Perbedaan "Bermegah" dan "Sombong"

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: 2 Korintus 10:17-18, 2 Tawarikh 32:24-31, 2 Korintus 12:1-10, Filipi 2:3-10 

Dalam 1 Samuel 16:7 berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." Ini adalah kalimat yang memperlihatkan kepada kita Allah memiliki cara pandang yang begitu berbeda dengan cara pandang manusia. Kita adalah orang yang sangat condong dan cenderung untuk kagum dan terpesona kepada hal-hal yang hebat, kepada kesuksesan, kekayaan, ketampanan, dan semua yang terlihat baik di permukaan. Karena itu kita juga adalah orang yang cenderung untuk dengan sekuat tenaga meraih kekuasaan untuk diri kita. Kita ingin sukses, kita ingin disebut sebagai orang yang hebat. Kita kerja keras siang dan malam untuk mendapatkan itu bahkan mungkin sebaliknya di tengah kesusahan, kesulitan dan penderitaan kita juga ingin mendapatkan pujian orang kepada diri kita.

Pada hari ini saya mengajak kita untuk melihat sebagai anak Tuhan bagaimana memahami pengertian dan konsep "pujian." Pada waktu Paulus berkata: Marilah kita bermegah di dalam Tuhan (1 Korintus 1:31, 2 Korintus 10:17) bagaimana kita tahu itu adalah sesuatu hal yang menjadikan kita berkenan kepada Tuhan ataukah kita jatuh kepada arogansi, kecongkakan dan kesombongan? Alkitab mengatakan Allah tidak senang dengan kecongkakan dan kesombongan. Jangan kita tinggi hati dan berbangga di hadapan Allah dengan kesombongan kita. Ada begitu banyak ayat-ayat di Alkitab yang mengingatkan dan memperingatkan kepada kita akan arogansi, kesombongan dan kecongkakan jangan ada dalam hati kita. Lalu bagaimana kita memahami bahwa kita tidak boleh menjadi orang yang sombong, congkak dan arogan, tetapi pada saat yang sama kita menikmati satu sukacita, kita bisa bangga dan bermegah tetapi tidak jatuh dan tidak terjebak kepada hal-hal yang membuat saya mengambil dan mencuri kemuliaan nama Tuhan? Dengan memahami hal ini kita akan menjadi anak Tuhan yang penuh dengan kerendahan hati, yang menyadari bahwa tidak ada sesuatu dari diri kita yang patut kita banggakan tetapi kita penuh dengan sukacita dan lega dan lapang hati di tengah segala pencapaian kita.

Rev. Bob Russel menulis sebuah buku sebagai refleksi dari pelayanannya selama 50 tahun, dia mengatakan pelayanan adalah tempat "ego booster" yang sangat berbahaya. Kenapa pelayanan menjadi ego booster yang sangat berbahaya? Sebab dalam pelayanan umumnya kita tampil di depan orang, kita melakukan sesuatu yang dilihat orang, dan apa yang kita kerjakan senantiasa akan menghasilkan respon dan pujian dari pendengar dan jemaat, dan pujian itu gampang dan mudah mengalir kepada orang-orang yang ada di depan ketimbang kepada orang-orang yang melayani di back stage padahal mereka datang dua tiga jam lebih awal dan dua tiga jam sesudahnya untuk membereskan semua peralatan. Sebagai orang-orang yang melayani Tuhan kita senantiasa harus menghindarkan diri dari mentalitas selebriti. Ingat ucapan Yesus kepada orang Farisi, apapun yang mereka kerjakan hanya untuk dilihat orang (Matius 23:5). Jangan sampai kita menjadi seperti Itu. Hati-hati dengan pujian yang berlebihan yang datang kepada kita, yang seringkali membuat kita berpikir kitalah yang menjadi penyebab dan sumber daripada segala kesuksesan di dalam pelayanan. Seringkali pada waktu kita menganggap pelayanan ada karena usaha dan jasa kita, dan semua dinamika daripada pelayanan itu berpusar kepada seorang hamba Tuhan tertentu, entah sebagai seorang senior pastor, sebagai seorang pendiri dari sebuah pelayanan, atau seseorang yang punya bakat dan talenta yang luar biasa atau dia itu seorang pendukung dana yang terbesar dari sebuah pelayanan dan dia menganggap tanpa dia pelayanan tidak akan jalan, pelayanan itu akan hancur dan pekerjaan Tuhan akan berantakan. Dan akhirnya dia menganggap sepatutnya menerima segala hormat dan pujian atas semua itu dan ketika tidak mendapatnya dia akan marah, kecewa dan kita tidak lagi mau melayani. Bob Russel ingatkan ministry is a dangerous ego booster. Dalam Roma 11:36 Paulus berkata, "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" Ini adalah sebuah doxology, kemuliaan dan hormat kembali kepada Allah yang kita layani dan bukan kepada diri kita sendiri. Dalam 2 Korintus 10:17-18 Paulus berkata, "Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan." Apa yang Paulus maksud di sini?

Sebelum menuju ke sana, saya akan ajak sdr lebih dulu melihat satu peristiwa penting ketika raja Hizkia mengalami mujizat kesembuhan dari sakit keras yang sebenarnya mustahil disembuhkan dan nabi Yeremia sudah mengatakan sebentar lagi dia akan mati. Kisah itu ditulis dalam kitab Tawarikh yang ditulis setelah bangsa Israel berada di pembuangan sehingga kitab Tawarikh adalah kitab yang menuliskan kembali sejarah yang sudah lewat tetapi dengan sebuah perspektif spiritual dan tentunya dengan pimpinan dari Roh Kudus bagaimana melihat sejarah itu dengan satu sudut pandang yang berbeda. 2 Tawarikh 32:24-31 mencatat raja Hizkia jatuh sakit dan sakitnya amat berat sehingga tidak ada tabib dan obat-obat yang bisa menyembuhkan dia. Nabi Tuhan juga datang dan mengatakan bahwa hidupnya tinggal menghitung hari saja. Mendengar hal itu, Hizkia menangis menggerung-gerung kepada nabi supaya berdoa bagi dia dan Tuhan bermurah hati memberikan kesembuhan kepada dia secara ajaib. Alkitab mengatakan, "Tetapi Hizkia tidak berterima kasih atas kebaikan yang ditunjukkan kepadanya, karena ia menjadi angkuh." Sudah tentu hal ini tidak terjadi di dalam satu dua hari setelah dia sembuh; saya percaya itu adalah respon yang sangat keterlaluan. Tetapi ayat ini memberikan sebuah refleksi spiritual dari penulis Tawarikh. Penulis Tawarikh mengatakan dengan jelas Allah mengaruniakan dia harta milik yang amat besar. Dan ketika utusan dari raja-raja Babel datang untuk melihat apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam hidupnya, Hizkia jatuh di dalam keangkuhan dan kesombongan. Ini adalah sebuah cerita yang penting kita bisa lihat.

Bagian firman Tuhan yang ke dua akan kita baca dari 2 Korintus 12:1-10 Paulus berkata, "Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya sama sekali." Paulus lanjutkan, "namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan." Sekarang kita masuk kepada poin ini; kalau hal ini tidak berhak dan tidak boleh kita banggakan, kenapa Tuhan mengijinkan hal ini ditulis oleh rasul Paulus menjadi bagian dari pengalamannya? Kenapa Tuhan mengijinkan? Ada dua hal yang penting, yang pertama Tuhan mengijinkan dengan catatan jikalau engkau mengalami hal-hal seperti ini dimana Tuhan memberikan tanda ajaib, atau terjadi mujizat kesembuhan bagimu, bahkan kepada Paulus pengalaman dia naik ke surga itu tidak boleh menjadi cerita yang engkau banggakan lebih tinggi daripada kisah kemenangan Kristus di atas kayu salib. Yang ke dua, pengalaman hidupmu itu tidak boleh menjadi cerita yang dibawa-bawa karena itu menjadi satu relasi hubungan personal dengan Tuhan. Di situ sebenarnya maksudnya kita mengerti apa arti Tuhan mengerjakan sesuatu yang besar yang tidak boleh menjadi kebanggaan kita. Tetapi Tuhan ijinkan hal ini ditulis kepada kita untuk memberitahukan kepada kita bahwa sebenarnya Tuhan bekerja dalam banyak hal dalam diri Paulus tetapi Paulis tidak pernah pakai itu untuk menyombongkan diri dalam pelayanannya. Tetapi terpaksa dia harus melakukan itu karena untuk menjadi sesuatu pembelajaran bagaimana jemaat di Korintus membanggakan orang-orang yang mengaku sebagai rasul-rasul yang palsu dan mereka melakukan sesuatu yang membuat hati daripada orang-orang lebih condong kepada hebatnya cara berkhotbah mereka dengan retorika dan eloquence, kepada kesuksesan, ketampanan, kecantikan, kehebatan, kekayaan lalu kemudian itu semua kita equal dengan berkat dari Tuhan.

Kenapa Paulus menceritakan pengalamannya ini: Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya ia tiba-tiba diangkat  ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. Paulus menceritakan hal ini seolah mengenai "orang ke tiga" seseorang yang bukan dia tetapi dia bilang "aku mengenal seorang Kristen." Paulus bilang orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ke tiga dari sorga atau langit. Konsep langit tingkat ke tiga tidak berarti surga itu ada beberapa tingkat; kita harus mengerti ini dari konsep orang Yahudi dimana langit tingkat pertama adalah tempat dimana burung-burung ada, langit tingkat ke dua adalah tempat dimana galaksi bulan, bintang, planet dan tatasurya ada, dan langit tingkat ke tiga adalah tempat dimana surga yaitu tahta Allah ada. Alkitab menyebut "langit" umumnya dalam bentuk jamak [plural], bukan dalam bentuk singular. Apa yang Paulus katakan ini mengingatkan kepada kita, kita adalah manusia yang terlalu gampang dan senantiasa cenderung punya pandangan yang terlalu pendek adanya, yang tidak bisa melihat lebih dalam daripada yang di permukaan itu. 

1 Korintus 10:17 mengingatkan kepada kita satu-satunya kemegahan yang menjadi kemegahan yang harus ada lahir dari hati kita adalah kemegahan di dalam Tuhan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita mengerti dan memahami apa artinya "kemegahan di dalam Tuhan"? Ada tiga poin yang saya ingin ajak sdr dapatkan dari pemahaman kata ini untuk membedakannya dengan tidak boleh bermegah sama sekali terhadap diri sendiri.

Bermegah di dalam Tuhan" adalah antitesis dari "sombong kepada diri." Sombong kepada diri adalah inti dasar dari semua dosa kita. Adam dan Hawa jatuh dalam dosa bukan karena buah pengetahuan baik dan jahat itu menarik; Adam dan Hawa jatuh dalam dosa bukan karena mereka tidak taat kepada firman Tuhan. Adam dan Hawa jatuh dalam dosa oleh karena mereka mendengar kata-kata Setan, jikalau kamu makan buah ini kamu akan menjadi seperti Allah. Itulah yang terjadi dengan raja Hizkia. Dia tidak sadar dia bisa membangun semua itu didasarkan kepada satu hal yang sebenarnya tidak bisa dia sendiri kerjakan yaitu memperpanjang hidupnya dan mendapatkan kesehatan karena itu datangnya dari Tuhan sendiri yang melakukan mujizat menyembuhkan dia. Tetapi setelah meraih dan mendapatkan semua sukses itu, dia lupa dasar daripada keberhasilan dan kesuksesannya itu karena Tuhan menyembuhkan dia. Itulah artinya Allah berkarya dalam hidup kita. Banyak kali waktu kita mengalami hal-hal yang begitu ajaib dan dahsyat dari Tuhan lalu Tuhan mengijinkan hidup kita diperpanjang beberapa tahun lagi, kalimat yang menarik dari penulis Tawarikh mengingatkan kepada kita Allah seolah-olah diam untuk menguji apa yang ada di dalam hati kita. Puji Tuhan kita bisa lihat Tuhan merendahkan kembali Hizkia dan dia mengaku dosa dan Tuhan mengampuni kelemahan dan kesalahan dia. Jadi kesimpulannya, bermegah di dalam Tuhan artinya dasar dari saya bermegah itu adalah karena saya benar-benar mengakui apa yang Tuhan kerjakan dalam diriku khususnya keselamatan yang kita terima di dalam penebusan dan pengampunan oleh Tuhan Yesus Kristus, dan  apa yang Tuhan sudah beri kepada kita termasuk nafas hidup, kesehatan, bakat, talenta, kesempatan, dst yang telah Tuhan kerjakan dalam hidupku. Rev. Charles Spurgeon, seorang hamba Tuhan dan pengkhotbah yang sangat terkenal di abad 19 pernah berkata mengenai bahaya dari kesombongan dalam khotbahnya: Pride is a groundless thing dan pride is a brainless thing. Kesombongan itu adalah sesuatu hal yang tidak punya dasar dan tidak masuk akal. Sombong itu adalah seperti berdiri di atas lumpur hidup yang lambat laun tetapi pasti akan menenggelamkan kita. Semakin kita berdiri membanggakan segala sesuatu semakin lumpur itu akan menarik kita ke dalamnya. Saat mulut kita menyombongkan diri dan mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya tidak pernah memikirkannya lebih dalam, menggumuli apa yang yang terjadi dalam hidup kita karena kita tidak mengerti dan tidak mengetahui apa yang kita katakan dan kita ucapkan. Tidak ada pada diri kita yang pada dasarnya datang dari diri sendiri itu sebabnya kenapa kita katakan kita tidak boleh bangga dan sombong kepada apa yang kita raih. Kalau demikian berarti bermegah di dalam Tuhan itu sama dengan praise and worship. Bermegah di dalam Tuhan itu berarti "soli Deo glory." Bermegah di dalam Tuhan itu berarti ketika ada pujian datang kepada setiap kita, kita harus menjaga hati kita dan selalu berkata dengan tulus dan jujur Tuhanlah yang telah melakukan dan memberikan itu, kita memberi pujian syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Kalimat itu jujur harus keluar dari diri kita bukan juga menjadi sebuah kebanggaan kita tetapi senantiasa kita katakan Allahlah yang mengerjakan itu di dalam diri kita.

Yang ke dua arti dari kalimat "bermegah di dalam Tuhan" dalam 2 Korintus 10:17-18 Paulus memberikan jawabannya, "Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan. Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan." Ini adalah kalimat penting dari rasul Paulus mengingatkan kita hanya merindukan satu pujian dan biarlah itu pujian yang lahir bukan dari orang-orang yang ada di sekitar kita walaupun mereka juga mungkin mengeluarkan pujian itu dengan hati yang tulus mengapresiasi apa yang sudah sdr kerjakan dan lakukan bagi Tuhan, bagi mereka dan di dalam kehidupan sdr. Kita tidak menolak pujian dari orang-orang yang lahir dari hati yang baik dan tulus tetapi kita tidak menyandarkan diri kepada pujian seperti itu. Paulus katakan pujian yang tahan uji, artinya pujian yang akan terus ada sampai di surga sana yang paling penting dan biarlah semua kita bisa bermegah di dalam Tuhan oleh karena kita mendapatkan pujian yang terakhir dari Tuhan kita. Sehingga kita boleh jaga hati dan hidup kita hari ini di dalam apapun yang kita kerjakan dan lakukan biarlah kita senantiasa dituntun dan dipimpin dengan satu perspektif kita akan dapat balasan penghargaan dan upahnya nanti di surga sehingga balasan selama di dunia yang sementara ini tidak menjadi hal yang paling utama bagi engkau dan saya sekalipun mungkin apa yang sdr dan saya lakukan dalam hidup ini orang tidak memberikan ucapan terima kasih kepadamu, itu tidak boleh menjadikanmu orang yang kehilangan sukacita mengerjakan segala sesuatu sampai akhir sebab hanya merekalah yang tahan uji yang satu kali kelak akan mendapatkan pujian daripada Tuhan kita.

Yang ke tiga, bermegah dalam Tuhan berarti bagaimana kita menerima kemegahan itu karena itulah perjalanan daripada jalan Kristus bagi kita dan itu dikatakan di dalam Filipi 2:3-10 agar kita tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan, " bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Yesaya 53:2 berkata, "Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya." Ini adalah sebuah nubuatan Yesaya mengenai Mesias yang akan datang dalam segala kesederhaan dan kehinaan. Orang yang hanya menilai dan mengagumi penampilan luar tidak melihat Yesus sebagai satu figur yang menarik. Dia tidak tampan, Dia tidak memiliki daya tarik seperti selebriti yang membuat orang terkagum-kagum dan tergila-gila. Kalau engkau mau menilai hidup Kristus berdasarkan standar manusia kita boleh katakan Kristus tidak sukses, bukan? Ia mati tersendiri di atas kayu salib dalam kematian yang paling hina. Itu yang dikatakan oleh Yesaya. Tetapi orang boleh meludah, orang boleh menertawakan Dia, tetapi tidak apa. Yang terpenting adalah nanti kelak Allah sangat meninggikan Dia dan pada waktu semua orang melihat Yesus Kristus yang mulia itu, semua lutut akan bertelut dan semua lidah akan mengaku Yesus adalah Tuhan. Kita bermegah di dalam Kristus adalah karena kita menjalani hidup meneladani Kristus di dalam hidup kita. Kiranya Tuhan pimpin engkau dan saya pada hari ini. Firman Tuhan ini mengajak kita kembali penuh dengan sukacita membersihkan hati kita di dalam segala hal, motivasi kita ikut Tuhan, motivasi kita di dalam mengasihi dan melayani gereja Tuhan. Yang kita cari dan kita kejar biarlah Tuhan yang memberi pujian terakhir kepada engkau dan saya. Jikalau ada hati kita yang condong untuk ingin merebut pujian itu bagi diri kita dan kita tidak dapatkan itu sehingga kita menjadi kecewa dan marah dan bahkan kemudian menjadi orang yang tidak peduli lagi kepada pekerjaan Tuhan, hari ini biarlah firman Tuhan mengingatkan kita tidak ada yang kita bisa sombongkan di hadapan Tuhan. Persembahan uang yang besar yang engkau berikan mendukung pekerjaan Tuhan di gereja pun dasarnya adalah karena Tuhan telah memberkatimu. Engkau bisa membangun gereja, engkau bisa membangun segala sesuatu yang besar, dasarnya adalah karena Tuhan telah melakukan perkara ajaib kepadamu. Tidak ada dasar yang boleh kita pijak bagi diri kita. Kristus telah menjadi Tuhan dan Juruselamat yang memberikan contoh dan teladan bagaimana hidup mencari pujian dan hormat dari Allah Bapa semata-mata. Biarlah bagi Dia, untuk Dia dan segala hormat pujian kembali kepada Tuhan selama-lamanya.(kz)

Previous
Previous

Christian Living 101: Pure Joy and Good Conscience

Next
Next

Perbedaan "Confessing" dan "Excusing"