Where is Christ in Your Church?

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Efesus 2:15-22

Dalam Efesus 2:15-22 Paulus berkata, "Dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat," karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga  Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus  sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh." For Christ Himself has brought peace to us. He united Jews and Gentiles into one people when, in His own body on the cross, He broke down the wall of hostility that separated us. He did this by ending the system of law with its commandments and regulations. He made peace between Jews and Gentiles by creating in Himself one new people from the two groups. Together as one body, Christ reconciled both groups to God by means of His death on the cross, and our hostility toward each other was put to death. He brought this Good News of peace to you Gentiles who were far away from Him, and peace to the Jews who were near. Now all of us can come to the Father through the same Holy Spirit because of what Christ has done for us. So now you Gentiles are no longer strangers and foreigners. You are citizens along with all of God's holy people. You are members of God's family. Together, we are His house, built on the foundation of the apostles and the prophets. And the cornerstone is Christ Jesus Himself. We are carefully joined together in Him, becoming a holy temple for the Lord. Through Him you Gentiles are also being made part of this dwelling where God lives by His Spirit.

Efesus 2:15-22 adalah satu rangkaian firman Tuhan yang Paulus sampaikan kepada jemaat Efesus yang mayoritas adalah orang bukan Yahudi, dimana Paulus memberikan kepada kita satu rahasia Allah yang luar biasa mengenai siapakah Yesus Kristus yang datang ke dunia itu; Ia adalah Anak Allah Pencipta dunia ini yang satu kali kelak menjadi pusat sentral daripada seluruh alam semesta. Seperti visi yang dilihat rasul Yohanes dalam kitab Wahyu 7, umat Allah dari segala bangsa dan bahasa akan mengelilingi satu tahta yaitu tahta Allah dan tahta Anak Domba Allah, siang dan malam mereka akan menyembah, memuji dan memuliakan Dia. Lalu bagaimana visi itu terjadi dan direalisasikan? Dimulai dengan Allah memanggil orang-orang dari segala bangsa itu "keluar" [ekklesia] menjadi umat Allah. Gereja mulai dua ribu tahun yang lalu dari sekelompok orang-orang yang hanya dimulai dari satu suku bangsa yang namanya orang Israel, orang Yahudi, tetapi akan terus berkembang ke segala suku bangsa, dari segala bahasa, dari berbagai tempat, dan mereka akan menyembah dan memuji Tuhan. Dalam Efesus 2 mulai Paulus bicara mengenai visi itu perlahan-lahan Allah genapkan dan lakukan walaupun kita tahu betapa berat dan susahnya hal itu terjadi, bukan? Waktu itu dua kebudayaan itu bersatu duduk di dalam gereja menyembah Yesus Kristus. Mereka yang dari kelompok orang Yahudi memandang orang-orang yang bukan Yahudi sebagai orang kafir. Dan sebaliknya orang-orang bukan Yahudi, orang dari kalangan Yunani yang memiliki kemajuan dalam intelektual dan berkebudayaan tinggi menganggap orang Yahudi sebagai barbarian, orang-orang yang tidak terpelajar dsb.

Paulus katakan di ayat 15, "Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera." Kristus telah membatalkan semua aturan dari hukum Taurat itu yang sangat eksklusif bagi orang Yahudi saja. Dan di dalam Kristus Allah menciptakan satu manusia baru, atau lebih baik mungkin diterjemahkan "a new humanity," bicara bukan kepada orang tetapi kepada kemanusiaan. Kamu yang tadinya "jauh" sekarang menjadi "dekat" di dalam Kristus; kita yang "dekat" bisa melihat kasih karunia Allah lebih jelas. Ia akan membawa kita menjadi satu umat baru seperti apa? Dalam bagian ini Paulus memberikan penjelasan yang luar biasa Kristus akan menjadikan GerejaNya dengan tiga metafora yang sangat penting. Metafora pertama, Gereja sebagai Bait Allah dimana orang dari segala bangsa bisa datang berbakti, berjumpa dan bertemu dengan Kristus dengan satu kewarga-negaraan yang baru [a new citizen]. Metafora yang ke dua, Paulus menyebut Gereja secara organis sebagai satu tubuh yang unity. Lalu metafora yang ke tiga adalah metafora satu bangunan yang dibangun tersusun rapi dari berbagai keberagaman. Kristus melakukannya melalui pekerjaan daripada Roh Kudus. Dengan Roh Allah itu bekerja, segala perbedaan ras, suku, keterbatasan budaya, status sosial, kebiasaan, kesukaan preferensi yang begitu melekat di dalam diri kita harus perlahan dikikis oleh pekerjaan daripada Roh Kudus.

Hari Pentakosta adalah peristiwa Roh Kudus turun, dan salah satu fenomena yang paling penting dari Pentakosta terjadi yaitu murid-murid Tuhan, yang notabene tidak berpendidikan tinggi dan tidak pernah belajar bahasa-bahasa lain, hari itu bisa berbahasa dari berbagai bahasa berkata-kata tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (Kisah Rasul 2:9-11). Dari situ kita melihat Pentakosta sebagai a reverse of Babel. Dalam peristiwa Menara Babel di Kejadian 11 manusia memberontak kepada Allah, manusia mau menjadi allah atas diri mereka sendiri sehingga Tuhan mencerai-beraikan mereka dengan membuat mereka berbicara dengan bahasa yang berbeda-beda. Sekarang manusia boleh mendengarkan Injil dari berbagai bahasa, itu berarti Allah membalikkan kutukan daripada menara Babel itu terjadi di hari Pentakosta. Roh Allah yang bekerja mendatangkan transformasi itu membuat manusia dari berbagai suku bangsa dan bahasa datang kepada Tuhan dan menghilangkan perbedaan itu sehingga bisa mendengarkan Injil yang sama. Di situlah visi Gereja dan umat Tuhan yang dikatakan dalam Efesus 2 akan terjadi: Di dalam Kristus akan terbentuk one new humanity.

Namun dari peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Kisah Para Rasul dan apa yang dikatakan Paulus dalam surat Efesus ini, kita menemukan satu gap yang besar terjadi antara apa yang Tuhan Roh Kudus akan lakukan sejak daripada peristiwa hari Pentakosta sampai kepada Parousia, hari kedatangan Yesus yang ke dua. Gereja berjalan sebagai satu komunitas yang dipanggil keluar, sampai kepada satu titik gereja itu kemudian menjadi besar, tiga ribu, lalu lima ribu orang dan terus bertambah besar. Lalu kemudian tercatatlah satu peristiwa penting di dalam perjalanan Gereja Mula-mula dalam Kisah Rasul 6:1: "Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari." Inilah problem dan hambatan pertama muncul. Masih sama-sama orang Yahudi; yang satu orang Yahudi berbahasa Yahudi, yang satu orang Yahudi yang tidak bisa berbahasa Yahudi, yang hanya bisa berbahasa Yunani, ketegangan muncul. Ketika kamu lebih senang melayani orang-orang yang satu suku dan bahasamu, akhirnya kamu lebih cenderung memperhatikan mereka dan mengabaikan yang lain. Kisah Rasul 6:1 memberitahukan kepada kita itu yang terjadi dan akan terus bisa terjadi. Problem ini harus menjadi sesuatu yang kita lihat kalau bukan Roh Allah, kalau bukan Tuhan yang kemudian membawa kita melihat ini dengan lebih baik, dengan lebih benar, tetapi bagaimana kita belajar coba mengikis apa yang bisa menjadi hambatan dari diri kita bagi apa yang Tuhan mau bagi GerejaNya. Ada beberapa hal yang bisa kita lihat dari ayat ini. Yang pertama, gereja mulai daripada penginjilan, umat Allah berkumpul, di situ kita bisa melihat model pelayanan juga menjadi lebih besar dan lebih kompleks. Di situlah mulai muncul kebutuhan pelayanan gereja bukan saja menginjili, gereja perlu memikirkan bagaimana menjadikan struktur pembagian tugas antara rasul, penatua dan deacons. Dan di situlah kita menjadi orang yang harus melihat Yesus Kristus harus menjadi pusat dari pelayanan kita.

Kisah Rasul 8:26-28 mencatat, "Kemudian berkatalah seorang malaikat  Tuhan kepada Filipus,  katanya: "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya." Sampai di pasal 8 Kisah Rasul, Gereja Tuhan masih hanya melayani di daerah itu saja, belum ada pemikiran bagaimana bisa menjangkau sampai ke daerah Afrika. Roh Allah kemudian menggerakkan Filipus melayani seorang yang dari Etiopia pergi ke Yerusalem untuk berbakti di Bait Allah dan sekarang dalam perjalanan pulang ke Etiopia. Pertemuan itu membuahkan sida-sida itu bisa percaya Yesus Kristus dan membawa Injil ke Etiopia. Begitulah cara Allah bekerja.

Lalu kemudian dalam Kisah Rasul 10:11-15 Allah mengutus Petrus kepada Kornelius, seorang perwira Romawi. Petrus sangat enggan dengan perintah Tuhan ini, yang Tuhan sebelumnya berikan satu penglihatan kepada Petrus. Tiga kali Allah menyuruh dan tiga kali Petrus menolak perintah Allah untuk makan binatang-binatang haram kemudian di ayat 17-18, Petrus bertanya-tanya di dalam hatinya, apa kiranya arti penglihatan yang telah dilihatnya itu, barulah dia mengerti inilah saatnya Tuhan meminta dia membawa Injil Tuhan pergi ke satu kelompok suku bangsa yang berbeda. Allah tidak memberikan penjelasan dan makna dari penglihatan itu, tetapi di situ menuntut kita peka untuk berespon. Preferensi pribadi, kebiasaan, kesukaan, sanggup bisa menjadi penghambat. Perlu visi dari Tuhan, perlu penglihatan dari atas yang sanggup bisa menerobos keterbatasan ini. Tetapi kalau kita terus lebih mengeraskan hati kita terhadap apa yang kita suka dulu, apa yang kita punya, apa kebiasaan kita, kita akan menghambat bagaimana Roh Allah mengingatkan kita senantiasa akan hal itu. Ini point yang kita perlu belajar sama-sama. Tetapi kita bersyukur, di pasal 9 Allah bekerja dengan caranya tersendiri, Ia mempertobatkan Paulus, seseorang yang nantinya akan menjadi rasul bagi bangsa-bangsa lain. Paulus bilang Gereja itu adalah Bait Allah, engkau dan saya dipanggil keluar, masing-masing kita akan menjadi bangunan Allah dan Roh Allah tinggal di dalam dirimu. Bagaimana mereka bisa merubah konsep seperti itu? Tidak gampang bisa merubah pikiran orang Yahudi sulit melihat konsep seperti ini. Orang Yahudi gagal melihat misi Allah.

Kalau kita lihat dalam sejarah Kekristenan, boleh dibilang hal yang sama juga bisa terjadi. Kita boleh dibilang putar balik, maju mundur, kadang-kadang kita mengalami hal-hal seperti itu. Karena itulah kita sebagai manusia yang perlu terus belajar bagaimana menjadi satu gereja Tuhan yang mengikis kita punya kedagingan; kita punya hal-hal yang kita gagal dan kita perlu belajar dan kita perlu proses di dalam hal seperti itu. Kita bisa melihat Allah itu sabar dan Allah juga mendidik dan melakukan di dalam kekurangan dan kelemahan kita tetapi kita tidak boleh terus tinggal di dalam kekurangan dan keterbatasan itu.

Sekarang, bagaimana Tuhan akhirnya dengan cara mempertobatkan satu orang yang namanya Paulus, dalam perjalanannya kita bisa melihat bagaimana akhirnya Injil sampai kepada orang-orang non Yahudi dari berbagai bangsa yang berbeda ras dan warna kulit dan itu baru terjadi di sebuah kota dan di kota itulah nanti menjadi kota misi pertama Injil sampai ke berbagai tempat. Nama kota itu adalah Antiokhia. Kisah Rasul 11:19-26 menceritakan orang-orang Kristen yang ada di Yerusalem akhirnya tersebar ke tempat-tempat lain karena penganiayaan setelah Stefanus mati. Kadang-kadang kita tidak bisa mengerti kenapa Tuhan pakai penganiayaan barulah orang-orang Kristen itu tersebar. Alkitab mencatat sekalipun orang Kristen itu lari, mereka tetap memberitakan Injil tetapi hanya kepada orang-orang Yahudi saja. Akan tetapi ada beberapa orang Yahudi dari Siprus dan Kirene, mereka adalah orang-orang Yahudi yang bisa berbahasa Yunani, dan mereka bisa menjangkau orang-orang Yunani di Antiokhia dan mereka menyampaikan Injil bahwa Kristus adalah Tuhan dan luar biasa, sejumlah besar orang-orang ini menjadi percaya Tuhan. Ketika berita ini sampai ke gereja induk di Yerusalem, mereka kemudian mengutus Barnabas untuk mengunjungi mereka dan kemudian dia melihat perlu ada seorang yang bisa menguatkan jemaat yang baru ini, maka dia mengajak Paulus untuk sama-sama tinggal di Antiokhia selama setahun. Visi Tuhan terbuka dan mereka sadar Injil Tuhan perlu disebar kepada bangsa-bangsa lain. Perhatikan kalimat ini, di Antiokhialah murid-murid untuk pertama kali disebut Kristen. Kenapa? Orang-orang di situ melihat pengikut Kristus bukan lagi hanya dari bangsa Yahudi tetapi sekarang banyak dari mereka adalah orang dari bangsa-bangsa lain, dan di situlah mereka kemudian disebut "Kristen," satu sebutan yang mengingatkan kita bahwa kita adalah orang yang mengikut Yesus Kristus dari segala suku bangsa. Allah bisa bekerja sekalipun di dalam situasi yang bersifat negatif, penganiayaan, kesusahan, kesulitan, barulah kemudian Injil itu tersebar ke berbagai tempat yang lain. Karena bencana, karena peperangan, anak-anak Tuhan lari, pergi dan pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kita bersyukur Injil Tuhan juga pergi ke sana, walaupun kita sedih dan kita merasa pedih menyaksikan hal itu.

Maka dari beberapa catatan yang kita telusuri dari Kisah Rasul ini membukakan kepada kita bagaimana visi Allah di dalam Kristus. Dia harus menjadi pusat yang kita sembah, Dia harus menjadi visi kita, dan Dialah yang harus menjadi penggerak kita. Tidak boleh kita bergereja dengan mengutamakan kita punya latar belakang, kebiasaan, suku, budaya, itu yang menjadi penting. Walaupun Allah memakai itu sebagai kendaraannya. Dan pada waktu Allah meminta kita melakukan hal yang lain yang baru tetap kita harus tahu visi Allah, visi Kristus itu yang lebih penting dan lebih utama.

Yang ke dua, Paulus memakai metafora Gereja itu sebagai satu tubuh, dalam 1 Korintus 12 Paulus berikan lebih jelas. Di situ kita bisa lihat sebagai anggota tubuh, kita juga bisa menjadi orang yang menghambat pekerjaan Tuhan karena kita tidak melihat keutuhan dan kesatuan kita masing-masing sebagai anggota tubuh yang berbeda. Seringkali di dalam perbedaan itu kita lebih mengutamakan kita punya. Karena kita adalah mata, akhirnya kita hanya memperhatikan pelayanan mata. Kita yang duduk di departemen tertentu seringkali hanya memikirkan yang itu. Lalu pada waktu itu tidak ada kita pikir kenapa pelayanan gereja tidak melakukan ini dan itu? Kita sebagai gereja lokal bisa jadi hanya bisa melakukan pelayanan tangan karena kita tidak sanggup melakukan pelayanan yang lain. Tetapi kita harus bisa melihat ada pekerjaan dan pelayanan Tuhan yang lain yang kita bisa jadikan sebagai satu pelayanan kita. Mungkin kita tidak bisa melakukan pelayanan misi mengutus satu orang pergi ke satu tempat, tetapi kita bisa menjadi support bagi misionari yang pergi ke sana. Itu yang namanya Gereja Tuhan sebagai satu tubuh, masing-masing bekerja dengan harmonis membangun dengan rapi rumah Tuhan di dalam pelayanan kita.

Tantangan saya pada hari ini, mari kita belajar senantiasa ingat apakah karena sikap masa bodoh, apakah karena arogansi, apakah karena minder, ataukah karena kepasifan kita itu semua menjadi penghambat Injil dan pekerjaan Tuhan, sampai satu kali Roh Allah memecut kita, mendorong kita, mendesak kita, baru kita jalan? Mari kita berdoa, kita perlu Roh Tuhan yang bekerja di tengah-tengah kita. Dan jangan sampai kita mendukakan Roh Kudus, janganlah kita menghalangi pekerjaan Dia. Dengarkan firman Tuhan ketika Tuhan ingatkan kita, jangan pasif, jangan masa bodoh. Bagi saya masa pandemi ini bisa membuat kita menjadi anak-anak Tuhan yang lebih melihat hidup kerohanian kita itu seperti sangat personal, hanya urusan kita dengan Tuhan, tanpa kita mempedulikan mengenai komunitas, hal-hal yang kita harus melihat pekerjaan Tuhan itu dengan sama-sama. Jangan biarkan pandemi menciptakan rasa takut dalam diri kita akhirnya kita tidak menjadi anak Tuhan yang berani melihat apa yang Tuhan panggil untuk kita kerjakan ke depannya. Tanya baik-baik hati kita, apakah karena kebiasaan, kesukaan, selera musik tertentu, penekanan kepada pelayanan tertentu, kita tidak mau lagi lihat yang lain, akhirnya menjadi masa bodoh, arogan, merasa pelayanan saya yang paling penting, semua yang lain harus ikuti saya. Tidak. Gereja ini punya Tuhan. Tuhan hanya pakai kita di dalam waktu yang terbatas ini. Itu bagian kita. Di dalam bagian itulah mungkin kita tidak bisa lakukan, Tuhan juga tidak tuntut. Ingat, you are not the saviour, Jesus is. Bukan kita yang sanggup bisa mengumpulkan segala suku bangsa datang berbakti. Hanya Yesus. Tetapi kalau Tuhan pakai kita pada momen ini, dalam waktu yang sementara ini, mari kita lakukan. Belajar dari Daud, tidak bisa bangun Bait Allah, tidak apa-apa. Dia siapkan kayunya; biar Salomo yang bangun nanti. Kita sekarang belum bisa, mari lakukan bagian kita. Buang kedagingan kita yang selalu menghambat, pelan-pelan kita kikis, kita tidak mau itu menjadi penghalang bagi pelayanan Tuhan. Biar Tuhan pimpin dan berkati kita hari ini. Bersyukur untuk firman Tuhan yang mengingatkan kita, Kristus telah menebus dosa-dosa kita dan dari hidup yang sia-sia supaya kita boleh menjadi satu umat Allah yang boleh bersaksi bagi nama Tuhan, yang membawa pengharapan bagi dunia ini dan orang yang membutuhkan itu adalah dari segala suku bangsa dan bahasa. Kiranya Tuhan menjadikan gerejaNya di dalam keterbatasan kita, selama hidup dalam dunia ini kita boleh menjadi anak-anak Tuhan yang mengerjakan apa yang Tuhan rindukan kita lakukan dalam hidup kita.(kz)

Previous
Previous

Maukah Hidupmu Disusun Rapi oleh Kristus?

Next
Next

God's Heart for Our Church