God's Heart for Our Church
Ringkasan Khotbah
Ibadah Syukur Ulang Tahun RECI ke 23
Pengkhotbah: Dr Derek Brotherson dari Sydney Missionary and Bible College (SMBC)
Nats: Yunus 4:1-11
Pada waktu kita merayakan ulang tahun atau momen-momen istimewa dalam hidup kita, kita mau bersyukur dan merayakan apa yang Tuhan telah kerjakan dalam hidup kita, dan kita juga ingin memakai waktu untuk merefleksikan bagaimana hidup kita selama ini. Dan hari ini adalah waktu yang baik untuk merayakan dan sekaligus juga untuk merefleksikan bagaimanakah perjalanan kita sebagai gereja, apakah kita mengerjakan apa yang Tuhan panggil kita untuk lakukan? Saya ingin fokuskan hati kita hari ini kepada satu panggilan yang Tuhan telah berikan kepada gerejaNya yaitu panggilan misi. Yesus berkata, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Matius 28:19-20). Menjadikan segala bangsa murid Tuhan, mengabarkan Injil di sini dan di mana saja di seluruh dunia. Hari ini dalam perayaan ulang tahun gereja RECI ijinkan saya mengambil kesempatan mendorong sdr untuk bertanya kepada diri bagaimana kita di dalam hal ini. Melalui pembahasan dari kitab Yunus kita melihat apakah ada hal yang membuat kita berhenti melakukan misi Allah? Menurut kitab Yunus ada sesuatu yang bisa membuat kita berhenti membawa misi Tuhan itu. Kitab Yunus ditulis untuk membantu kita mengerti apa yang menjadi masalahnya dan bagaimana mengatasi masalah tersebut.
Kitab Yunus ditulis sekitar 700 BC, tujuh ratus tahun sebelum Yesus Kristus datang ke dunia. Pada waktu itu umat Tuhan, bangsa Israel, dipanggil melakukan misi Allah seperti kita hari ini menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain, menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain. Namun pada masa Yunus hidup, mereka tidak melakukan misi tsb. Maka kitab Yunus ditulis untuk membukakan masalah ini dan menolong umat Tuhan untuk mengerti apa yang menyebabkan mereka berhenti melakukan misi yang Allah telah berikan kepada mereka. Pada waktu kita membaca kitab Yunus ini kita sadar dan melihat apa masalah mereka, yaitu masalah hati, kondisi hati mereka. Masalah hati itu telah menghentikan mereka melakukan misi dan dapat menjadi hal yang sama bagi kita yang hidup pada jaman ini jikalau kondisi hati kita juga seperti mereka. Maka ketika membaca kitab Yunus itu mirip seperti pergi ke dokter. Waktu kita ke dokter, ada tiga hal yang terjadi. Pertama, kita menyampaikan keluhan dan gejala dari tubuh kita. Yang ke dua, dokter kemudian memberikan kepada kita apa diagnosanya. Dan kemudian yang ke tiga, dokter memberikan pengobatannya seperti apa. Gejala, diagnosa, dan pengobatan. Kita akan membaca kitab Yunus dan belajar melihat bagaimana kondisi hati Yunus di sini.
Yang pertama, gejala, the symptoms. Dalam Yunus 1:1-2 dikatakan, "Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku." Kota Niniwe bukanlah bagian dari Israel melainkan kota dari bangsa lain dan Yunus diperintahkan Tuhan untuk menyampaikan misi Allah kepada mereka. Seharusnya ini merupakan hal yang sangat menyenangkan bagi Yunus sebagai nabi Allah ketika Allah memerintahkan dia untuk pergi ke sana. Tetapi apa yang Yunus lakukan setelah mendengar perintah Tuhan ini? Dia lari dari hadapan Tuhan. Kenapa Yunus lari? Kenapa dia anti bermisi? Di pasal 1 kita tidak melihat apa yang menjadi alasannya, tetapi dikatakan bahwa orang-orang Niniwe adalah orang-orang yang sangat jahat sehingga barangkali itu membuat Yunus menjadi takut. Itu mungkin penafsiran kita. Tetapi ketika kita terus membaca ke pasal-pasal selanjutnya, ternyata bukan itu yang menjadi penyebabnya. Yang menjadi penyebabnya adalah masalah atau problem yang ada di hati Yunus. Dia melarikan diri namun kemudian dia sadar sesungguhnya dia tidak bisa melarikan diri dari Tuhan. Tuhan mengirimkan badai dan angin topan melanda kapal Yunus, melemparkan Yunus ke laut dan Tuhan dengan kebaikan hatiNya mengirim seekor ikan besar menyelamatkan Yunus dan kemudian ikan itu memuntahkan Yunus daratan. Dan kemudian untuk ke dua kali Tuhan memerintahkan Yunus untuk pergi menyampaikan firman Tuhan ke Niniwe. Yunus dengan berat hati akhirnya menaati perintah Tuhan ini. Ketika anda membaca kelanjutan kisahnya, bagaimana anda mengukur kesuksesan Yunus sebagai seorang misionari di sini? Sangat sukses? Sedang-sedang? Jelek? Kitab ini mengatakan seluruh kota bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Bayangkan itu! Jika anda adalah seorang misionari, anda mungkin sangat iri kepada Yunus. Yunus 3:9 mencatat orang-orang di kota Niniwe mendengarkan apa yang dikatakan Yunus dan mereka semua bertobat dari dosa-dosanya dan berseru kepada Tuhan. Mereka bilang, "Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa." Dan benar, Allah memang kemudian menyesal. "Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya" (Yunus 3:10). Apa yang Yunus pikirkan ketika melihat hal ini? Yunus 4:1 mengatakan, "Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah dia." Yunus sangat marah melihat semua itu. Ini adalah gejala yang membukakan bagaimana hati Yunus sebenarnya. Ketika Tuhan mengampuni bangsa itu, Yunus menjadi kesal dan marah.
Sekarang, apa diagnosa dari masalah hati ini? Mengapa Yunus lari? Mengapa Yunus marah? Yunus 4:2 mengatakan, "Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya." Lalu Yunus lanjutkan, "Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup" (Yunus 4:3). Apa sebenarnya yang membuat Yunus begitu kesal dan marah sampai bicara mau mati seperti itu? Yunus marah besar karena Tuhan memberikan kasih karunia kepada musuhnya.
Di sinilah kita menemukan apa yang kitab Yunus hendak sampaikan kepada kita. Kembali kepada pasal 1 waktu Yunus melarikan diri ke Tarsis kita mengira dia takut kepada orang Niniwe. Kita pikir dia lari karena dia takut akan gagal sebagai seorang misionari. Tetapi di sini kita temukan dia lari karena dia justru takut kemungkinan dia akan berhasil sukses sebagai misionari. Yunus tahu hati Tuhan itu sesungguhnya seperti apa. Kita membaca akan hal itu di ayat 2 tadi, Yunus bilang, "Tuhan, aku tahu, bahwa Engkau adalah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena mendatangkan malapetaka" dan terlebih lagi Yunus tidak mau Tuhan menjadi seperti itu kepada musuhnya. Adakah sekarang anda bisa melihat masalah dari hati Yunus di sini? Hati Yunus tidak ada cinta kasih kepada jiwa-jiwa yang terhilang. Kita melihat sesungguhnya Yunus tidak mau orang Niniwe selamat. Bagaimana dengan kita? Apa yang mungkin bisa menahan kita untuk tidak pergi mengabarkan Injil? Apakah ketakutan kita akan apa yang akan terjadi kepada diri kita? Ataukah sebenarnya dalam hati kita sedalam-dalamnya, kita tidak mau orang-orang itu diselamatkan? Apa yang mungkin bisa menghentikan kita untuk menyampaikan Injil kepada orang-orang di sekitar kita, kepada tetangga, rekan kerja, teman atau anggota keluarga? Apakah karena takut, ataukah karena hati kita tidak terlalu peduli akan keselamatan mereka? Ini pertanyaan yang tidak nyaman, bukan? Tetapi inilah pertanyaan yang kitab Yunus tanyakan kepada setiap kita. Apakah kondisi hati kita sama seperti Yunus yang kekurangan kasih terhadap orang-orang yang terhilang?
Jadi, membaca kitab Yunus seperti pergi ke dokter. Sejauh ini kita telah melihat gejalanya, Yunus melarikan diri tidak mau melakukan misinya, Yunus menjadi marah ketika Tuhan mengampuni orang Niniwe ini. Kemudian kita mendapatkan diagnosanya yaitu hati Yunus kekurangan kasih terhadap orang yang terhilang. Sekarang kita tiba kepada pengobatannya. Bagaimana bisa hati yang seperti ini terobati? Di akhir dari pasal 4 kita bisa melihat bagaimana Allah menawarkan pengobatan bagi hati Yunus. Di ayat 4, Allah bertanya kepada Yunus, "Layakkah engkau marah?" Sudah tentu Yunus tidak selayaknya marah. Tetapi kenapa Yunus tidak boleh marah, toh orang Niniwe memang adalah orang yang sangat jahat? Banyak orang Israel yang telah mereka bunuh. Di ayat selanjutnya kita bisa melihat kenapa kemarahan Yunus itu satu hal yang salah. Di ayat 5 dikatakan, "Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu." Yunus masih berharap Tuhan akan menghancurkan kota Niniwe itu, maka dia menanti penghukuman Tuhan di pinggir kota dan dia menjadi kepanasan. Selanjutnya di ayat 6, "Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya." Allah di dalam kasih karuniaNya memberikan sebatang pohon jarak untuk menjawab masalah Yunus yang kepanasan. Ia adalah Allah yang sama dalam kasih karuniaNya memberikan seekor ikan besar untuk menyelamatkan Yunus. Ia adalah Allah yang sama yang dalam kasih karuniaNya membatalkan malapetaka yang telah dirancangkan kepada orang Niniwe. Bagaimana perasaan Yunus meresponi kasih karunia Allah di sini? Di ayat 6 dikatakan Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu. Tetapi ada pelajaran selanjutnya yang Allah berikan di ayat 7-8, "Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup." Ketika pohon jarak itu mati, Yunus kepanasan lagi. Dan bagaimanakah perasaan Yunus karena hal itu? Yunus berseru "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup!" Dua kali Yunus berkata dia mau mati. Ingatkan, ketika kita membaca narasi dalam Alkitab, dua kali pengulangan mempunyai tujuan mengajak kita melakukan perbandingan. Maka mari kita bandingkan dua kalimat Yunus ini, di ayat 3 dia begitu marah dan minta mati karena Tuhan menyatakan anugerahNya. Di ayat 8 dia begitu marah dan minta mati karena Tuhan menahankan anugerahNya kepada dia. Apakah sdr bisa melihat masalah hati Yunus? Dia tidak konsisten terhadap anugerah Allah. Di ayat 9, Allah kembali bertanya kepada Yunus, "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Kita temukan lagi pengulangan di sini. Mari kita perbandingkan pertanyaan Allah yang pertama di ayat 4 dan di ayat 9 ini. Di ayat 4 Allah menantang Yunus, layakkah dia marah ketika Allah menyatakan anugerahNya; di ayat 9 Yunus marah dan mau mati karena Allah telah menarik anugerahNya. Apakah anda bisa melihat masalah hati Yunus, dia tidak konsisten terhadap anugerah Allah. Dia menjadi senang selama anugerah itu diberikan kepada dia, tetapi ketika anugerah itu diberikan kepada orang Niniwe, musuhnya, dia menjadi sangat marah. Itu hal yang sama dengan penghakiman. Ketika penghakiman Allah ditujukan kepada Yunus, dia menjadi marah ketika pohon jarak itu mati. Tetapi ketika penghukuman itu Allah tujukan kepada musuhnya, Yunus senang, Yunus tunggu, Yunus nantikan itu. Di sinilah kita melihat problem hati Yunus. Dia mau anugerah itu hanya buat dirinya sendiri dan penghukuman buat orang lain. Di dalam firman Tuhan itu tidak benar. Yunus dan setiap kita tidak boleh menjadi seorang yang hanya mau menerima anugerah Allah bagi diri kita sendiri dan menolak anugerah Allah itu datang kepada orang lain. Tetapi seperti itulah hati Yunus dan seperti itulah hati orang-orang Israel pada waktu itu. Dan inilah pertanyaan yang menantang kita hari ini: apakah kita juga orang-orang yang seperti itu? Sejujurnya, saya pun pada diriku sendiri yang dengan natur dosa ini hatiku tidak lebih baik daripada hati Yunus. Dan saya percaya setiap kita pun tanpa pekerjaan dari Roh Kudus yang merubah hati kita, hati kita pun sama seperti hati Yunus. Tetapi kabar baiknya adalah itu tidak harus terus seperti itu. Allah ingin hati kita berubah. Dan di ayat terakhir Yunus pasal 4 ini kita melihat cara Allah melakukannya. Cara Allah mengubah hati kita adalah dengan cara memperlihatkan kepada kita seperti apa hati Allah. Di ayat 10 dan 11 kita bisa melihat seperti apa hati Allah itu. Allah berkata kepada Yunus, "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" (Yunus 4:10-11). Hati Allah adalah hati yang mempedulikan dan mengasihi orang-orang yang terhilang. Waktu Yunus melihat orang yang terhilang, yang dilihatnya adalah orang itu selayaknya menerima penghukuman. Waktu Allah melihat orang yang terhilang, Allah melihat orang yang berdosa namun Ia berbelas kasihan kepada mereka dan menghendaki mereka bertobat sehingga Ia mengampuni dosa mereka. Kita lihat bagaimana hati Allah dan hati Yunus disejajarkan dengan kata yang sama, kata "sayang" atau peduli [concern]? Ayat 10, Yunus "sayang" kepada pohon jarak itu, dalam artian Yunus hanya peduli kepada dirinya sendiri. Ayat 11, Allah sayang kepada Niniwe, kepada orang-orang yang terhilang yang akan menghadapi penghakiman, Allah peduli kepada mereka. Tidakkah seharusnya Yunus mempedulikan orang-orang itu? Dua jenis kepedulian ini membawa kepada dua respon yang berbeda. Yunus hanya sibuk dan peduli kepada kesenangan dirinya sendiri, dan tidak mau tahu kepada mereka yang terhilang; sedangkan Allah peduli kepada mereka yang terhilang dan bertindak supaya mereka diselamatkan. Itulah hati Allah kepada jiwa yang terhilang dan dengan menunjukkan isi hatiNya kepada jiwa-jiwa yang hilang itulah cara Allah menyembuhkan hati kita bisa seperti hatiNya. Ketika kita melihat hati Allah kepada orang yang terhilang, juga menjadi satu undangan dari Allah bagi kita hari ini berbagi hati Allah kepada orang-orang yang terhilang di sekitar hidup kita. Apakah Yunus menerima undangan ini? Kita tidak tahu, karena kitab Yunus tiba-tiba selesai di sini. Mengapa? Apakah karena penulisnya tiba-tiba cape? Saya rasa tidak demikian. Saya kira penulis sengaja berhenti sampai di sini sebelum memperlihatkan respon Yunus, sehingga kitab ini meninggalkan pertanyaan itu bagi kita sekalian. Bagaimana respon kita? Apakah kita akan belajar dari apa yang Allah ajarkan kepada Yunus? Maukah kita mengasihi jiwa-jiwa yang terhilang sebagaimana Allah mengasihi mereka dan membagikan Injil kabar baik kepada mereka, akankah kita menjadi a good ending bagi kitab Yunus?
Hari ini dalam ulang tahun gereja anda yang ke 23, saya mendorong anda untuk merenungkan hati Allah bagi gerejamu dan hati Allah bagi semua gereja-gerejaNya. Kita mau mengasihi orang-orang yang terhilang dan mengabarkan Injil kepada mereka. Saya sungguh tergerak mendengar bagaimana gereja anda mulai dan bertumbuh selama 23 tahun dan ijinkan saya mendorong anda sekali lagi untuk tahun-tahun ke depan bagaimana gereja ini menjadi 30 tahun, 40 tahun ke depan untuk terus mengasihi orang yang terhilang dan menyampaikan Injil kepada mereka. Saya akan mengakhiri khotbah ini dengan memberikan pe-er bagi sdr. Gunakan waktu untuk menyelami hati Allah. Inilah yang akan menyembuhkan hati yang keras seperti hati Yunus. Dan kalau kita benar-benar jujur, sedikitnya kita juga memiliki hati seperti Yunus. Renungkan hati Allah yang mengirim Yesus Kristus, di situlah hati Allah yang ternyata dalam kitab Yunus jauh lebih-lebih jelas lagi ternyata kepada Yesus Kristus yang datang ke dunia untuk mati bagi kita yang terhilang ini. Semakin kita renungkan hati Allah bagi yang terhilang, kita pun akan diubahkan melalui pekerjaan Roh Kudus dalam hati kita.
Sebagai respon kita, mari kita doa kita kepada Allah Bapa yang pengasih, bersyukur atas belas kasih dan anugerahNya kepada kita. Allah telah memanggil kita untuk menyampaikan kabar baik kepada orang yang terhilang. Dan kita melihat hati seperti Yunus akan memberhentikan kita melakukan hal itu. Kiranya Tuhan menolong setiap kita dan memberikan hatiNya yang mempedulikan orang-orang yang terhilang itu kepada setiap kita. Kiranya keterhilangan mereka menjadi satu hal yang kita pun peduli dan pikirkan seperti hati Tuhan. Sehingga ketika kita merenungkan akan anugerahNya, hati kita semakin serupa seperti hati Tuhan.(kz)