When Anxiety Attacks (Part 2)
Ringkasan Khotbah
Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh
Nats: 1 Petrus 5:6-7, 2 Korintus 12:7-9
Dalam 2 Korintus 12:7-9 rasul Paulus mengungkapkan pergumulan yang terjadi dalam hidupnya dipakai oleh Setan sebagai senjata untuk menyerang dia dan itu adalah satu pergumulan yang luar biasa dahsyat. Kita tidak tahu serangan itu berbentuk seperti apa; apakah ada satu penyakit fisik yang berkepanjangan yang dialami oleh rasul Paulus, beberapa penafsir memberikan indikasi itu adalah sakit mata yang dialami oleh rasul Paulus, yang dia sebutkan di Galatia 4:13-15. Ataukah itu bukan sakit pada fisiknya tetapi berupa serangan yang terjadi di dalam pikirannya, yang menyerang kesehatan mentalnya dimana dia mengalami pergumulan yang menyiksa jiwanya? Saya lebih setuju serangan yang terjadi di sini adalah lebih kepada serangan kepada pikirannya, serangan tuduhan dari Iblis yang memberikan guilty feeling yang tidak ada habis-habisnya kepada dia. Serangan bahwa dia adalah seorang penganiaya jemaat Tuhan, seorang penghujat, seorang yang ganas, seperti yang Paulus akui dalam suratnya kepada Timotius, “Aku tadinya seorang penghujat, dan seorang penganiaya, dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya karena semua itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman” (1 Timotius 1:13). Dan Paulus berkata, “Aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah” (1Korintus 15:9). Tuduhan Iblis kepada dia itu adalah sungguh sangat menyedihkan dan sungguh sangat menyiksa dia sehingga sampai dia berkata, “Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.” Tetapi Tuhan berkata, “Cukuplah kasih karunia-Ku kepadamu” Sampai kepada akhir hidupnya Paulus menanggung itu semua, pertolongan itu datang bukan dari kekuatan yang ada dalam diri dia tetapi itu adalah pertolongan dan kekuatan yang dia dapat di dalam Tuhan.
Bagian ini saya kaitkan dengan apa yang rasul Petrus katakan di dalam 1 Petrus 5:6-7, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” Petrus bukan berbicara tentang sebuah kekuatiran atau stress yang dtang ketika kita menghadapi sebuah persoalan, stress yang akan hilang ketika persoalan itu selesai, tetapi dia berbicara mengenai pergumulan yang begitu gelap ataupun pikiran-pikiran yang tidak pernah berhenti dalam hidup kita; kekuatiran yang bukan sekedar sesuatu yang terjadi sesaat tetapi menjadi sebuah pergumulan mental yang tidak selesai sampai kita mati. Rasul Petrus ingatkan kita tidak bisa pegang dan tanggung itu sendiri, tetapi membawanya kepada Tuhan pemelihara jiwa kita. Di ayat selanjutnya Petrus ingatkan, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Petrus 5:8). Jangan sampai kekuatiran itu menjadi sebuah pencobaan yang menjerumuskan dan menjatuhkan seseorang.
Hal yang pertama yang harus kita bereskan adalah bahwa kita percaya Injil Kristus itu sungguh membebaskan kita, melepaskan kita dari dosa, dari kelemahan kita, dari kesalahan kita yang lama. Tetapi pada saat yang sama kita masih tinggal di dalam tubuh kedagingan yang sudah jatuh di dalam dosa ini. Ketika seseorang terbelenggu dengan pencobaan yang tidak bisa dia lepaskan, ketika dia pernah terjatuh dengan perjudian, dan tidak bisa berhenti seketika begitu saja. Dan biasanya yang terjadi adalah kita cepat-cepat mau mematikan pergumulan itu dengan mencari jalan keluar yang cepat. Sehingga banyak orang yang frustrasi ketika tidak bisa lepas dari kecanduan perjudian, kepada pornography, atau apapun di tengah situasi seperti itu, dia ingin cepat mendapatkan mujizat pembebasan itu dan seketika dilepaskan dari pergumulan itu, tetapi tidak mendapatnya. Maka di dalam hal itulah kita bisa lihat rasul Paulus dalam Roma 8:22-23 memakai kata “we are groaning,” kita mengeluh. Itu adalah keluhan dari satu keinginan yang baru, sukacita ingin mengasihi mencintai Allah dengan baik, hidup untuk bisa menang atas pencobaan pergumulan baik secara fisik maupun secara mental untuk berkenan kepada Tuhan, itu menjadi pergumulan yang tidak habis-habis dan tidak akan selesai sampai kita menantikan hari pembebasan kita itu selesai dan final.
Minggu kemarin saya mendapatkan kabar menyedihkan dari seseorang yang telah mengalami sakit yang berkepanjangan. Sakit itu adalah sakit yang sudah lima tahun terakhir ini dia alami dan dia bisa melihat sakit itu betul-betul merusak hidupnya secara perlahan. Sebuah penyakit yang membuat kekakuan secara motorik dari kaki tangan sampai ke bagian tubuh atas. Hari ini kekakuan motoriknya sudah sampai kepada bagian mulut dan lehernya sehingga makan pun menjadi susah, bicara pun menjadi susah. Penyakit itu membuat dia mengalami kekecewaan dan frustrasi yang luar biasa. Hari ini dia menolak untuk minum semua obat-obatan yang diberikan kepadanya. Tetapi di balik daripada penolakan itu bukan karena dia berserah atau siap utuk kembali kepada Tuhan dan dia menanti dengan pengharapan dan kesadaran bahwa Tuhan nanti akan memberikan tubuh yang mulia pada waktu Yesus datang kembali, tetapi berangkat dari sebuah tuntutan kepada Tuhan bahwa Tuhan pasti akan sembuhkan dan mujizat akan terjadi dalam hidupnya. Itulah sebabnya dia tidak mau minum obat. Bagaimana kita bisa berbicara dengan dia itu juga hal yang tidak gampang dan tidak mudah.
Tetapi kita harus menaruh perspektif kita dalam sebuah kerangka teologis yang penting pada waktu rasul Petrus katakan kepada jemaat, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu,” kita tahu kita adalah orang-orang yang telah ditebus oleh Tuhan, kita adalah manusia baru, ciptaan baru, tetapi di saat yang sama kita tahu kita tinggal dan hidup di dalam tubuh yang berdosa dalam kondisi seperti ini. Bukan berarti penebusan Kristus itu tidak memiliki kuasa kepada kita tetapi kita menyadari dan mengetahui bahwa Kristus telah menang atas maut, Ia telah mengalahkan musuh yang terakhir yaitu maut dan si Iblis, itu berarti hari kemenangan itu sudah di tangan kita, tetapi peperangan kita menuju ke sana sebagai peperangan yang panjang dan berkelanjutan bisa jadi merupakan peperangan dimana kita mengalami kekalahan yang sesaat di dalam pergumulan itu. Dan kekalahan itu tidak boleh menjadi keputus-asaan yang kemudian membuat kita mencari jalan yang pintas dan akhirnya jatuh dalam dosa. Maka tidak heran kita bisa melihat orang yang kecanduan kepada substansi-substansi obat tertentu atau jatuh kepada tindakan dan perbuatan yang terus berulang dalam hidupnya bukan karena dia tidak tahu tetapi kita tidak melihat adanya determinasi untuk berjuang mengatasinya dengan kekuatan dari Tuhan.
Hal yang ke dua, bisa jadi seseorang itu tidak maju secara rohani menghadapi pencobaan dan pergumulan sebab mempunyai konsepsi yang keliru yaitu kita katakan bahwa Tuhan mengampuni segala dosa kita, hanya Dialah tempat kita mendapatkan pertolongan, bukan dengan kekuatan diri kita, akhirnya menganggap ringan keselamatan itu. Dalam Filipi 2:12-13 Paulus ingatkan, “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu itu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Allahlah yang mengerjakan keselamatan itu kepada kita tetapi usahakanlah keselamatan itu supaya orang tahu bahwa keselamatan itu betul-betul ada padamu. Tuhan tidak mengangkat pergumulan, penyakit dan kesulitan kita dan kita tidak boleh mempersalahkan itu sebagai situasi yang akan menjatuhkan kita. Biarlah melalui situasi seperti itu Tuhan meminta kita untuk bertumbuh di dalamnya dan menang atasnya.
Saya tahu kadang-kadang kita bergumul dalam anxiety yang ada, ketakutan kita akan penolakan, pikiran yang gelap tidak ada habis-habisnya sehingga bisa jadi kita ingin segera lepas dari situasi itu. Adakalanya tempat atau pekerjaan itu begitu berat kemudian itu sangat mengganggu kita, lingkungan yang tidak sehat atau begitu toxic dan kita ingin lepas. Itu ada baiknya. Tetapi pada saat yang sama kita juga menyadari bahwa kita hidup dalam dunia yang telah jatuh dalam dosa. Dan pada waktu Tuhan menempatkan kita dalam situasi seperti itu biarlah firman Tuhan ingatkan kepada kita: usahakanlah, bertumbuhlah di situ. Menghadapi kelemahan dan pencobaan bukan untuk membuat kita jatuh tetapi supaya kita belajar bertumbuh dan menang atasnya.
Ada tiga poin yang ingin saya sampaikan dalam bagian ini. Yang pertama, kita temukan pembenaran Allah dalam hidup ini bukan dengan kita menyembunyikan kelemahan kita tetapi justru dengan kita mengakuinya. Dengan nasehat, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya” Petrus ingatkan kepada kita bahwa kita harus terima dan akui itu; kita tidak menyembunyikannya; kita jangan lari daripadanya dan kita juga jangan mempersalahkan situasi atau mempersalahkan orang lain. Sekalipun kita tahu dan kita sadar kita tidak sanggup menanggungnya karena begitu berat tetapi kita tidak pernah putus asa sebab kita tahu di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru, Ia telah menebus dan mengampuni kita. Pembenaran-Nya, keselamatan daripada-Nya datang bukan karena saya baik atau saya lebih hebat daripada yang lain tetapi menyadari di dalam kekurangan dan kelemahanku Tuhan telah mengasihi aku apa adanya.
Yang ke dua, dengan menyerahkan segala kelemahan kekuatiran kepada Tuhan bukan berarti kita lepas dari tanggung jawab tetapi itu berarti kita mengetahui bahwa Tuhan mengetahui dosa dan kelemahanku lebih daripada aku mengetahui. Itu sebab pergumulan ini saya serahkan kepada Tuhan.
Yang ke tiga, Ia ada di situ selama-lamanya mendampingi kita sebagai teman dan sahabat, Bapa yang mengasihi engkau. Biasanya situasi hidup kita, relasi kita dengan orang tua, teman, atau situasi dan lingkungan kita mungkin bisa memberikan pengaruh kepada kita bagaimana kita melihat relasi kita dengan Tuhan. Jikalau kita merasa orang tua kita tidak mengasihi kita atau kita lahir dari sebuah keluarga broken home atau kita mengalami hal-hal yang pahit seringkali kita tidak menyadari dan bisa menikmati dengan baik bahwa Allah itu adalah Bapa yang penuh kasih dan rahmat kepada kita. Maka ijinkan saya pada hari ini mengajak sdr pada waktu rasul Petrus berkata “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya karena Ia memelihara engkau,” di situ kita harus melihat bahwa kita datang kepada-Nya senantiasa dengan perspektif saya adalah anak Tuhan dan Ia adalah Bapa yang mengasihi aku. Apapun suara-suara yang ada di sekitar kita yang mengatakan Tuhan tidak lagi peduli kepadamu, engkau tidak sanggup, engkau tidak mampu menolong dirimu. Ketika pencobaan itu datang kepada Ayub, bukankah isteri Ayub sendiri berkata: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” (Ayub 2:9). Pada waktu Yesus menghadapi pencobaan, bukankah ada suara Iblis berkata, "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu” (Matius 4:6). Bukankah pada waktu kita menghadapi pencobaan, bisa jadi suara Tuhan ini tidak lagi menjadi sesuatu suara yang meneduhkan dan mengasihi kita karena ada suara di luar yang begitu dekat di telinga kita yaitu auman daripada si Iblis yang ingin menelan kita sehingga Petrus berkata “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Petrus 5:8). Atau seperti yang Paulus katakan ada utusan Iblis yang menggocoh dia dan memberi duri pada dagingnya dan berusaha menjauhkan dia daripada Tuhan. Dalam menghadapi pergumulan yang kita jalani kita membutuhkan anugerah dan kasih Allah yang menjaga dan memelihara kita. Yang ke dua, karena kita tahu itu adalah pergumulan yang menyiksa dan tidak habis-habisnya, keselamatan yang Tuhan beri kepada kita juga menjadi kekuatan yang memampukan kita untuk bisa menang dan mengatasinya, ada spirit determinasi dalam diri kita menjadi sebuah perjuangan apa artinya menjadi orang Kristen yang bertekun sampai akhir.
Secara praktis, ada beberapa poin yang kita lakukan pada waktu kita dipanggil oleh firman Tuhan untuk serahkan segala ketakutan dan kekuatiran kita dan pikiran-pikiran yang menekan hidup kita. Yang pertama, betapa pentingnya melakukan self-talk dalam hidup kita. Dalam Mazmur 42:12 pemazmur berkata “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!”
Pdt. Martin Lloyd-Jones mengatakan Mazmur 42 mengajar kita untuk berkata kepada diri kita dan bukan untuk mendengarkan suara-suara yang berkata di telinga kita. Self-talk, belajar untuk berbicara kepada diri kita dan menolak pikiran-pikiran yang tidak sehat dalam pikiran kita. Di dalam bagian ini tentu ada baiknya jikalau ada konselor-konselor yang baik, penuh simpati dan bisa menolong kita. Kadang-kadang kita tidak sanggup atau kita merasa tersendiri dsb, biarlah ada orang lain yang menolongmu di saat seperti itu. Konselor Kristen yang baik atau sahabat dan teman yang baik kepada orang-orang seperti ini, bukan hanya untuk mendengarkan mereka tetapi menjadi suara yang positif menolong dan membantu mereka untuk bisa berkata dengan benar kepada diri mereka. Poin yang ke tiga, anxious thought bisa berhubungan dengan keinginan untuk mengontrol segala sesuatu yang ada dalam hidup kita. Kita mau pegang semua dan merasa kita peduli kepada diri, itu sebab anxious thought, ketakutan dan kekuatiran itu tidak pernah lepas daripada diri kita. Kita selalu ingin mendapatkan yang terbaik, ingin segala sesuatu berjalan dengan baik, dst. Jikalau sdr berada dalam situasi seperti itu ambillah waktu setiap hari secara rutin ucaplah syukur terhadap apapun yang ada dalam hidupmu. Ucapan syukur itu adalah vaksin yang dapat menyembuhkan sikap ingin mengontrol dan sikap arogansi dari perfeksionisme dari diri kita. Senantiasa mengucap syukur akan melatih hati kita untuk melihat apa yang kita dapat itu adalah sesuatu yang indah dan baik dalam hidup kita. Yang ke dua, orang yang penuh dengan kekuatiran adalah orang yang senantiasa dipenuhi oleh pikiran “bagaimana seandainya” menyebabkan kita mengalami anxiety. Sehingga pada waktu tiba saatnya dia harus mengambil keputusan, pengambilan keputusan itu menjadi sebuah situasi hidup yang sangat melelahkan dia. Akibatnya adalah seringkali justru dia tidak mau mengambil keputusan apa-apa. Kenapa? Karena dia telah lelah dengan “bagaimana seandainya” terus muncul dalam pikirannya. Dia terus akan ragu karena itu adalah penumpukan ketakutan dan keraguan yang ada tidak habis-habisnya. Adakalanya tidak mendapatkan jawaban yang seutuhnya itu cukup bagimu. Bahkan mungkin nanti waktu kita ketemu Tuhan baru kita mendapatkan jawaban yang sepenuhnya. Ada momen dalam hidup kita belajar untuk membiarkan Tuhan yang in control dan biarlah kita belajar untuk boleh teduh di hadapan Tuhan. Mari kita disiplinkan hati dan pikiran kita karena tidak semua kita bisa dapatkan jawabannya dan banyak hal di dalam pengambilan keputusan mungkin kita hanya bisa mengetahui beberapa langkah di depan, terima itu. Itu artinya kita berjalan dengan iman step by step dan Tuhan yang pimpin dan sertai dalam hidup kita. Di situ kita belajar berserah.
Aspek-aspek yang penting bagi kita di tengah kita menghadapi ketakutan dan anxious thought dalam diri kita, kita perlu merawat pikiran dan tubuh kita. Bukankah ada kaitan dan korelasi yang erat antara pikiran dan tubuh kita. Mens sana in corpore sano, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Penting kita memperhatikan pola makan dan diet kita. Ada manfaat dari berolah raga atau berlibur. Yang ke tiga, ada manfaat dari bernapas dengan tenang dan bermeditasi ketika sdr mungkin diserang dengan ketakutan dan kekuatiran yang berkelebihan, sdr boleh tenangkan hati dan pikiran sdr dengan cara duduk tenang, bernafas dengan baik. Mengatur pola tidur dengan baik. Dan jika perlu ada obat-obat yang bisa menolong, ambil itu. Jangan lihat sebagai sebuah hal yang cacat atau melemahkan sdr. Semua itu patut dan perlu untuk menolong kita.
Terakhir, kita tahu bahwa persoalan depresi anxiety begitu luas dan kompleks; kita baru bicara sedikit, kita belum bicara hal-hal lain. Ada dua buku yang saya rekomendasikan jikalau sdr mau belajar lebih dalam menolong kita mengenal diri dan mengenal orang lain, menolong kita juga bersimpati kepada mereka yang mengalaminya dan belajar untuk boleh melihat ada orang yang mengalami siksaan, ketakutan dan kekuatiran secara mental di dalam hidupnya, kita boleh menjadi orang yang menolong mereka juga. Buku “When the Noise Won’t Stop” A Christian Guide to Deal with Anxiety. Ketika ada suara-suara yang tidak berhenti dalam pikiran seseorang dan bagaimana tuntunan Kristen untuk bisa membantu orang yang mengalami seperti itu. Dia mengajak kita untuk boleh menjadi anak Tuhan yang hidup di tengah situasi seperti itu dengan spirit determinasi Tuhan tuntun dan pimpin kita bisa menang atasnya. Buku ke dua, “Mental Health and Your Church” A Handbook for Biblical Care. Ini sebuah buku yang sangat baik karena buku ini ditujukan kepada gereja sebagai sebuah komunitas yang penting dan baik untuk boleh peka, aware bagaimana kita boleh mengasihi dan merawat orang-orang yang mengalami pergumulan yang begitu banyak di dalam hidup mereka.
Saya harap selesai dari khotbah surat 1 Petrus ini kita boleh belajar begitu banyak daripada firman Tuhan di tengah-tengah jemaat yang mungkin mengalami ketakutan dan kekuatiran oleh sebab masa depan mereka, hidup mereka yang mereka tidak tahu akan bagaimana, mengalami penderitaan dan aniaya secara fisik menimpa mereka; aniaya itu bisa berhenti tetapi ketakutan dan kekuatiran itu tidak lenyap dalam hidup mereka. Ada dua hal yang rasul Petrus ingatkan. Pertama, bisa jadi kita menjadi kuatir, penuh dengan keraguan sebab itu berangkat dari pride yang ada dalam hidup kita yaitu kita in control hidup kita. Yang ke dua, kita belajar untuk menyadari begitu dalam Tuhan itu sungguh-sungguh memelihara dan care kepadamu. Kiranya Bapa di surga memberkati kita dengan firman-Nya hari ini di tengah kita mengalami tekanan kesusahan kesulitan dan itu menjadi sebuah pergumulan yang tidak ada habis-habisnya namun di dalamnya firman Tuhan mengajarkan kita senantiasa ingat bahwa Tuhan itu baik, tidak pernah melepaskan kita bergumul sendiri. Ia mengasihi kita sebagai Bapa yang penuh dengan rahmat. Biarlah kebenaran firman Tuhan boleh memenuhi hati dan pikiran kita sehingga kita boleh menikmati keteduhan, damai sejahtera, penyertaan Tuhan di tengah kegalauan hati kita, ketakutan dan kekuatiran yang menerpa hidup kita. Kiranya Tuhan kuatkan kita untuk selalu bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, melangkah dengan iman di tengah ketidak-tahuan dan tidak meragukan tetapi membuat kita boleh percaya Allah itu baik adanya.(kz)