseorang tetapi satu kali kelak Dia akan memulihkan seluruh alam semesta ini.
Yang ke tiga, mengapa bagian ini betul-betul menyatakan kepada kita komparasi antara penciptaan [creation] dan [new creation]. Lihat respon dari orang-orang yang menyaksikan mujizat itu dengan takjub, "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata" (Markus 7:37) dan bandingkan dengan kalimat dari Kejadian 1:31 “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.”
Maka ketika Yesus melihat orang yang tuli dan gagap ini, Yesus melakukan bahasa isyarat [sign language] untuk menyatakan Yesus ingin melakukan sesuatu kepada diauntuk menyembuhkan dia. Yesus memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Mungkin sdr bertanya-tanya kepada Yesus perlu meludah? Apakah itu bukan sebuah penghinaan? Seorang penafsir memberikan latar belakang yang menarik. Ternyata ada kepercayaan di jaman itu bahwa air ludah bisa menyembuhkan, sehingga Yesus meludah itu tidak dianggap sebagai sebuah penghinaan. Kenapa Yesus melakukan itu? Yesus menunjukkan Ia melakukan sesuatu dan ada sesuatu keluar dari diri-Nya yang akan membuat orang itu sembuh.
Kita perlu belajar melalui peristiwa ini bukan saja tahu siapa Yesus tetapi tahu bagaimana model pelayanan Yesus yang juga harus menjadi sikap kita. Markus mengatakan Yesus memegang dan membimbing tangan dua orang itu. Ini adalah sesuatu ekspresi care, kasih yang sungguh dan keintiman dan kedekatan. Di dalam pelayanan gerejawi kadang kita melupakan orang-orang yang seperti ini. Kita lebih memperhatikan orang-orang yang kita rasa mendatangkan benefit bagi pelayanan. Sampailah kita kepada peristiwa ke dua Yesus menyembuhkan seorang yang buta. Sama seperti penyembuhan yang pertama, ada makna teologis yang Yesus ingin sampaikan melalui peristiwa kesembuhan orang buta ini. Yesus meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas.
Jawaban orang ini menyatakan sesuatu yang unik. Ingatkan, dia adalah seorang buta, yang sebelum itu tidak pernah melihat apa-apa. Maka ketika Yesus bertanya kepadanya, "Sudahkah kaulihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Ini menunjukkan dia mengira dia sudah sembuh dan sudah bisa melihat, padahal penglihatannya masih jauh dari sempurna. Dan itu adalah berbahaya karena penglihatannya sangat tidak jelas.
Dalam Markus 8:12 kata “mendesah” muncul untuk kedua kali. Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." Sesudah peristiwa mujizat Yesus memberi makan empat ribu orang dengan tujuh potong roti dan beberapa ekor ikan, orang-orang Farisi datang dan bersoal jawab dengan Yesus. Mereka masih menuntut mujizat kesaksian yang lebih banyak lagi sebagai pembuktian untuk memuaskan mereka. Yesus mengeluh. Tetapi berbeda dengan keluhan yang pertama yang adalah keluhan simpati kepada problem dosa dan penderitaan kita, keluhan yang ke dua ini adalah keluhan kemarahan, kenapa sampai pada titik ini, orang-orang ini masih belum mengerti? Mereka sudah mendengar akan berita firman Tuhan itu, nabi-nabi mereka sudah berulang-ulang memberitakannya. Dan dalam Markus 8:17-18, ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar?” Dua mujizat ini menjadi “sandwiches” dari problem ini. Mereka sudah mendengar begitu banyak firman Tuhan, tetapi tetap saja mereka tidak faham dan tidak bisa mengerti semua ini. Maka apa implikasi dari firman Tuhan pada hari ini, bagaimana kita menerapkannya? Pertama, pada waktu sdr mendengarkan kata “kesembuhan” [healing], apa yang sdrharapkan dari Tuhan? Pada waktu kita berdoa meminta kesembuhan, apa sebetulnya yang kita inginkan? Apa makna kesembuhan itu bagi kita? Bagi Yesus, kesembuhan dari sakit fisik bukan tujuan akhir. Tetapi kisah ini memperlihatkan kepada kita betapa perlu proses yang panjang untuk merubah telinga kita secara rohani mendengar kepada Dia. Betapa perlu proses yang panjang untuk membuat kita bisa melihat apa visi Tuhan, apa maunya Tuhan dan kerinduan bagi pekerjaan Tuhan. Kita patut merenungkan pertanyaan Yesus kepada murid-murid: Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar?” Yesus ingin mengajak kita melihat sebuah kedalaman makna kesembuhan yang perlu bagi kita semua. Tulinya kita kepada hal yang spiritual dan mata kita yang rabun melihat visi Tuhan dalam hidup kita. Kita perlu kesembuhan itu. Relakah kita menerima ludah itu dengan rendah hati karena itulah yang menjadi keinginan Dia bagi kita. Kita kadang-kadang gagap untuk bersaksi, gagap untuk bersyukur, sebab pendengaran kita bising mendengarkan hal-hal yang lain. Kita gagap untuk menyampaikan siapa Yesus itu, bersyukur dan memuji Dia. Kita “mogilalos.” Kenapa? Karena telinga kita perlu dibukakan. Bagaimana komitmen kita, kecintaan kita kepada pelayanan, mari kita bereskan. Terlalu banyak pe-er dan hambatan-hambatan yang harus kita kerjakan dan lakukan. Kita memang tidak tuli total, kita memang tidak buta total, tetapi kita perlu kesembuhan dari Tuhan. Yang ke dua, kisah ini mengingatkan kita, selama kita masih hidup di dalam dunia ini, kita pun tidak lepas dari kesusahan dan kesulitan, sakit dan penderitaan. Ada hal-hal yang masih kita alami sama seperti orang-orang yang lain. Bisa jadi proses kesembuhan yang Tuhan beri kepada kita perlu melewati proses yang panjang. Tidak berarti Tuhan kita tidak berkuasa untuk melakukannya secara instant tetapi jika kita perlu melewati proses itu, Ia ingin kita bisa bersandar penuh dan belajar bertumbuh dewasa di dalamnya.
Yang ke tiga, bagaimana kita boleh mengaplikasikan ini ke dalam kehidupan gerejawi kita? Mari kita bawa keluh kesah Yesus ini untuk mengingatkan kita, pada waktu kita berdiri di situ menyaksikan semua yang Ia lakukan, mari kita minta Tuhan memberi kita visi dan pengertian apa yang Ia mau kerjakan dan lakukan dalam hidup kita dan bagi pelayanan gereja kita. Apakah sampai saat ini kita juga memiliki mata yang buta dan rabun, kita tidak sungguh-sungguh melihat dengan jelas apa yang Tuhan inginkan di dalam Amanat Agung-Nya, pekerjaan dan pelayanan gereja kita, apa yang kita perlu berbagian di dalamnya untuk kita kerjakan dan lakukan. Sebagai gembalamu, saya juga ingin menyatakan sebuah groaning, sebuah keinginan, ketika sdr bertanya, apa yang saya lihat, apa yang saya mau kita kerjakan sama-sama di masa yang akan datang. Saya melihat Tuhan menyediakan sebuah masa depan yang cerah di dalam pelayanan gereja kita, tetapi pelayanan itu penuh dengan peperangan dan perjuangan yang patut kita menyambut semua hambatan-hambatan yang ada di situ. Indah sekali sebuah gereja yang kecil, karena di situ kita bisa memiliki sebuah relasi dan interaksi yang luar biasa. Di situ kita bisa otentik melayani bersama-sama. Kita mempunyai panggilan dari Tuhan, kepercayaan yang Tuhan beri kepada kita untuk membawa anak-anak kita sebagai buah-buah yang di bawah yang Tuhan sudah sediakan, baru sesudah itu pasti ada buah-buah yang di atas. Tetapi jangan kita terbalik, jangan kita terus menunggu mengharapkan buah-buah yang di atas akhirnya kita mengabaikan buah-buah yang di bawah. Panggilan saya, mari kita jalankan apa yang bisa kita jalankan dengan baik. Kiranya firman Tuhan ini mengingatkan sekali lagi kita butuh Tuhan menyembuhkankebutaan dan pendengaran tuli rohani kita sehingga kita melihat dengan jelas apa yang telah Tuhan kerjakan dalam hidup kita dan apa yang menjadi panggilan-Nya bagi setiap kita.(kz)