Why have You chosen Me?

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Efesus 1:3-6

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya” (Efesus 1:3-6).

Efesus 1:3-6 ini adalah bagian yang sangat jelas bicara mengenai dari awal sampai akhir perjalanan hidup kita yang walaupun sementara di atas muka bumi ini adalah satu perjalanan di dalam karya dan rencana Allah yang begitu agung dan mulia adanya. Bukan itu saja, bagian ini juga memberitahukan kepada kita, kita akan memiliki segala kekayaan surgawi di dalam Yesus Kristus. Hari ini kita akan melihat dua point penting dari Efesus 1:3-6. Yang pertama adalah: apa yang menjadi dasar Allah memilih kita dan yang ke dua adalah: apa yang menjadi tujuan dan hasil dari pemilihan itu pada hidup kita.
Apa dasarnya Allah memilih kita? Ada 3 point yang jelas sekali di bagian ini menjadi dasar Allah memilih kita. Yang pertama, di ayat 4, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Pemilihan Allah itu terjadi sebelum dunia dijadikan; di situ bicara mengenai kekekalan, dimana tidak ada dimensi ruang dan waktu. Allah kita kekal, sehingga apa yang Ia kerjakan adalah terjadi sekaligus di dalam kekekalan, tidak ada awal dan akhir, karena tidak ada urutan waktu di situ. Tidak ada hal yang di luar daripada pengetahuan, kehendak dan rencanaNya. Itulah Allah kita yang adil dan berdaulat yang kita sembah. Ia menciptakan engkau dan saya memiliki kehendak, bahkan kehendak yang bisa memberontak dan melawan Dia. Namun kebebasan itu tidak berarti kita bisa liar, lepas dari kedaulatanNya. Di dalam kedaulatanNya itu Ia sanggup membawa apa yang menjadi pemberontakan dan perlawanan dari manusia dan ketidak-taatan manusia menuju kepada apa yang menjadi tujuan daripada Allah. Karena itu kita bisa membaca dan mengamini Kejadian 50:20, ketika Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan.” Kita mengamini pengakuan Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Dalam segala sesuatu, berarti hal yang baik atau hal yang jahat, Allah bekerja mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Di situ menyatakan Allah punya kontrol atas kehendak bebas kita. Yang menjadi misteri adalah kita tahu Allah mengatur, kita tahu Allah mengontrol, kita tahu Ia mengarahkan segala sesuatu di dalam kedaulatanNya tetapi kita tidak merasa bahwa kita diciptakan sebagai robot. Kita tidak merasa bahwa kita sedang dipaksa untuk mengambil sebuah keputusan yang kita tidak mau. Tetapi pada saat yang sama, ketika kita datang kepada Tuhan dengan kehendak bebas untuk menerima dan untuk percaya Tuhan, bahkan untuk mengambil keputusan menjadi hamba Tuhan atau mengambil keputusan menjadi misionari waktu kita datang berlutut di hadapan Tuhan, di situ kita tidak pernah mengatakan itu adalah sepenuhnya kemauan dan keputusan kita; kita selalu akan mengatakan itu adalah Tuhan yang menarik saya, karena Tuhan membuka mata saya. Kalau bukan Tuhan yang bekerja dan mendatangkan itu, saya tidak mungkin datang kepadaNya.
Point pertama, pilihan itu terjadi di dalam kekekalan. Di situ berarti rencana Allah mencipta, rencana Allah yang mengijinkan kejatuhan, rencana Allah memilih kita, rencana Allah yang pada akhirnya nanti, semuanya terjadi di dalam kekekalan. Dalam teologi muncul istilah “Supralapsarian,” dan “Infralapsarian.” Supralapsarian mengatakan urutannya seperti ini: di dalam kekekalan Allah memilih dulu, lalu kemudian mencipta, lalu Allah mengijinkan manusia jatuh ke dalam dosa, lalu kemudian Allah merencanakan anugerah keselamatan itu dilaksanakan dengan orang datang beriman, bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Jadi keputusan Allah untuk memilih mendahului kejatuhan daripada manusia. Infralapsarian mengatakan keputusan Allah memilih dengan telah memikirkan bahwa engkau telah berada dalam posisi telah jatuh, sehingga urutannya adalah Allah mencipta, lalu kemudian manusia jatuh, lalu kemudian Allah memilih, lalu kemudian anugerah Allah tiba bagi mereka yang beriman dan bertekun sampai akhir. Sebetulnya mencari tahu apa urutannya di dalam pikiran Allah di dalam kekekalan ini sesuatu yang sangat obscure sekali, kita tidak bisa tahu. Kenapa? Karena bagaimanapun kalau kita mengurut sesuatu, urutan itu pasti berdasarkan kronologi waktu. Kita tidak bisa mendapatkan pemahaman bagaimana kronologi itu di dalam kekekalan. Sehingga pada waktu firman Tuhan mengatakan Allah telah memilih engkau sebelum dunia diciptakan, berarti di situ bicara mengenai semua itu terjadi di dalam kekekalan. Ketika rencana Allah yang kekal itu ketika Ia nyatakan di dalam sejarah, maka kita menemukan urutan logisnya yang terjadi yaitu Allah mencipta terlebih dahulu, lalu manusia jatuh di dalam dosa, lalu kemudian Allah merencanakan keselamatan, lalu kemudian rencana terus berjalan sampai hari pemulihan Yesus datang kali ke dua. Tetapi dengan urutan seperti ini kita bisa bilang berarti kalau begitu rencana keselamatan terjadi sebab manusia jatuh dalam dosa; maksudnya, itu berarti Allah gagal dengan Plan A, lalu Allah bikin Plan B. Dan kita akan mengalami kesulitan pada waktu kita mengatakan Allah memilih kita sebelum dunia dijadikan, berarti Allah tidak adil kalau sudah pilih sebelum dunia diciptakan.
Persoalan kita adalah oleh karena kita semua adalah manusia yang terbatas, kita dibatasi oleh ruang dan waktu. Kita tidak memahami apa dan bagaimana konsep Allah di dalam kekekalan pada waktu Ia mengatakan alfa dan omega berarti semua triliunan peristiwa dari alfa sampai omega di hadapan Allah hanya satu kejapan saja. Tidak ada yang tidak Ia ketahui, tidak ada yang di luar pengetahuan Allah, sebab Ia mengetahui segala-galanya. Tetapi ketika rencana itu Allah nyatakan kepada kita di dalam kronologi proses waktu, itu akan berada di dalam urutan. Sehingga tidak heran kenapa rasul Petrus bisa mengatakan demikian, “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Petrus 3:8-9). Allah tidak pernah ingkar janji, sebab satu harinya Tuhan itu seribu tahunnya manusia. Maksudnya, kita yang melihat janji Allah diucapkan satu kali, dalam proses waktu Allah baru genapkan itu bisa melewati sepuluh ribu tahun. Tetapi bagi Allah sepuluh ribu tahun itu hanya sekejap saja.
Yang ke dua, pemilihan Allah itu terjadi di dalam Yesus Kristus. Dalam Efesus 1:3-6 ini berulang kali Paulus menyebut frase “di dalam Kristus” [en Christo]. Allah memilih kita untuk mendapatkan kasih karuniaNya, keselamatanNya, segala berkat surgawi yang begitu limpah dan kaya itu Ia berikan di dalam Kristus. Dengan korelasi di dalam kekekalan dan di dalam Kristus, itu berarti ada dua implikasi yang penting. Implikasi yang pertama jelas sekali berarti Yesus Kristus itu kekal. Implikasi yang ke dua, walaupun tidak muncul secara jelas dalam Alkitab kita, para teolog mengatakan ini adalah sebuah perjanjian [covenant] antara Allah Bapa dan Allah Anak di dalam kekekalan yang dimateraikan oleh Allah Roh Kudus.
Dalam teologi kita kenal yang namanya “Perjanjian Kerja” atau the covenant of work antara Allah dan Adam [manusia] yaitu Allah katakan apabila manusia melakukan hukum Allah dengan tidak bercacat cela, dengan taat dan setia, berarti engkau memenuhi tuntutan hukum Allah dengan sempurna. Namun manusia gagal memenuhi perjanjian kerja ini. Sehingga kemudian Allah membuat “a new covenant” yang Allah sebut sebagai the covenant of grace, yaitu kita mendapatkan berkat dan janji itu sebagai kasih karunia di dalam Kristus sebab Kristus telah taat menjalankan semua tuntutan hukum Allah, bahkan Ia telah menjadi korban mati menggantikan kita menggenapkan apa yang dituntut oleh hukum Taurat yaitu upah dosa adalah maut (Roma 3:23). Itu yang disebut sebagai the covenant of grace. Dengan the covenant of grace itu berarti semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus akan menerima kebenaran Kristus. Kita tidak akan bisa masuk ke dalam surga dan menerima segala kemuliaan dari Allah berdasarkan apa yang kita lakukan dan usahakan tetapi karena kasih karunia yang diberikan Allah melalui Kristus kepada kita.
Tetapi selain itu, ada covenant yang ke tiga, yang tidak muncul di Alkitab tetapi itu menjadi konsekuensi logisnya, kalau di dalam Kristus Allah memilih kita berarti di dalam kekekalan ada sebuah covenant yang disebut sebagai perjanjian antara Bapa dan Anak lalu dimateraikan oleh Roh Kudus. Itu adalah perjanjian keselamatan dimana Allah Anak mengambil keputusan dan berjanji untuk turun ke dalam dunia menjadi manusia untuk menjadi pengganti bagi kelompok orang tebusan atau pilihan yang Bapa berikan kepadaNya. Dalam Yohanes 6:37-39 Yesus mengatakan, “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku kan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.” Pertanyaannya: kapankah Allah Bapa memberikan orang-orang ini kepada Yesus? Ini terjadi di dalam perjanjian di dalam kekekalan, yang dalam teologi disebut dalam bahasa Latin: Pactum Salutis, the Covenant of Salvation.
Beberapa pertanyaan-pertanyaan yang muncul: Tetapi bukankah Yesus Kristus baru datang ke dunia dua ribu tahun yang lalu, jadi bagaimana dengan orang-orang yang telah ada sebelum Yesus Kristus, yaitu orang-orang yang dicatat dalam Perjanjian Lama? Apakah mereka mempunyai objek iman yang sama yaitu kepada Yesus Kristus? Jawabannya: Ya. Bedanya adalah mereka mendapatkan janji Allah mengenai Mesias dalam Yesus Kristus itu masih samar-samar sedangkan kepada kita janji itu sudah terealisir tetapi janji itu adalah janji yang sama, artinya apa yang dijanjikan Allah kepada orang-orang itu ribuan tahun sebelum Yesus Kristus datang ke dalam dunia adalah janji yang sama sekalipun mereka melihatnya secara samar-samar.
Dalam Ibrani 11:13 dikatakan, “Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.” Ayat ini adalah kesimpulan dari penulis Ibrani terhadap iman dari orang-orang di dalam Perjanjian Lama. Orang-orang ini tidak melihat dan tidak mendapatkan apa yang dijanjikan namun mereka percaya kepada janji itu sekalipun mereka tidak terlalu jelas melihatnya.
Point ke tiga: Pilihan itu sesuai dengan kerelaan kehendak Allah. Di ayat 5 Paulus berkata, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya.” Pilihan itu sesuai dengan kerelaan kehendakNya, tidak ada faktor eksternal di luar diri Allah yang menjadi penyebab dasar pemilihan Allah. Dasar pemilihan Allah itu semata-mata di dalam kehendakNya Allah memilih dan mengangkat kita menjadi anak-anakNya. berdasarkan apa? Berdasarkan kasihNya. Dasar motivasi dan dorongan apa yang menyebabkan Allah memilih kita untuk menjadi anak-anakNya? Semuanya oleh karena kerelaan kemurahan Allah.
Terakhir, Efesus 1:3-6 memberikan 3 point apa yang menjadi tujuan daripada Pilihan. Di ayat 5 Paulus berkata, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.” Dalam kasihNya Allah telah menentukan [kata yang dipakai adalah “predestinasi.” Orang sering ketukar-tukar antara kata “Election” dengan kata “Predestination” sebagai hal yang sama. Memang dua-duanya bicara hal yang sama, cuma “Election” bicara mengenai tindakannya, actionnya Allah pilih berdasarkan kasihNya; sedangkan “Predestination” bicara mengenai tujuan akhirnya. Pre, sebelum; destination, tujuan.
Yang pertama, tujuannya adalah pengudusan hidup kita. “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Efesus 1:4). Ini goal yang pertama, about your sanctification, pengudusan kita. Sehingga buanglah jauh-jauh pikiran bahwa sekali selamat kita boleh hidup sembarangan, toh keselamatan kita tidak akan hilang. Dan bahwa doktrin Pilihan membuat kita menjadi orang yang malas dan tidak mau menjalankan hidup Kristen kita dengan sungguh-sungguh, dengan suci dan kudus oleh sebab doktrin Pilihan membuat kita bersikap seperti itu. Itu semua tidak benar, sebab di sini Paulus mengatakan Allah memilih kita supaya kita hidup kudus dan tidak bercacat di hadapanNya. Artinya Pilihan itu pasti akan menggerakkan kehidupan kita untuk menjadi kudus. Itu adalah konsep yang muncul di dalam 1 Yohanes 2:28, “Maka sekarang, anak-anakku, tinggallah di dalam Kristus, supaya apabila Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya. Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari pada-Nya.” Dan 1 Yohanes 3:3 menegaskan, “Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.” Itulah yang menjadi tujuan dari keselamatan yang kita terima yaitu supaya kita boleh hidup dalam kekudusan sama seperti Kristus. Apabila itu yang menjadi pengharapan kita, kita akan senantiasa hidup mengejar kekudusan itu supaya menjadi bukti bahwa kita betul-betul adalah umat dan milik kepunyaanNya. Tujuan yang pertama adalah pengudusan kita, terjadi transformasi etika dan moralitas kita.
Yang ke dua adalah menyadari identitas kita adalah anak-anak Allahl; Ia mengangkat kita menjadi anak-anak Allah. Lalu yang terakhir, tujuan daripada pilihan itu adalah di ayat 6, supaya hidup kita memuliakan Allah selalu atas apa yang Tuhan sudah berikan kepada engkau dan saya. Puji Tuhan! Kita tidak tahu nantinya seperti apa pada waktu kita berdiri di hadapan Allah di dalam kesucianNya, bagaimana dan seperti apa? Alkitab mencatat orang-orang yang berjumpa dengan kekudusan Allah semua gemetar dan menyadari kekotoran dan kenajisannya. Dalam penglihatannya, nabi Zakharia menuliskan apa yang akan terjadi pada saat kita berdiri di hadapan tahta Allah yang kudus itu. “Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia. Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: “TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?” Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, waktu dia berdiri di hadapan Malaikat itu, yang memberikan perintah kepada orang-orang yang melayaninya: “Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya.” Dan kepada Yosua ia berkata: “Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta.” Kemudian ia berkata: “Taruhlah serban tahir pada kepalanya!” Maka mereka menaruh serban tahir pada kepalanya dan mengenakan pakaian kepadanya, sedang Malaikat TUHAN berdiri di situ” (Zakharia 3:1-5).
Kita seperti anak yang hilang, yang diceritakan oleh Yesus dalam Yohanes 15, yang kembali kepada bapanya dan berkata, “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.” Tetapi sebaliknya bapa kemudian ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia dan berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.”
Saya membayangkan seperti itu Ia akan menjadikan hidup kita holy and blameless sekalipun kita menyadari kekotoran dan dosa kita yang begitu besar, semakin kita mendekat kepada kemuliaan Allah, kita menyadari kita orang-orang yang tidak patut dikasihiNya. Kebaikan dan kebenaran kita tidak pernah menjadi syarat dan tidak akan mungkin pernah menjadi ukuran. Kita akan menerima itu oleh karena jubah kebenaran dan kemuliaan Kristus itu dipakaikan kepada kita. Karena kita di dalam Dia, biarlah kita hidup dengan pengharapan ini, kita menjalani hidup ini dengan suci dan kudus. Kesucian dan kekudusan kita yang kita lakukan selama hidup di dunia ini tidak bertujuan untuk menambahkan apa yang kurang dari Kristus dan tidak pernah menjadi syarat sebagai kekudusan yang mendapatkan pahala dari Tuhan. Kekudusan Kristus dan kebenaran Kristuslah yang menjadi dasar. Itu sebab prinsip etikanya sekarang adalah: kita mau menjadi orang yang baik, suci dan kudus bukan semata-mata untuk image kita tetapi selalu melakukannya di dalam Kristus, demi Kristus dan untuk Kristus. Always do it in Christ. Kita memberi persembahan, kita berkorban dan melayani, sacrifice kita terbatas. Dengan kekuatan sendiri kita bergumul untuk boleh menjadi orang-orang yang mencintai, mengasihi dan berkenan kepada Tuhan. Tetapi kekuatan dan pertolongan itu hanya dalam Tuhan, karena apa yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita adalah sesuatu yang tidak pernah menjadi sia-sia.(kz)

Previous
Previous

Doktrin Penebusan: Tanpa Darah Tidak Ada Pengampunan

Next
Next

Doktrin Pilihan: Berkat Sorgawi Bagimu