Doktrin Pilihan: Berkat Sorgawi Bagimu

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Efesus 1:3-4

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya” (Efesus 1:3-4).

Surat Efesus Paulus tuliskan dimulai dengan berkat Allah yang luar biasa indahnya Paulus buka lembar demi lembar begitu kayanya segala berkat surgawi yang Allah berikan kepada kita. Berkat itu bukan bicara semata-mata akan berkat kita alami di dalam hidup kita yang sekarang. Dari ayat ini Paulus menarik jauh ke belakang kepada kekekalan. Allah kita itu kekal; Alfa sampai Omega berada di dalam tanganNya. Sehingga kita akan melihat apa yang terjadi dalam hidup kita berangkat dari rencana Allah di dalam kekekalan. Dalam Efesus 1:3-4 Paulus bicara mengenai keselamatan kita semata-mata adalah kasih karunia Allah, yang di dalam kedaulatan dan kehendakNya Ia lakukan dengan tindakan Allah memilih kita; Allah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita boleh hidup kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Inilah yang kita pahami sebagai Doktrin Pilihan.

Di dalam pengajaran akan Doktrin Pilihan di sepanjang sejarah Gereja pertanyaan yang muncul adalah: Apa dasar Allah memilih seseorang untuk menerima keselamatan? Paling tidak kita akan menemukan tiga garis besar pengajaran. Saya sebenarnya berusaha menghindarkan kata “Calvinis, Arminian” sebab bisa jadi sebenarnya sdr tidak mengerti pengajaran mereka dan sdr tidak tahu siapa mereka, tetapi konsepsi kita sebagai orang Kristen mungkin jatuh kepada salah satu daripada tiga pandangan itu walaupun kita tidak pernah membaca atau mempelajari pengajaran mereka.

Pandangan yang pertama: Allah memilih seseorang berdasarkan perbuatan baik orang itu. Jadi keselamatan itu semata-mata secara bebas orang itu mau percaya kepada Tuhan, orang itu melakukan sesuatu yang baik, oleh karena itu maka Allah memilih dia. Jadi pandangan ini tetap percaya bahwa Allah memilih tetapi pemilihan itu berdasarkan kebebasan orang itu pilih Tuhan. Pandangan yang ke dua: Bukan pada diri orang itu tetapi pada pihak Allah sebab Allahlah yang mengatur dan merencanakan keselamatan. Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan tetapi pilihan Allah itu berdasarkan pengetahuan Allah yang kekal yang nanti tahu bahwa orang itu akan percaya dan memilih Tuhan. Jadi Allah pilih karena Allah tahu nantinya orang itu akan percaya kepada Dia. Sekalipun orang itu belum exist tetapi karena pengetahuan Allah itu tidak terbatas oleh ruang dan waktu, Allah tahu bahwa orang itu nantinya akan percaya kepada Dia. Dengan demikian berarti Arminian memasukkan unsur kebebasan manusia di dalam syarat Tuhan memilih kita. Inilah pandangan kelompok Arminian, God elects on basis of foreseen faith.

Pandangan yang ke tiga yang biasa disebut sebagai pandangan Reformed atau pandangan dari Calvinis demikian: Allah memilih berdasarkan kebaikanNya semata-mata dari pihak Allah; tidak ada syarat, jasa, kebaikan, atau apapun yang ada pada diri kita; termasuk pada waktu kita bisa berespon dengan pertobatan dan iman percaya kepada Tuhan, itupun juga adalah pekerjaan Allah dalam diri kita yang oleh Roh Kudus memampukan kita bisa berespon dengan iman dan bertobat kepadaNya.

Yesus Kristus sendiri berkata dalam Yohanes 6:35-37, “Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.” Perhatikan beberapa hal di sini. Barangsiapa datang, artinya: orang itu berinisiatif dan percaya yang dinyatakan dengan mengaku, bertobat dan datang kepada Yesus. Ke dua, di ayat 36 lalu Yesus teruskan: tetapi ada orang yang tidak mau percaya kepadaNya sekalipun mereka melihat perbuatan mujizatNya, mendengarkan pengajaranNya. Di dalam kebebasan mereka, di dalam pemberontakan mereka, mereka tidak mau percaya. Dan ayat 37 Yesus lanjutkan dengan kalimat ini: Tetapi semua orang yang diberikan Bapa kepadaNya akan datang kepada Yesus dan Yesus tidak menolak dan membuang orang-orang itu. Tidak ada yang terhilang, itu sebab mereka datang kepada Yesus. Tidak ada yang terhilang, karena orang-orang itu diberikan oleh Bapa kepada Yesus. Dua kalimat ini tidak boleh kita kontraskan karena dua kalimat ini adalah pengajaran dari Yesus Kristus sendiri dan kita harus memberitahukannya, mengajarkannya dan menyampaikannya. Maka Doktrin Pilihan tidak boleh dikontraskan dengan Kehendak Bebas [free will] daripada manusia.

Di dalam Efesus 1:9 Paulus berkata, “Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendakNya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaanNya yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkanNya di dalam Kristus.” He made known to us the mystery of His will according to His good pleasure which He purposed in Christ. Yang menjadi pertanyaan kita adalah bagaimana kita memahami akan kalimat yang misteri ini: Allah adalah Allah yang berdaulat; di dalam kedaulatanNya Ia menarik engkau datang kepada Yesus. Dengan demikian kita tidak boleh balikkan berarti saya datang terlebih dahulu kepada Tuhan maka baru Tuhan menyambut saya. Tidak. Alkitab mengatakan Allahlah yang bekerja terlebih dahulu. Tetapi kalau Allah yang terlebih dahulu bekerja membuka hati saya sehingga saya bisa datang kepadaNya, apakah sungguh 100% itu adalah keputusan kita untuk percaya kepadaNya? Sudah tentu! Pada waktu kita datang kepadaNya, kita datang dengan kesadaran penuh 100%. Bagaimana kaitannya Allah itu berdaulat 100% tetapi Ia tidak menghilangkan kehendak bebasmu untuk datang kepada Dia? Paulus bicara, di sinilah Allah membuka misteri keselamatan, inilah rahasia yang Allah nyatakan kepada kita, bahwa semua yang Ia kerjakan di dalam rencana keselamatan berdasarkan kerelaanNya [according to His good pleasures]. Sampai kepada Efesus pasal 2 Paulus kemudian mendeklarasikan dengan jelas semua, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah; itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9). For it is by grace you have been saved through faith – and this is not from yourself, it is the gift of God – not by works so that no one can boast.

Pada waktu kita membaca bagian ini, mari kita menaruh satu perspektif yang luar biasa indah karena Paulus memulai suratnya ini dengan satu seruan pujian: Praise be to the God and Father of our Lord Jesus Christ, who has blessed us in the heavenly realms with every spiritual blessing in Christ! Karena kita mengenal Yesus Kristus yang membuat kita bisa mengenal siapa Allah yang sejati itu. Dan pengenalan kita akan Allah itu akan membuat kita bisa mengetahui apa yang Ia kerjakan di dalam Yesus Kristus. “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga.” Puji Tuhan! Ayat ini mengatakan segala kelimpahan kekayaan itu bukan nanti Ia berikan, tetapi kita sudah mendapatkan semua berkat rohani itu. Kita akan mulai satu persatu membahas what kind of blessing yang Tuhan kasih supaya kita boleh menjadi anak-anak Tuhan yang menjalankan hidup ini dengan hati yang indah dan solid, penuh dengan kekayaan, penuh dengan kestabilan karena engkau memiliki satu kekayaan yang tidak akan hilang dari hidupmu, fondasinya dimulai dengan Allah memilih engkau; nanti dilanjutkan dengan Allah mengadopsi kita menjadi anakNya, Allah menebus, mengampuni dosa, membuat kita bisa percaya dan menerima keselamatan dalam Kristus. Itu semua adalah lembar demi lembar kekayaan rohani yang diberikan Allah kepada kita.

Efesus 1:3-14 dalam bahasa Yunaninya ditulis dalam satu kalimat panjang terdiri dari 202 kata; yang para penafsir ketika membaca kalimat ini mengatakan ini adalah satu summary atau extract hidup kita dari kekekalan yang diringkaskan dalam Efesus 1:3-14 dari awal sampai akhir dan menjadi satu ucapan syukur Paulus yang tidak berhenti, sehingga tidak ada titik komanya, dan dia mulai dari awal dan akhir dengan pujian kepada Allah “Praise be to God” dan “to God be the glory.” Apa yang kita terima ini jangan membuat kita menjadi congkak, jangan membuat kita menjadi arrogant karena kita adalah orang pilihan Tuhan dan jangan membuat kita menjadi orang Kristen yang malas tetapi memahami semua ini membuat kita tunduk dan hormat kepada Allah dan sepanjang hidup kita boleh memuji dan membesarkan nama Tuhan selama-lamanya. Puji Tuhan! Allah merencanakan keselamatan itu bukan mendadak, bukan tanpa rencana, dan Allah mengatur semua itu dalam hidup kita di dalam kekekalan dan itu semua seharusnya boleh membuat kita menjadi anak Tuhan yang stabil, yang tenang, teduh, karena kita tahu fondasi hidup kita di dalam rencana Allah; bukan di dalam apa yang kita alami dan jalani hari-hari ini. Kalau kita hanya menilai hidup kita dari apa yang kita alami, kita senantiasa akan penuh dengan kebimbangan, ketakutan, penuh dengan iri hati dan dengki membandingkan dengan orang Kristen yang lain seolah-olah Allah itu lebih baik dan lebih sayang kepada mereka.

Ada 4 objeksi yang saya ingin ajak sdr melihat bagaimana penjelasannya, sehingga kita bisa mengerti sepenuhnya hal mengenai pemilihan Allah kepada kita. Yang pertama: apakah Doktrin Pilihan menunjukkan Allah tidak adil? Yang ke dua: apakah Doktrin Pilihan menunjukkan Allah memperlakukan manusia semena-mena dengan seenaknya? Yang ke tiga: apakah Doktrin Pilihan membuat orang Kristen hidup dengan sembarangan karena Allah sudah pilih, sekali selamat tetap selamat? Yang ke empat: apakah Doktrin Pilihan membuat orang Kristen malas mengabarkan Injil? Inilah objeksi terhadap Doktrin Pilihan yang sering dimunculkan.

Pada waktu kita membaca Alkitab, kita akan melihat dengan jelas tidak ada unsur dan jasa dari pihak manusia dan itu adalah inisiatif dan keputusan Allah semata-mata. Allah memilih Yakub semasih dalam kandungan sebelum hidupnya ada dan reaksi yang sama terjadi dalam Roma 9:11 “Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan bukan berdasarkan perbuatan tetapi berdasarkan panggilanNya” membuat orang bereaksi dan bertanya: Jika demikian, apakah Allah tidak adil? (ayat 14) dan selanjutnya “Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’ Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah (ayat 15-16), maka muncul reaksi ke dua: Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya, sebab siapa yang menentang kehendakNya (ayat 19) artinya Allah berbuat terserah dan sekehendak hatiNya, kita tidak bisa apa-apa, bukan? Berarti kita menuduh Allah semena-mena. Itu dua reaksi yang muncul. Allah tidak adil? Jawaban firman Tuhan: Allah memilih engkau tidak berdasarkan tuntutan keadilanNya, sebab kalau berdasarkan tuntutan keadilan yaitu Allah memberikan seturut dengan apa yang berhak kita dapat, maka tuntutan keadilan Allah yang patut kita terima semua kita patut dimurkai Allah. Kalau itu berdasarkan perbuatanmu dan pemberontakanmu maka berdasarkan keadilan Allah, tidak ada satu pun di antara kita yang bisa dibenarkan dan diselamatkan; kita hanya bisa menerima seturut dengan apa yang berhak kita dapat, yang patut kita terima yaitu penghukumanNya. Itu sebab keselamatan itu terjadi oleh karena Allah telah menaruh belas kasihan kepada kita. Kata ‘belas kasihan’ atau mercy itu berarti Allah berbelas-kasihan kepada kita sehingga Ia tidak menimpakan apa yang sepatutnya kita terima; kita yang patut dihukum, Allah tidak memberikan hukuman itu kepada kita. Tetapi apakah berarti Tuhan menghapus hukumanNya? Tidak. Alkitab memberitahukan kepada kita hukuman itu Ia tanggungkan kepada AnakNya Yesus Kristus. Di atas kayu salib Yesus menanggung penghukuman yang sebetulnya adalah penghukuman atas pelanggaran dan dosa kita. Di situlah kemurahan Allah nyata diberikan kepada setiap kita yang percaya dan yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Sehingga bicara soal Pilihan bukan mempertanyakan soal Allah tidak adil. Allah itu adil, keadilanNya tidak dijatuhkan kepada kita. KeadilanNya dijatuhkan kepada Kristus; kemurahanNya diberikan kepada kita. Itulah sebabnya kenapa Paulus mengatakan Yesus Kristus hidup dan oleh karena hidupNya Ia bisa menanggung kita punya kematian supaya oleh kematian Kristus kita boleh memperoleh hidup yang kekal. Itu yang namanya substitusi, penggantian. Allah tidak tutup mata terhadap keadilanNya; tetapi keadilanNya diberikan kepada Yesus Kristus.

Yang ke dua, orang mungkin keberatan dan mengatakan tidak terima Doktrin Pilihan karena itu berarti manusia tidak mempunyai kehendak bebas; manusia seolah-olah tidak bebas datang kepada Tuhan. Allah itu bersandiwara membuatmu bisa percaya Tuhan padahal Dia sendiri yang membuatmu percaya kepadaNya. Kalau begitu kepercayaan kita kepada Dia bukan 100% sungguh-sungguh datang dari diri kita dan kehendak kita sendiri. Dalam hal ini ada dua jawaban. Pertama, banyak orang keliru mendefinisikan apa itu kehendak bebas [free will]. Kalau kita mendefinisikan kehendak bebas itu sebagai bebas sebebas-bebasnya tidak boleh ada suatu kuasa apapun yang bisa menahan, di situ kita salah mengerti konsep kehendak bebas seperti itu sebab kebebasan yang Tuhan berikan adalah kebebasan sebagai mahluk hidup yang dicipta olehNya. Tetapi pada waktu Ia mencipta kita, Ia memberikan sebuah kebebasan yang misteri luar biasa, kebebasan itu bisa menjadi kebebasan yang memberontak kepada Dia, tetapi kebebasan itu bukan kebebasan yang membuat Allah tidak bisa berbuat apa-apa kepada kita. Kebebasan manusia bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya sampai Tuhan pun tidak bisa berbuat apa-apa kepadaku. Kita tidak bisa mendefinisikan kebebasan seperti itu karena kebebasan yang seperti itu hanya milik sang Pencipta, bukan kebebasan milik kita. Setelah manusia jatuh dalam dosa, inilah pengertian Alkitab yang penting: we are free to do good but we are not able to do good. Alkitab jelas mengatakan: lakukan kebaikan, berbuat baik, datang dan bertobat kepada Tuhan. Tetapi kita tidak punya kemampuan untuk melakukan semua itu, sebab di dalam keberdosaan kita, kita hanya bisa mengarahkan kebebasan kita adalah kebebasan untuk melawan dan memberontak kepada Tuhan. Itulah sebabnya Allah membuka mata kita supaya bisa melihat Dia. Tuhan menarik kita sehingga kita bisa percaya kepadaNya.

Secara pengalaman, tidak ada di antara kita yang merasa dipaksa oleh Tuhan pada waktu kita mengaku percaya kepada Tuhan, bukan? Tidak ada. Kita datang kepadaNya dengan freely, Kita datang sepenuhnya dengan kesadaran kita, dengan kehendak kita, kemauan kita dengan sungguh, dengan cucuran air mata berdoa dan mengaku dosa-dosa kita di hadapan Tuhan. Kita akan berkata: Tuhan, terima kasih, saya bisa datang kepadaMu karena Engkau memanggil aku. Kalau bukan Engkau yang merubah hatiku, aku tidak dapat datang kepadaMu. Aku datang tersungkur di hadapanMu karena aku tidak layak menerima kasihMu tetapi terima kasih Tuhan, karena Engkau menerima aku apa adanya. Doa pertobatan kita selalu akan menjadi doa yang Teosentris.

Ke tiga, apakah dengan Doktrin Pilihan orang Kristen akan menjalani hidup dengan etika moral yang semena-mena karena percaya sekali selamat tetap selamat, maka tidak peduli kelakuan dan perbuatan kita, itu tidak akan berefek kepada keselamatan kita? Kalau itu yang terjadi, jelas orang itu salah mengerti Doktrin Pilihan dan orang itu belum pernah mengalami transformasi keselamatan dalam Tuhan. Efesus 1:4 mengatakan, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya.” Pekerjaan Allah dalam pilihan itu pasti akan mendatangkan transformasi hidup yaitu supaya kita kudus dan tidak bercacat di hadapan Tuhan. Doktrin Pilihan justru akan membuat orang itu hidup sungguh nyata dan berkilau dan terbukti Allah sungguh memilih dia dan dia akan menjadi anak Tuhan yang hidupnya suci dan kudus dan tidak bercacat di hadapan Allah. Itulah tujuan daripada keselamatan kita. Tidak akan mungkin Doktrin Pilihan membuat orang itu menjadi orang yang sembarangan di dalam hidupnya.

Yang ke empat, apakah Doktrin Pilihan akan melemahkan semangat orang Kristen untuk menginjili? Tidak. Kisah Rasul 18:9-10 mencatat: Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: “Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorang pun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umatKu di kota ini.” Justru Doktrin Pilihan akan memberikan konfidensi dan dorongan kepada kita bahwa apa yang kita kerjakan dan lakukan tidak akan pernah pulang dengan sia-sia. Justru Doktrin Pilihan akan membuat kita rendah hati bersandar kepada Tuhan, menyadari bukan karena kehebatan saya berlogika, bukan karena kemampuan retorik dan postur wajah dan rupa saya yang membuat orang percaya dan bertobat tetapi karena Tuhan yang merubah hati orang. Pada saat yang sama ketika Paulus mengalami kesusahan setengah mati berkhotbah tidak ada orang yang percaya, Doktrin Pilihan justru menjadi penghiburan karena firman Tuhan mengatakan ada umat pilihan Tuhan itu menjadi pendorong kita melayani karena kita percaya pasti ada buahnya. Doktrin Pilihan juga akan menjadi penghiburan yang luar biasa ketika kita lemah dan kurang, kita tahu Allah bekerja dan menyertai kita. Itulah sebabnya dengan demikian kita akan senantiasa melayani dengan rendah hati, menyadari kalau bukan Tuhan yang bekerja dan mengubah hati orang, tidak ada satu pun orang bisa percaya dan selamat.

Kiranya hari ini hati kita dibawa kepada rasa syukur, hormat, respek dan menghargai kemurahan Tuhan kepada kita oleh karena apa yang telah Ia kerjakan di dalam hidup kita terlalu ajaib untuk kita pahami. Allah menjadikan kita milik kepunyaanNya; Allah membawa kita bisa menerima dan percaya kepada Yesus Kristus. Kita boleh mendapatkan penebusan dan pengampunan dosa melalui darah Yesus yang dicurahkan menggantikan kita yang sepatutnya binasa. Allah mengangkat kita menjadi anak-anakNya dan mengasihi kita dengan kasih yang kekal. Allah memberikan Roh Kudus tinggal dalam diri kita sebagai harta yang indah yang mengingatkan kita satu kali kelak kami akan menerima segala janji dan berkat rohani itu sepenuhnya. Kiranya semua ini menjadikan kita menjalani hidup ini dengan limpah, kaya, penuh dengan syukur dan memuliakan Dia selamanya.(kz)

Previous
Previous

Why have You chosen Me?

Next
Next

01. Menjadi ‘Man of God’ yang Sejati