Christian Living 101: Pure Joy and Good Conscience

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Kisah Rasul 24:16, Roma 2:15-16, 1 Timotius 1:18-20

Dalam memulai perjalanan hidup Kristen kita bukan bicara terhadap apa yang kita akan lakukan dan kerjakan, tetapi bicara bagaimana kita menilik dan melihat hati dan nurani kita lebih dulu. Rasul Paulus berkata dalam Kisah Rasul 24:16, "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." So I strive always to keep my conscience clear before God and man. Pada waktu sdr dan saya menjalani hidup menjadi anak-anak Tuhan, mungkin ada satu ketika dimana kita merasa kehilangan damai sejahtera, bukan disebabkan karena ada persoalan atau pertikaian yang terjadi, bukan juga disebabkan karena ada halangan dan hambatan, karena persoalan penyakit atau tantangan kesulitan, tetapi karena ada hal yang menyebabkan kita tidak bisa tidur nyenyak di malam hari karena ada semacam gangguan di dalam hati kita yang seringkali dikatakan orang itu telah kehilangan "inner peace." Pada waktu inner peace itu hilang jelas berkaitan dengan kekalutan yang terjadi di dalam hati nurani kita.

Apa itu hati nurani? Hati nurani adalah hal yang sangat penting biasa. Orang lain yang bukan Kristen juga mempunyai definisi sendiri mengenai hati nurani tetapi bagi kita yang percaya Tuhan, secara teologis kita katakan hati nurani adalah aspek dari keberadaan kita yang menjadi wakil Allah di dalam diri kita. Inilah yang dikatakan dalam Roma 2:15-16, "Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus." Dikatakan di sini suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Inilah dua hal yang menjadi pekerjaan atau fungsi dari hati nurani. Yang pertama, dia menjadi hakim yang menilai kehidupan orang itu. Yang ke dua, dia menjadi pembela yang memberikan keyakinan dan damai atas keputusan hidup orang itu.

Hati nurani itu bersifat universal dan bekerja secara independen. Tidak ada orang yang bisa menghilangkan eksistensi hati nurani di dalam hidupnya. Hati nurani tidak bisa dimatikan sebab dia telah menjadi wakil Allah di dalam hidup manusia. Dan satu kali kelak hati nurani itu akan bertanggung jawab kepada Tuhan. Walaupun mungkin kita bisa menekan atau memperalat atau mengarahkan dia atau menipu dia, tetapi pada satu saat dia bisa bekerja secara independen dan dia menghakimi hidup kita. Selanjutnya dikatakan ayat ini pada waktu seseorang melakukan sesuatu yang baik menurut dia atau apapun yang dia kerjakan, orang itu sendiri sudah mengakui hukum Allah itu tertulis di dalam hatinya dan satu kali kelak Allah akan menghakimi hati nurani itu.

Namun suara hati nurani tidak boleh menjadi tolok ukur satu-satunya dan yang paling penting karena hati nurani sudah jatuh dalam dosa, hati nurani tidak bisa kita sandari sebab dosa telah mencemarkan dan mengkorupsi standar moralitas daripada hati nurani. Sebagai anak Tuhan kita membutuhkan firman Allah menjadi firman yang menyucikan, membersihkan dan memurnikan hati nurani kita. Seorang teolog mengatakan, hati nurani adalah sinar alamiah yang Tuhan taruh dalam hati kita dan firman Allah adalah sinar supranatural yang datang kepada kita. Maka di sinilah pentingnya peranan firman Tuhan di dalam perjalanan hidup kita. Ketika kita membaca, mendengarkan dan merenungkan firman Tuhan, firman Tuhan itu senantiasa boleh memberikan pembersihan yang terus-menerus bukan kepada apa yang kita kerjakan saja tetapi kepada apa yang tidak kelihatan yaitu apa yang ada di dalam hati kita. Itu adalah poin yang ke dua yang dikatakan oleh Paulus, dia bukan bicara akan apa yang sudah dia kerjakan, apa yang sudah dia raih dan dapat tetapi dia bicara soal hidup sebagai anak Tuhan mempertahankan hati nurani yang murni. Dan dia juga memberikan nasehat yang sama kepada Timotius untuk memiliki hati nurani yang murni. Ini yang kita baca dalam 1 Timotius 1:18-20, "Tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni. Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka, di antaranya Himeneus dan Aleksander, yang telah kuserahkan kepada Iblis, supaya jera mereka menghujat." Di sini Paulus memberitahukan kepada kita satu degradasi dari kehidupan orang yang memiliki hati nurani yang telah terkorupsi oleh dosa dan hal itu bisa juga terjadi kepada orang-orang yang tadinya mengaku percaya dan mengikut Yesus Kristus. Paulus menyebut nama dua orang yang setidak-tidaknya pernah menjadi rekan kerja daripada Paulus, yaitu Himeneus dan Aleksander, yang hati nurani mereka telah rusak adanya.

Pertama-tama perlu kita tahu hati nurani yang telah dicemarkan oleh dosa adalah hati nurani yang selalu mendengarkan dan menebarkan kata dan suara-suara yang membuat kita kuatir dan ragu. Sehingga Paulus mengatakan kita harus hati-hati dengan anak Tuhan yang mempunyai iman yang lemah jangan sampai kita membuat hati nurani orang itu tersandung oleh perkataan dan perbuatan kita.

Sebaliknya di spektrum yang lain kita menemukan ada hati nurani yang bersifat moralis. Itu adalah hati nurani yang merasa apa yang dia kerjakan dan lakukan di dalam keagamaannya membuat dia merasa diri baik dan sempurna, tidak ada lagi kesalahan dan dosa di dalam dirinya. Itu adalah satu kebahayaan yang lain lagi di dalam hati nurani. Kita lihat dari orang Farisi yang selalu membenarkan diri dan dalam kasus seorang anak muda yang kaya yang datang kepada Yesus yang berkata "dari sejak muda aku sudah melakukan semua itu" (Lukas 18:18-25). Ini adalah aspek yang ke dua yang kita sebut sebagai hati nurani yang legalistik yang berpikir dia jauh lebih baik daripada orang yang lain.

Aspek yang ke tiga dari hati nurani yang dalam Roma 11:8 dikatakan: seperti ada tertulis: "Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini." Seorang hamba Tuhan menyebut ini adalah "a drowsy conscience" hati nurani yang terlelap, yang mengantuk berat sehingga tidak sanggup untuk melihat dan mendengar suara firman Tuhan. Hati nurani yang bersifat ignorance, terbius, tidak peka dengan apa yang salah di dalam kehidupan dia dan tidak lagi ingin menjadikan hidupnya berjuang kepada sesuatu yang berkenan kepada Tuhan; yang tidak lagi memiliki kerinduan untuk melakukan evaluasi diri melihat apakah hal yang dia kerjakan dan lakukan berkenan kepada Tuhan. Sangat menakutkan itulah hati nurani yang dikatakan oleh rasul Paulus di dalam 1 Timotius 4:2 "oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka" atau dalam terjemahan bahasa Inggris: Such teachings come through hypocritical liars, whose consciences have been seared as with a hot iron.

Beberapa minggu lalu saya menyebut tentang seorang anak pendeta yang kemudian menjadi ateis yang bernama Friedrich Nietzsche, meninggal sekitar umur 50-an. Banyak orang kagum dengan tulisannya dan beberapa bukunya masih terus dibaca orang sampai hari ini, "The Antichrist, Beyond Good and Evil, Thus Spoke Zarathustra," dsb. Banyak orang mengatakan Hitler sangat dipengaruhi oleh pemikiran dari Nietzsche khususnya mengenai konsep "Ubermensch" yaitu menciptakan semacam ras yang paling unggul di atas muka bumi ini, yang gagah perkasa, kecerdasannya melampaui rata-rata orang, yang memiliki kekuatan mental tidak diikat oleh emosi dan perasaan, terutama guilty feeling. Itulah hal yang dikritik oleh Nietzsche terhadap Kekristenan yang bagi dia selalu menghakimi dan mengatakan kita adalah manusia yang berdosa di hadapan Allah, yang patut dimurkai dan selalu membutuhkan pengampunan dari Allah. Itulah sebabnya Nietzsche mengatakan jika kita ingin menjadi orang yang kuat, kita harus melepaskan diri dari Allah. Sepuluh tahun terakhir sebelum meninggal, Nietzsche mengalami sakit mental dan harus dirawat di rumah sakit jiwa dan beberapa waktu di akhir hidupnya dia dirawat oleh ibunya dan saudara perempuannya yang janda. Kasihan sebenarnya orang yang mau melawan Tuhan tetapi hidup dalam hati nurani yang terus bergejolak. Bukankah Tuhan sudah pernah berkata kepada rasul Paulus, "Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang" (Kisah Rasul 26:14). Artinya sia-sia engkau berusaha melawan Tuhan. Amat sangat menyedihkan jikalau ada orang-orang yang sampai menjelang ajal pun masih saja berkeras menolak Tuhan dan memilih untuk ikut kepada kegelapan. Tapi kita tidak perlu heran akan hal itu. Kita bisa melihat apa yang Alkitab katakan ketika hati nurani orang yang begitu keras bagaikan sudah dicap besi panas, sangat menakutkan karena mata rohani mereka tidak bisa melihat dan telinga mereka tidak bisa mendengar firman Tuhan. Hati nurani mereka sudah tidak murni dan tidak lagi peka, hati nurani yang telah dimatikan dan berada dalam keadaan dan kondisi dimana orang-orang ini tidak lagi bisa melihat anugerah dan keselamatan dari Tuhan.

Secara praktis bagaimana panggilan firman Tuhan hari ini di dalam kita menjadikan hidup kita mendengarkan firman Tuhan, hidup kita menjadi anak Tuhan sekarang, juga menjadi panggilan bagi setiap kita untuk hidup seperti yang Paulus katakan dalam Kisah Rasul 24:16, "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." So I strive always to keep my conscience clear before God and man.

Yang pertama, jelas hati nurani tidak mungkin bisa disadarkan dan dibangunkan, diingatkan kepada hal yang penting dan hal yang bermoral di hadapan Tuhan kecuali dia dibangunkan oleh pendengaran kepada pemberitaan Injil dan firman Tuhan. Kita bisa lihat dari Kisah Rasul 24:22-27 kasus daripada gubernur Roma bernama Feliks yang begitu gelisah dan takut saat ditegur oleh firman Tuhan. Dia sadar bahwa dia telah melakukan hal yang salah dan satu kali kelak dia harus mempertanggung-jawabkan hidupnnya di hadapan Allah. Mendengar tentang penghakiman yang terakhir itu membuat dia resah dan gelisah, tetapi justru dia menutup telinga dan menolak untuk mendengar pemberitaan Injil. Hati nurani itu akan dibangunkan pada waktu kita mendengarkan pemberitaan firman Tuhan.

Yang ke dua, hati nurani makin dibersihkan pada waktu hati nurani itu mau dididik dan ditumbuhkan oleh firman Allah. Hati nurani yang sudah cemar ini setiap hari patut dan perlu disucikan dan dibersihkan oelh firman Allah. Hati nurani kita patut terus digemburkan oleh firman Allah. Berapa tahun sudah kita dengar firman Tuhan? Saya rindu setiap kali kita dengar firman Tuhan kita tidak pernah bosan mendengar firman Tuhan sekalipun sudah bertahun-tahun lamanya kita menjadi orang percaya. Jangan sampai kita kehilangan ketakjuban dan kenikmatan membaca firman Tuhan dan berkata 'saya sudah tahu semua.' Firman Tuhan itu membuat kita melihat bagaimana hidup kita itu senantiasa digemburkan olehnya. Ada dua hal yang penting terjadi untuk menjadikan hati kita receptive terhadap firman Tuhan. Yang pertama, kita perlu menyadari dan mencabut tumbuhan liar [weeds] yang ada di hati kita. Yang ke dua, ada benih yang baik yang kita tanam. Dan jikalau benih yang baik yang kita tanam itu terjadi pasti kita percaya akan ada buah-buah kebenaran dari benih yang baik itu. Hati nurani akan semakin dibersihkan oleh firman Tuhan pada waktu firman Tuhan itu datang menggemburkan hati kita. Tetapi pada waktu kita membaca, merenungkan firman Tuhan atau mendengarkan khotbah lalu kemudian firman Tuhan yang datang makin mengeraskan tanah itu, berarti firman Tuhan itu telah menjadi penghakiman bagi orang itu. Miliki sikap yang respek siapapun yang membawakan renungan, siapapun yang berkhotbah, buku rohani apa pun yang ditulis  dan yang mengupas firman Tuhan dengan benar, jadikan itu semua sebagai alat Tuhan untuk menggemburkan hati kita karena itu menjadi respon kita kepada firman Allah. Itulah sebabnya saya percaya hati nurani kita akan terus disucikan dan dimurnikan sampai akhir karena ketika kita meresponi firman Allah itu sebagai alat Tuhan yang melembutkan hati kita. Tidak ada habis-habisnya berkat itu akan mengalir setiap kali kita baca dan merenungkan firman Tuhan yang akan memperkaya dan menjadikan hati kita itu indah adanya. Bukan saja anda yang mendengarkan firman, bagi kita yang membawakan firman dan bagi kita yang membacakan firman, kiranya firman itu tidak pernah menjadi firman yang membosankan dan firman yang tidak menyentuh hati kita.

Hugh Latimer seorang hamba Tuhan bishop di Worcester di abad 15 mati martir dibakar di atas kayu api tanggal 16 Oktober 1555. Dikisahkan Hugh Latimer seringkali berkhotbah di hadapan raja Henry VIII dan satu hari raja merasa tidak senang dengan khotbahnya yang keras menyinggung perasaannya, maka Hugh Latimer diminta minggu depan datang minta maaf kepada raja. Minggu depannya, Hugh Latimer mulai berdiri untuk berkhotbah dia menggunakan kalimat seolah sedang berbicara kepada dirinya sendiri. "Hugh Latimer, tidakkah engkau tahu engkau sedang berkhotbah di hadapan siapa hari ini? Engkau hari ini sedang berkhotbah di hadapan raja yang paling mulia dan sangat berkuasa yang bisa mencabut nyawamu jikalau engkau menyinggung hatinya. Itulah sebabnya berkatalah dengan benar dan jangan sampai engkau mengeluarkan kata-kata yang bikin dia tidak senang. Tetapi Hugh Latimer, tidakkah engkau tahu darimana engkau datang dan siapa yang telah mengutusmu untuk menyampaikan berita ini? Dialah Allah yang maha mulia dan maha kuasa, yang maha hadir dan yang melihat segala jalanmu, dan yang berkuasa untuk melempar jiwamu ke dalam neraka! Karena itu sampaikanlah dengan seksama dan dengan setia."

Kita yang membaca firman Tuhan, kita yang mendengar firman Tuhan, kita yang mengkhotbahkan firman Tuhan kita semua harus mempunyai sikap yang sama. Yang menyampaikan firman, sampaikanlah dengan setia dan handle the word of God carefully. Jangan putar-balik firman Tuhan, katakan dengan benar apa yang firman Tuhan katakan dan senantiasa cari perkenan Tuhan di dalam pelayananmu. Kita yang mendengarkan firman Allah, mari kita mendengarkan firman Allah dengan benar dan berespon dengan benar juga kepada firman Allah, itulah yang berkenan kepada Allah. Yang ke tiga, hati nurani kita itu disembuhkan oleh kasih karunia Injil Allah [the grace of the Gospel]. Hanya Injil Yesus Kristus yang sanggup memberikan damai sejahtera yang sejati di dalam nurani kita. Nurani kita pasti terusik dan tidak ada damai pada waktu ada onak duri kesalahan dan dosa di dalam hati kita. Dan pada waktu kita mengaku bukan saja kita mengaku kesalahan kita tetapi kita juga menerima sebuah kepercayaan bahwa Allah itu menerima kita apa adanya, hati nurani itu tidak akan lagi menjadi suara yang menuduh kita sebab nurani itu telah disembuhkan oleh anugerah Injil Yesus Kristus. Ada jaminan keselamatan dari Injil itu. Alkitab mengingatkan kepada kita "sejauh timur dari barat demikian dijauhkannya dari kita pelanggaran dan kesalahan kita" (Mazmur 103:12).

Yang terakhir, hati nurani kita harus dilatih oleh disiplin evaluasi diri. Evaluasi diri itu penting dan harus menjadi satu disiplin rohani yang kita kerjakan dan lakukan. Ketika kita membaca firman, kita merenungkan dan kita melakukan evaluasi diri, ini doa yang harus kita ucapkan: Tuhan, jikalau ada kata-kata yang aku ucapkan yang sepatutnya tidak keluar dari mulutku tetapi sudah keburu keluar, ampunilah aku ya Tuhan. Jikalau ada tindakan dan perbuatan yang kita kerjakan terlalu cepat kita kerjakan tetapi sudah terjadi, ampunilah aku ya Tuhan. Jikalau ada hal-hal yang benar dan baik yang sepatutnya saya katakan tetapi tidak saya katakan karena saya takut menyinggung orang, ampunilah aku ya Tuhan. Jikalau ada orang yang seharusnya saya bela di dalam pekerjaan di kantor tetapi saya mengabaikan dan melewatkan kesempatan itu, ampunilah aku ya Tuhan. Dengan disiplin evaluasi diri terhadap firman Tuhan di situlah kita menjadi anak-anak Tuhan yang senantiasa berusaha menjadikan hati nurani kita murni, tulus dan bersih.

Hari ini kita bersyukur sekali lagi, oleh karena kemurahan Tuhan, kita yang dahulu sudah jatuh dalam dosa, yang hati nurani kita telah dikorupsi oleh dosa, tetapi karena hanya Injil Yesus Kristus kita boleh memiliki hati nurani yang dibersihkan dan dimurnikan. Itu sebab kita perlu bersandar kepada firman Tuhan setiap hari sebagai cahaya supranatural yang membersihkan cahaya natural hati nurani kita supaya makin terang. Itu tidak akan bisa kita dapat lakukan kecuali hati kita terus-menerus digemburkan oleh firman Allah. Hari ini kita dengar firman Tuhan, minggu depan kita dengar firman Tuhan, minggu lalu kita sudah dengar, kiranya kita tidak akan pernah merasa firman itu melelahkan dan membosankan kita karena dia bersifat menggemburkan hatimu. Kiranya kita boleh membawa hati kita kepada Tuhan, dan Ia membersihkanlah hati kita terus-menerus dengan firmanNya sehingga kita boleh bertumbuh di dalam kehidupan kita ikut Tuhan. Ketika firman Tuhan mengarahkan kita, mendidik kita dan mempertumbuhkan kebenaran firman Allah di dalam hati setiap kita, sampai akhir hidup kita biarlah kita berkata, bekerja, dan melakukan pelayanan apapun yang kelihatan lahir dari hati yang senantiasa disucikan dan dibersihkan oleh Tuhan.

Jikalau seringkali hati kita dikacaukan oleh keraguan dan kekacauan; kita mencari pegangan di luar daripada Tuhan; jikalau seringkali apa yang kita kerjakan dan lakukan hanya memikirkan apa yang terbaik bagi diri kita sendiri dan tidak mencari apa yang terindah bagi Tuhan dan memuliakan nama Tuhan, kiranya Tuhan mengampuni setiap kita. Jikalau ada kata-kata yang keluar dari mulut kita tanpa kita pikirkan dalam-dalam sehingga menjadi sandungan bagi orang lain dan melukai hati orang yang ada di sekitar kita; jikalau ada tindakan dan perbuatan yang tidak kita pikirkan dengan dalam dan matang-matang sehingga kita telah menaruh sebuah batu sandungan di dalam perbuatan kita, kiranya Tuhan mengampuni kita. Kiranya Tuhan makin membersihkan nurani kita dan menyucikan hidup kita supaya setiap pelayanan kita, perkataan dan hidup kita menghasilkan buah yang baik sebab berasal dari hati yang baik adanya.(kz)

Previous
Previous

Jesus, Gentle and Lowly

Next
Next

Perbedaan "Bermegah" dan "Sombong"