Haus Berkuasa atau Rindu Melayani?

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Markus 10:32-45

Kita masuk kepada bagian yang sungguh sangat menyedihkan sekali yang memperlihatkan kepada kita bagaimana perlakuan dan sikap dari murid-murid Yesus di hari-hari terakhir sebelum Ia mati di kayu salib. Sudah tiga tahun lamanya mereka ikut Yesus, mendengarkan pengajaran-Nya, menyaksikan mujizat-Nya dan perlakuan-Nya yang penuh simpati kepada orang-orang yang menderita, namun sampai titik ini, mereka sama sekali tidak menyelami apa yang menjadi misi Yesus. Sudah tiga kali Ia menyatakan apa yang akan terjadi kepada diri-Nya “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit." Kalimat-kalimat yang seharusnya mereka simak baik-baik dan mendatangkan keprihatinan, mereka masa bodoh dan tidak peduli. Sebaliknya mereka ribut mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.

Dalam bagian yang kita baca Markus 10:32-45 ini ada beberapa detail yang kita perlu perhatikan. Pertama, di ayat 32, Markus mencatat “Yesus berjalan di depan.” Dalam terjemahan bahasa Inggris dikatakan: Jesus is going up to Jerusalem and walking ahead. Markus hanya menulis dengan dua kata tetapi maknanya begitu berarti. Detail ini memperlihatkan Yesus fokus untuk menggenapi apa yang menjadi visi-Nya dengan membayar harga atas visi itu. Dan lebih luar biasa, dengan kata “going up and walking ahead” berarti Dia antusias melakukannya. Yesus tetap berjalan maju sekalipun Ia tahu bahaya itu sudah di depan mata.

Mari kita berhenti sejenak dan memikirkan apa yang paling penting bagi Allah Bapa di surga? Yang paling penting bagi Bapa kita adalah kehendak-Nya yang indah dan mulia, His beautiful dan glorious will terjadi. Kehendak Allah bukan semena-mena. Kehendak Allah itu bertujuan bagi keindahan dan shalom damai sejahtera bagi alam semesta dan dunia ini. Apakah yang terpenting bagi Allah Anak? Bagi Allah Anak, yang terpenting adalah kehendak Bapa boleh tergenapi dengan sempurna. Ini yang menjadi doa Yesus, “Father, let Thy will be done,” itu menjadi hal yang terpenting bagi Yesus. Yesus menyatakan apa yang menjadi misi Dia datang ke dunia ini, “Karena Anak Manusia juga datang untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Yesus akan mati menjadi penebusan bagi keselamatan kita. Itu misi Dia. Lalu apa yang terpenting bagi Setan dan pengikutnya? Misi yang paling penting bagi Setan dari sejak awal sampai sekarang adalah untuk mengacaukan dan menggagalkan kehendak Allah itu. Setan dengan segala cara terus berusaha menunggang-balikkan rencana keselamatan Allah melalui Yesus Kristus menebus umat-Nya di atas kayu salib. Kita harus melihat satu skenario besar di dalam peperangan rohani ini dalam dunia makrokosmos. Kita mungkin tidak melihat skala sebesar itu tetapi di sini kita melihat peperangan itu ada di sekeliling Yesus Kristus. Ini adalah kali ketiga Yesus mengatakan bahwa tidak lama lagi Dia akan mati. Pada kali pertama Yesus menyatakan hal ini, Petrus menarik dan membentak Yesus (Markus 8:31-33). Pada kali kedua Yesus menyatakan hal ini, murid-murid sibuk bertengkar memperdebatkan siapa yang terbesar di antara mereka (Markus 9:30-35). Dan pada kali yang ketiga Yesus menyatakan hal ini, Yakobus dan Yohanes memojokkan Yesus dengan permintaan untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus kelak (Markus 10:32-35). Bayangkan bagaimana perasaan hati Yesus melihat sikap mereka seperti itu.

Dalam setiap pelayanan gereja, kita bisa menghadapi reaksi yang serupa ketika kita menyampaikan apa yang menjadi visi dan misi gereja untuk mengajak jemaat bersama-sama melakukan sesuatu. Banyak pekerjaan Tuhan itu bisa derailed oleh reaksi negatif dari orang-orang yang tidak suka dan tidak setuju dan mempersoalkan hal itu. Ketika kita melayani Tuhan, ketika kita tahu ada visi dan misi yang Tuhan beri, alangkah indahnya kalau setiap kita mengambil sikap seperti Yesus Kristus. Kita fokus, kita siap bayar harga, bahkan kita berani berjalan di depan, sekalipun menyadari setiap pelayanan dan pekerjaan Tuhan tidak bisa disupport 100% oleh jemaat.

Detail yang kedua muncul, di ayat selanjutnya ada dua respon dari murid-murid. Yang pertama murid-murid tercengang, amazed dan yang kedua murd-murid merasa takut, afraid. Sebagian yang amazed adalah murid-murid yang tetap ikut Yesus walaupun mereka belum begitu mengerti. Mereka dengan antusias ingin melihat pada waktu Yesus masuk kota Yerusalem, mungkin akan ada mujizat terjadi yang akan Ia lakukan, yang akan merubah segala sesuatu sehingga Ia akan menjadi Mesias Raja yang menang. Tetapi yang afraid bukan dalam konotasi positif tetapi sangat negatif. Kenapa murid-murid takut? Karena mereka tahu perjalanan masuk Yerusalem ini adalah sebuah misi bunuh diri. Yesus hanya punya dua belas murid, tidak terlatih dan tidak punya apa-apa, hanya ada dua pedang. Maka mereka panik, mereka takut, mereka merasa misi Yesus tidak akan mungkin berhasil. Itulah realita respon yang kita bisa lihat di sini.

Ketika gereja ingin menyampaikan misi pelayanan, kita akan bisa melihat respon seperti ini. Ketika sebuah yayasan atau gereja ingin menyatakan visi dan misi bagi pekerjaan Tuhan yang membutuhkan dana yang besar, namun tidak ada cukup uang. Apa yang terjadi? Respon yang muncul adalah ketakutan lalu kemudian panik dan siap-siap untuk meninggalkan kapal yang hampir tenggelam. Pada waktu kita mau menjalankan pekerjaan Tuhan dan misi Tuhan tidak ada orang tidak support, bagaimana? Yang perlu kita lakukan tetap berjalan maju di situ. Akan ada orang yang takut gagal, siap-siap lari. Pada waktu kita memiliki segala sesuatu di dalam pelayanan, punya uang banyak, jemaat cukup besar, dan resources yang lebih dari cukup, apa saja yang kita mau lakukan, semua setuju. Tetapi ketika keuangan mulai berkurang, jemaat makin sedikit, resources berkurang, orang menjadi panik dan mempersalahkan orang lain dan throw your leaders under the bus. Dalam pelayanan gereja, kita hadapi hal-hal seperti ini. Ketika ada transisi perubahan, ada kebutuhan, keributan demi keributan muncul. Kita tidak rela berkorban di situ. Ketika kita kekurangan uang, kita pikir semua akan gagal. Itu adalah sesuatu yang tidak beralasan sebetulnya.

Maka waktu Markus katakan, “mereka menjadi sangat takut,” ini penting sekali kita perhatikan. Sebab dari takut dan panik, lalu masing-masing murid mencari jalan sendiri-sendiri untuk menyelamatkan diri. Bukan hanya Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus tetapi sebenarnya boleh kita katakan semua murid dalam skala dan derajat tertentu mengkhianati Dia. Pengkhianatan adalah sesuatu demonic activity, pekerjaan dari musuh Tuhan melalui teman-teman terdekat-Nya. Ketika Yakobus dan Yohanes melontarkan permintaan mereka, kita bisa melihat bagaimana respon sepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Anda bisa melihat itulah cara pekerjaan Iblis yang membuat mata mereka akhirnya buta dan kabur, tidak bisa melihat the grand purpose Allah yang akan digenapkan oleh Yesus. Itu semua dirusakkan oleh persoalan mereka. Mereka tidak lagi mendiskusikan apa yang menjadi misi Yesus pergi ke Yerusalem. Mereka hanya sibuk memperdebatkan masalah mereka sendiri. Ini adalah pekerjaan dari musuh Allah yang senantiasa masuk melalui teman-teman terdekat Yesus. Pengkhianatan tidak pernah dilakukan oleh musuh, pengkhianatan selalu dilakukan oleh teman sendiri. Raja Daud mengatakan, “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku” (Mazmur 41:10). Bukan saja sahabat karibnya, anaknya sendiri, Absalom, juga mengkhianati Daud.

Pengkhianatan tidak bisa kita hindarkan dan itu bukanlah suatu kegagalan dari pihak kita, tetapi menyatakan demikianlah yang terjadi dalam sebuah kepemimpinan. Pengkhianatan yang terjadi dalam hidup kita sebenarnya membukakan apakah relasi yang terjadi itu superficial ataukah relasi itu relasi yang genuine. Pengkhianatan yang terjadi akan membukakan sesuatu yang selama ini mungkin ditutup-tutupi yang sebenarnya tidak bisa tertutup; cepat atau lambat akan terbongkar. Pengkhianatan itu begitu menyakitkan luar biasa dan kadang-kadang ketika orang mengkhianati kita, kita hanya bisa duduk menunggu dan berharap dia tersadar lalu minta maaf dan apology. Itu tidak guna dan tidak akan terjadi.

Pada saat Yakobus dan Yohanes menyatakan keinginan mereka duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus kelak, Matius 20:20-28 menambahkan peristiwa ini dengan munculnya mama mereka yaitu Salome, sehingga menimbulkan beberapa penafsiran. Siapa yang lebih dulu punya ide ini, mamanya atau anaknya? Saya cenderung melihat ini adalah keinginan Yakobus dan Yohanes yang di-backing oleh mamanya. Mama dari Yakobus dan Yohanes adalah juga pengikut Yesus tetapi mamanya tidak sanggup mengontrol apa yang menjadi keinginan dari dua anak ini akhirnya diapun menjadi orang yang support walaupun sebenarnya tahu anaknya salah.

Markus 10 menceritakan permintaan dari Yakobus dan Yohanes sangat kasar dan kurang ajar walaupun terjemahan bahasa Indonesia masih sedikit halus menerjemahkannya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!" tetapi dalam terjemahan hahasa Inggris disebutkan seperti ini: “Teacher, we want You to do for us whatever we ask.” Mereka menyudutkan Yesus dengan permintaan itu. Yesus masih berbaik hati, menanyakan balik dulu: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?" Bagi saya permintaan itu menjadikan Allah menjadi “jongos.” Betul-betul tidak sopan dan sangat kurang ajar. Tetapi bukankah itu juga yang seringkali kita lakukan kepada Tuhan?

Permintaan Yakobus dan Yohanes menunjukkan mereka haus kekuasaan. Dan kenapa murid-murid yang lain sangat marah waktu mendengar permintaan Yakobus dan Yohanes? Karena Yakobus dan Yohanes sudah mendahului mereka. Yakobus dan Yohanes berharap Yesus akan sukses, Yesus akan menjadi King-Messiah yang akan melakukan mujizat yang spektakular di Yerusalem. Dalam hal ini mereka tidak mau kehilangan kesempatan sehingga buru-buru submit aplikasi dulu menjadi orang yang akan duduk di sebelah kiri dan kanan Yesus.

Bagaimana reaksi Yesus terhadap permintaan mereka? Yesus mengingatkan murid-murid jangan sampai pengaruh dari struktur duniawi mempengaruhi sikap di dalam melayani Tuhan. Yesus berkata, "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” Dimana saja kita pergi akan menghadapi struktur otoritas dan order. Di kantor, di sekolah, di masyarakat, di gereja juga jelas ada strukturnya, itu tidak bisa kita hindarkan. Tetapi pada waktu kita menaruh struktur di dalam dunia yang sudah berdosa dan kita sebagai orang-orang berdosa, Yesus ingatkan sebagai murid Tuhan, kita harus mengambil sikap yang berbeda.

Ada seorang hamba Tuhan mengingatkan jangan bermain “church game” di dalam pelayanan gereja. Church game adalah satu hal yang sangat berbeda dan bertolak-belakang dengan natur Gereja yang Yesus dirikan. Yesus berkata, “Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." Yesus akan membangun Gereja-Nya di atas pengakuan bahwa sekalipun Ia adalah Allah yang agung dan mulia, Ia menebus kita, Ia telah mati bagi kita, Ia telah menjadi budak yang diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh. Dari spirit itulah Gereja dibangun. Tetapi church game itu mengutamakan egoisme, saling bersaing memperbandingkan siapa yang paling hebat, paling berhasil, paling sukses yang menjadi tongkat pengukur di dalam pelayanan gereja. Itu yang kita lihat dari keinginan Yakobus dan Yohanes untuk mendapatkan sebuah kedudukan yang besar yang harus dicapai.

Maka tidak heran akhirnya akan ada dua efek samping dari keinginan Yakobus dan Yohanes ini. Yang pertama, burnout in ministry. Yang kedua, lethargy in ministry. Di atas permukaan, dua-duanya memperlihatkan kekelahan di dalam pelayanan. Tetapi penyebab dari burnout dan lethargy in ministry itu berbeda. Itu sebab pengobatan dan penanganannya juga harus berbeda. Orang yang burnout in ministry adalah orang yang giat secara aktifitas melakukan pelayanan, akhirnya sampai over drive. Motivasinya keliru, merasa kerohaniannya lebih tinggi daripada orang lain, merasa lebih berkorban, lebih banyak melakukan sesuatu daripada yang lain. Di pihak lain, orang yang mengalami lethargy in ministry penyebabnya adalah memang tidak ada bensin yang membakarnya. Your tank is empty. Ketika hidup kita tidak diisi dengan firman Tuhan, tidak membaca Alkitab, jiwa kita menjadi kosong dan kering, kita tidak didorong oleh kuasa Roh Kudus. Lethargy terjadi karena kita tidak lagi berdoa. Kita tidak peduli dengan kebutuhan orang lain dan hanya fokus kepada diri sendiri. Maka kepada orang yang burnout yang merasa sudah terlalu banyak berkorban bagi orang lain, anda diminta untuk sabat dan rest; berhenti untuk sementara waktu dari segala pelayanan. Kepada orang yang lethargy in ministry, anda dipanggil untuk bangun dari kengantukan itu dan mengisinya dengan hal-hal yang menyegarkan jiwamu. Tetapi bagi mereka yang burnout in ministry, anda perlu retreat yang menyegarkan dan menyembuhkan jiwamu. Biasanya yang celaka, pendeta mengalami dua-duanya. Sudah over drive pelayanan, tidak pernah mau dengar firman Tuhan. Karena kita aktif menyampaikan firman, tetapi tidak ada asupan di dalam kehidupan spiritual kita. Dan kalau dua efek ini bergabung, akan menjadi kerusakan yang luar biasa. Mungkin di situ kita perlu rest, berhenti dari semua kegiatan itu dan menata hati kita. Kita mengaku di hadapan Tuhan kita terbatas, kita perlu mendapatkan kesembuhan dari Tuhan. Bukan apa yang anda lakukan sebesar apapun yang menyebabkan anda punya hak untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus. Yesus mengatakan, “Hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan." Kita tidak minum cawan Yesus dan kita tidak menjalani baptisan Yesus untuk mendapatkan pahala itu. Posisi dan kemuliaan yang kita dapat, itu karena kita berbagian dengan cawan dan baptisan yang Yesus lakukan. Kiranya Tuhan menolong setiap kita karena kita juga bisa gampang terjatuh di dalam menyikapi panggilan Tuhan.(kz)

Previous
Previous

Yesus: "Apa yang Kamu Mau?" Apa Jawabmu

Next
Next

Pandangan Yesus tentang Perceraian