Jangan Memusuhi Kawan dan Jangan Berteman dengan Lawan

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Markus 9:38-50

Markus 9:38-50 adalah satu bagian pengajaran Yesus yang mungkin mengejutkan bagi sebagian orang karena itu seperti suatu “shock therapy” yang membuat mata terbelalak dan telinga terpasang untuk fokus mendengar kalimat-kalimat yang Ia ucapkan. Memang penting dan perlu untuk Yesus mengeluarkan pengajaran seperti ini sebagai peringatan agar murid-murid menyimak baik-baik karena konteks pada waktu itu mereka sedang baru saja bertengkar mengenai siapa yang paling terbesar di antara mereka. Di bagian sebelumnya Markus menceritakan murid-murid gagal mengusir Setan dari seorang anak kecil sehingga mereka menjadi malu dan kemudian mereka bertanya kepada Yesus, mengapa mereka tidak bisa mengusir roh jahat itu? Yesus menjawab, "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”  Artinya ini bicara mengenai ada yang terhilang di dalam pelayanan mereka, yaitu kebersandaran mereka kepada kuasa Tuhan. Sebelumnya pada saat mereka diutus melayani berdua-dua memberitakan Injil, di situ mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka (Markus 6:12-13). Tetapi kali ini mereka tidak mampu melakukan hal itu. Di dalam situasi seperti itu bukannya mereka introspeksi diri, bukannya mereka menjadi rendah hati, mereka bertengkar. Waktu akhirnya mereka tiba di rumah, Yesus bertanya kepada mereka apa yang sedang mereka pertengkarkan dan mereka tidak berani menjawab Yesus sebab mereka sedang bertengkar mengenai siapakah yang terbesar di antara mereka. Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan mengajar murid-murid dan di sini kita menemukan satu pengajaran Yesus yang bersifat peringatan yang tegas luar biasa, patut untuk membukakan telinga mereka. Yesus mengatakan mereka harus menjadi pelayan satu dengan yang lain dan mereka belajar menjadi seperti seorang anak kecil, Namun tiba-tiba Yohanes menyela Yesus, hatinya begitu terganggu sehingga dia tidak tahan lagi menunggu Yesus selesai mengajar. "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita" (Markus 9:38). Orang yang Yohanes sebut ini bukan termasuk bagian dari kelompok dua belas murid Yesus yang paling dekat. Ini adalah problem pertama yang kita lihat pada hari ini, problem dimana Yohanes menunjukkan sikap “memusuhi” orang yang seharusnya menjadi kawan, rekan sekerja di dalam pelayanan Tuhan. Maka di ayat 38-41 Yesus bicara mengenai apa artinya kita menjadi seorang yang toleransi dengan orang yang berbeda dengan kita dan yang tidak termasuk ke dalam kelompok kita.

Memang tidak bisa kita hindarkan fakta ini, sampai sekarang ada berapa banyak denominasi di dunia ini? Menurut Lausanne.org saat ini ada lebih dari 47,300 denominasi. Dan akhir tahun 2025, diperkirakan tambah menjadi 49,000; dan di tahun 2050, menjadi 64,000 denominasi. Dengan latar belakang yang berbeda, budaya yang berbeda, cara ibadah yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, bahasa yang berbeda, dari begitu banyak orang yang percaya Yesus, seharusnya kita satu di dalam Tuhan dan Tuhan kita sama dan kita sama-sama mengasihi Dia, namun di tengah friksi perbedaan menjadikan disunity sehingga terjadilah berbagai macam denominasi dan perbedaan seperti itu. Bukan saja dalam skala besar, dalam skala kecil sebagai gereja dimana kita diberi bakat karunia yang berbeda satu dengan yang lain, dengan jabatan dan tugas yang berbeda-beda, itu juga bisa membuat rasa iri dan kecewa, ataupun juga sombong dan congkak satu dengan yang lain.

Yesus menegur Yohanes, “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Siapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita” (Marus 9:39-40). Yesus memberikan prinsip setiap orang yang memuja, menyembah, meninggikan nama Yesus Kristus, memakai nama Yesus yang berkuasa itu di dalam pelayanan, orang itu tidak akan pada saat yang sama menghujat Kristus. Berarti mereka ini adalah orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Sekalipun berbeda, kita sama-sama adalah milik Yesus Kristus. Dan Yesus kemudian berkata, “Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya" (Markus 9:41). Artinya, siapa saja yang melakukan pelayanan sekecil apapun ketika mereka lakukan itu di dalam nama-Nya, Tuhan menghargai apa yang mereka kerjakan akan mendapat upah di dalam kekekalan.

Yohanes menganggap diri sebagai seorang murid terdekat mempunyai posisi utama dan berotoritas memarahi murid lain yang “second class.” Tetapi di balik daripada itu, kontras dengan sebagian dari dua belas murid tidak sanggup untuk mengusir Setan maka ada kekesalan dan iri muncul. Yang seharusnya sama-sama murid, sama-sama rekan sekerja, sekarang dianggap menjadi rival.

Dalam Yohanes 3:22-30 kita melihat murid-murid Yohanes Pembaptis juga memiliki sikap yang sama. Mereka tidak senang melihat kenapa Yesus yang dibaptis oleh Yohanes, membaptis lebih banyak orang daripada Yohanes sendiri? Bukankah seharusnya yang membaptis posisinya lebih tinggi daripada yang dibaptis? Jadi mereka bilang kepada Yohanes, “Guru, Dia yang engkau baptis, sekarang juga mengajar dan membaptis lebih banyak orang dan sekarang semua orang pergi kepada-Nya.” Tetapi Yohanes menjawab, “"Tidak ada seorangpun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Yohanes Pembaptis mengingatkan murid-muridnya untuk tidak iri dan merasa tersaingi karena kita sama-sama melayani Allah. Bahkan Yohanes mengatakan Yesus harus semakin ditinggikan dan dimuliakan, dan kita yang melayani tidak boleh sombong dan mencuri kemuliaan Tuhan.

Problem yang muncul di dalam diri murid-murid pada waktu itu bisa jadi juga menjadi problem kita hari ini. Ada gereja-gereja lain dengan cara yang berbeda, dengan pendeta lulusan dari seminari yang lain, dengan latar belakang yang berbeda, yang Tuhan pakai untuk melakukan pelayanan yang engkau dan saya tidak mampu untuk kerjakan. Jangan hanya karena dia punya bentuk pelayanan yang berbeda dengan kita, lalu kita menganggap dia bukan orang yang melayani Tuhan dan itu menjadikan kita iri hati dan menganggap mereka sebagai saingan kita. Kita tidak boleh menjadi orang Kristen seperti itu. Justru kita harus menjadi orang Kristen yang saling mendoakan, sekalipun dia tidak satu pelayanan dengan kita, dia tidak sedenominasi dengan kita, dia tidak satu grup dengan kita, dia dari gereja yang berbeda. Kita harus mempunyai sikap toleran yang benar. Yang kita tidak sanggup untuk kerjakan, dikerjakan oleh orang lain, mengapa kita tidak mendukung dan mensupportnya, yang memberikan bantuan dan dukungan, ketimbang justru kita mencegahnya dan mematikan pelayanan orang seperti itu. Persaingan gereja dan denominasi terjadi ketika pelayanan gereja disamakan dengan bisnis satu perusahaan, padahal konsep partnership di dalam pelayanan Injil tidak seperti itu. Kita bukan bersaing, berkompetisi untuk menjadi yang terbesar, tersukses dan menyingkirkan yang lain. Maka di poin pertama Yesus mengajar bagaimana kita perlu bersikap toleran kepada hal yang benar, kepada sesuatu yang berbeda dengan kita.

Di poin kedua Yesus minta kita belajar mempunyai sikap intolerant dengan benar, sikap tidak kompromi secara benar terhadap hal yang tidak benar.

Yesus berkata, "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.” Kepada orang yang secara sengaja menghasilkan hal yang destruktif bagi keselamatan orang, jangan toleran kepada dia. Paulus katakan kepada musuh-musuhmu yang menghina, menertawakan, bahkan yang melakukan persekusi kepadamu, jangan membalas dendam kepada mereka, tetapi kepada orang-orang yang mengajarkan sesuatu kepada orang lain, kita harus ambil separasi yang tegas sebab sekalipun dia mengaku sebagai teman dan kawan di dalam Injil tetapi sesungguhnya dia adalah seorang musuh yang secara sengaja di dalam pelayanan iman Kristen itu bersifat destruktif. Dalam Kekristenan begitu banyak pengajaran-pengajaran sesat yang merusak muncul merusak iman orang Kristen yang luar biasa Yesus mengatakan lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. Kenapa? Sebab tindakan satu orang itu merusak begitu banyak orang. Sudah tentu Yesus tidak bilang kita harus melakukan hal itu secara hurufiah, tetapi bagaimana kita berani untuk menyatakan sikap tidak berkompromi kepada orang-orang seperti ini.

Aspek yang kedua, Yesus ingatkan kita juga harus mempunyai sikap radikal kepada musuh yang ada di dalam diri kita. Di sini Yesus bicara tentang satu kehidupan sebagai orang Kristen yang senantiasa membersihkan diri dan pikiran kita dari racun-racun yang bisa membuat kita kemudian terjerumus, menganggap diri lebih hebat dan menjadikan kita lebih agung dan lebih mulia daripada Yesus Kristus Tuhan kita. “Jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam” (Markus 9:43:48).

Yesus bicara mengenai neraka sebagai separasi manusia dari Allah yang penuh dengan rahmat dan kasih, bicara mengenai satu keadaan dan kondisi dimana manusia mengalami penghakiman dan penghukuman Allah yang luar biasa. Jadi di sini Yesus mengatakan hal yang sangat serius dan tidak boleh kita abaikan dan lupakan, bicara mengenai the mortification of sin, mematikan dosa sebagai musuh yang tidak kita toleran dalam hidup kita dan itu masuk dari tiga tempat yaitu dari mata, kaki dan tangan kita, dari keinginan menjadi tindakan. Kita tidak bisa berkompromi terhadap dosa sebelum dia menyusup masuk menjadi musuh dalam selimut yang berbahaya di dalam kehidupan kita, kita harus mencegahnya dari awal.

Mudah bagi kita untuk menegur orang lain yang berbuat dosa karena kita bisa melihat dosa orang itu dengan kentara dan jelas. Kita bisa menjadi seperti orang Farisi yang self-righteous melihat dosa orang lain. Tetapi tidaklah gampang dan mudah melihat dosa di dalam diri, sehingga Yesus ingin mengingatkan dan menyadarkan kita ketika mata kita melakukan seperti itu, cungkillah dia. Di sini Yesus ingin kita waspada terhadap dosa sebagai musuh yang tersembunyi di dalam hidup kita. Yesus ajarkan kepada murid-murid untuk menjadi seorang Kristen yang setiap hari mengambil sikap untuk melakukan self-examination. Pada waktu kita sukses dalam pelayanan, kita harus berhenti sebentar dan melihat apakah saya sudah lari lebih cepat daripada Yesus dan mengambil pujian hormat yang tidak perlu bagi diri sendiri? Di situ kita kemudian berhenti dan mundur. Ingat yang harus diutamakan adalah Yesus Kristus. Kalau kita sudah merendahkan orang lain, sudah sombong, mulai dari keinginan kita kemudian menjadi keserakahan karena kita tidak dapat lebih banyak karena kita rasa kita patut mendapatkannya, kita harus selalu belajar untuk disiplin diri setiap hari berhenti sejenak, tarik diri kita, mengevaluasi diri, terus merefleksi kepada kebenaran firman Tuhan.

Yang terakhir di ayat 49-50 Yesus berkata, “Karena setiap orang akan digarami dengan api. Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.” Apa maksud kalimat Yesus: setiap orang akan digarami dengan api? Di sini Yesus mengajar kita untuk berani dan rela menjadi seorang Kristen yang digarami dengan api.

Dalam Imamat 2:13 dikatakan “Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam.” Dari ayat ini kita menemukan hubungan antara dua bagian ini dimana Yesus sedang berbicara tentang persembahan hidupmu harus digarami oleh api, bukan dalam konotasi api penghakiman api neraka, tetapi api penyucian yang memurnikan hidupmu. Inlah dedikasi sebagai murid Kristus yang mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1).

Saya percaya itu adalah panggilan Tuhan kepada setiap kita. Kita sudah tahu anugerah yang Ia beri itu begitu ajaib dan begitu besar, kita tidak perlu iri dan dengki kepada orang lain, kepada kesuksesan orang lain. Yang kita lakukan bersyukur untuk pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita, dan apa yang bisa kita kerjakan di sini, yang lain Tuhan beri tanggung jawab mengerjakan hal yang lain yang kita tidak mampu, kita bersiap hati untuk senantiasa menjadi berkat, senantiasa mawas diri, jangan sampai perdebatan pertikaian di tengah kita itu kemudian menjadi penghalang bagi satu hidup damai yang menjadi berkat bagi orang lain. Kita tidak bisa berdamai dengan orang lain selama kita tidak berdamai dulu dengan diri kita sendiri. Dalam bergereja begitu manusia berkumpul, pasti ada pandangan dan perbedaan yang sulit untuk diselesaikan, dengan begitu banyak denominasi Sejarah Gereja memperlihatkan semua itu, di situ kita ribut, kita mungkin tidak mempunyai satu kedewasaan untuk memisahkan mana hal yang [premier] yang harus tidak boleh dikompromikan, dan mana hal yang sekunder, yang kita bisa toleran di situ. Tidak semua hal kita harus berkelahi. Tetapi kalau orang itu bisa menjerumuskan orang lain dan mengajarkan hal yang sesat sehingga merusak iman orang lain, berani lawan orang seperti itu karena engkau sedang menyelamatkan orang dari api neraka. Tetapi kalau orang lain sukses dalam pelayanan, dia bisa melakukan hal yang engkau tidak mampu, kenapa engkau marah dan benci sama dia hanya karena engkau tidak bisa lakukan? Kita tidak boleh seperti itu.

Kita merindukan satu hari kelak seperti penglihatan rasul Yohanes di depan tahta Allah ada beribu-ribu orang dari berbagai bangsa dengan berbagai bahasa berkumpul memuji Allah (Wahyu 7:9-10). Di dunia ini perbedaan bisa memisahkan anak-anak Tuhan, tetapi nanti saat Tuhan Yesus datang kembali dalam langit yang baru dan bumi yang baru, di situ tidak akan ada lagi perbedaan yang memisahkan tetapi semua menjadi satu sebagai umat yang memuliakan Allah selama-lamanya.(kz)

Previous
Previous

Pandangan Yesus tentang Perceraian

Next
Next

Persembahan Ibu Miskin Mempermalukan Orang Mampu