Maukah Hidupmu Disusun Rapi oleh Kristus?

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Efesus 2:19 - 3:13

Efesus 2:21 menjadi ayat yang akan kita renungkan lebih dalam hari ini: "Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh." We are carefully joined together in Him, becoming a holy temple for the Lord. Ini adalah satu gambaran metafora yang begitu indah Paulus memperlihatkan kepada kita apa artinya menjadi gereja. Kita adalah bangunan rumah Allah yang Tuhan pimpin, Tuhan bentuk, Tuhan susun dengan rapi. Ini bukan saja bicara mengenai Gereja yang tidak kelihatan [the invisible Church] yang satu kali kelak nyata sempurna, indah dan harmonis; di sini Paulus juga sedang berbicara mengenai gereja yang kelihatan [the visible church] gereja lokal, kumpulan setiap orang percaya yang telah ditebusNya, betapa indah kalau kita bisa memahami hidup bergereja itu rapi tersusun adanya. Tetapi itu jelas berangkat dari engkau dan saya yang mau disusun dan dibentuk dengan indah oleh Tuhan dalam hidup kita masing-masing. Itulah sebabnya berangkat dari ayat ini saya ajak kita merenungkan tema ini: Maukah Hidupmu Disusun Rapi oleh Kristus?

Membuat bangunan fisik sebuah gedung gereja sebetulnya gampang, karena bahannya seragam, batu batanya lurus dan rapi sehingga gampang disusun. Tetapi pada waktu kita bicara mengenai gereja sebagai kumpulan orang yang dimetaforakan menjadi bangunan, engkau dan saya tahu, masing-masing orang itu unik, masing-masing orang berbeda-beda, seperti batu yang tidak rapi dengan bentuk yang tidak sama, betapa susah dan sulitnya membangun sesuatu dari bahan yang tidak simetris adanya. Sehingga pada waktu kita membaca ayat ini, kita bertanya-tanya, betulkah apa yang firman Tuhan katakan ini? Ataukah itu hanya satu kalimat klise yang indah dan baik, karena pada waktu orang datang dan duduk dalam gereja mungkin mereka merasa itu jauh dari realita. Saya percaya banyak orang merasa ingin give up di dalam fellowship karena apa yang terjadi dengan apa yang dijanjikan itu jauh dari realita. Realita yang ada adalah organisasi itu bukan rapi tersusun, organisasi gereja itu messy luar biasa, pelayanan kita kelihatannya banyak gontok-gontokan satu dengan yang lain. Kita masing-masing punya klik dan grup tidak cocok satu dengan yang lain. Baru selesai ibadah, masih di tempat parkir, kita bisa lihat orang sudah serobot sana serobot sini. Tidak rapi. Masing-masing orang ingin menuntut apa yang menjadi preferensi keinginan sendiri.

Pada waktu Paulus menulis kepada jemaat Galatia, kita menemukan ada satu kesedihan hati, kekecewaan dan frustrasi sampai dia bilang, jemaat Galatia yang dari awal dia dirikan begitu tidak rapi, penuh dengan hal yang tidak bagus, haruskah dia merombak dan bersalin ulang lagi, melahirkan lagi sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam mereka? Itu kalimat yang Paulus pakai dalam Galatia 4:19, satu kalimat yang penting kita bisa melihat tujuan yang Paulus katakan pada waktu kita bersekutu, pada waktu kita bergereja, dia mau, kita mau rupa Kristus yaitu kedewasaan itu terjadi di dalam diri setiap kita. Pelayanan kita harus mempunyai tujuan akhir yaitu ke sana. Semua yang kita kerjakan dan lakukan adalah berusaha bagaimana kita mature dan bertumbuh dewasa.

Galatia 4 memperlihatkan kepada kita sebuah realita jemaat Galatia yang realitanya mirip dengan realita yang kita alami sehari-hari sebagai gereja Tuhan. Jemaat Galatia sebagai jemaat yang sedang mengalami problem yang luar biasa. Adanya ajaran yang sesat masuk ke dalam gereja sehingga langsung membuat mereka meninggalkan Injil Kristus dan menambahkan berbagai macam aturan-aturan yang Paulus bilang bukan Injil yang telah memerdekakan mereka di dalam Kristus. Namun pada waktu Paulus tegur dan koreksi, justru kemudian mereka memusuhi Paulus. "Apakah dengan mengatakan kebenaran  kepadamu aku telah menjadi musuhmu? Mereka dengan giat berusaha untuk menarik kamu, tetapi tidak dengan tulus hati, karena mereka mau mengucilkan kamu, supaya kamu dengan giat mengikuti mereka. Memang baik kalau orang dengan giat berusaha menarik orang lain dalam perkara-perkara yang baik, asal pada setiap waktu dan bukan hanya bila aku ada di antaramu. Hai anak-anakku,  karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu. Betapa rinduku untuk berada di antara kamu pada saat ini dan dapat berbicara dengan suara yang lain, karena aku telah habis akal menghadapi kamu." Perhatikan kalimat yang Paulus katakan betapa messy-nya, betapa berantakannya gereja itu.

Dalam ulang tahun gereja kita ke 20, saya memperlihatkan batu nisan daripada Ruth Bell Graham, isteri mendiang Rev. Billy Graham, yang bertuliskan kalimat ini: End of Construction - thank you for your patience. Sebuah kalimat yang sederhana namun sekaligus mengingatkan kita perjalanan hidup kita di dunia sebagai anggota tubuh Kristus, sebagai individu per individu, semua berada di bawah konstruksi daripada Tuhan kita Yesus Kristus [under construction] sampai kita mati, barulah selesai. Di dalam perjalanan itu kita tidak boleh menyerah karena kelak Tuhan pasti akan selesaikan dan sempurnakan. Hari ini mungkin begitu banyak dan susahnya gereja menghadapi persoalan dan gereja akan terus bolak-balik dengan persoalan demi persoalan. Di dalam sepanjang sejarah gereja kita bisa melihat kita tanpa sadar seringkali juga membangun tembok-tembok pemisah itu. Dalam diskusi teologi, kita menemukan spektrum ini: ketika engkau berbeda pandangan dengan saya, maka kamu pasti berseberangan dengan saya. Kita bisa melihat itu dalam perdebatan agama, kita bisa saksikan itu dalam diskusi teologi. Semua itu menyebabkan kita tidak bisa duduk berdiskusi dengan baik, memahami satu dengan yang lain, pola pikir dan cara pandang yang berbeda, karena tidak ada waktu lagi untuk itu. Maka yang ada adalah smear campaign dan propaganda. Kita langsung memaksa dengan segera, dengan singkat dan dengan bertujuan orang itu harus terima pendapat saya tanpa ada panjang lebar diskusi lagi. Dan bahaya, kalau sdr bisa melihat di dalam kehidupan kita bergereja, berbeda secara denominasi, style, preference, di dalam style khotbah, style ibadah, sistem liturgi yang berbeda, itu adalah kekayaan yang harus kita lihat dan pahami tetapi sekarang menjadi satu benturan yang mengatakan 'saya benar, kamu salah.' Kita bisa melihat tembok-tembok itu semakin didirikan.

Kalimat Paulus hari ini memanggil kita, maukah kita Tuhan susun rapi menjadi seorang yang akan dibentukNya. Maukah kita sama-sama dibentuk dan dipimpin menjadi seorang anak Tuhan yang dewasa dan melalui saya yang terus dibentuk, engkau dan saya sesama jemaat, teman, saudara seiman, kita dibentuk oleh Tuhan menjadi satu gereja dan komunitas yang tumbuh dan bekerja sama dengan harmonis. Tuhan menjadikan Gereja-Nya sebagai sentral dimana Dia mengerjakan apa yang menjadi maksud dan rencanaNya. Ketika Ia naik ke surga, Ia memberikan kepercayaan itu kepada sekelompok orang kecil, bukan kepada satu negara, bukan kepada satu kuasa, tetapi kepada satu kelompok kecil yang dipanggil keluar [ekklesia] yang dipanggil keluar dari dunia yang berdosa ini, yang telah ditebus oleh Yesus Kristus, yang telah mengalami satu perubahan, lalu mereka berkumpul menjadi gereja yang kecil.

Gereja itu tidak sempurna karena kita masing-masing orang yang berdosa sedang berkumpul sama-sama, banyak messy-nya, banyak berantakannya. Tetapi kita tidak boleh menyerah untuk menjadi sebuah gereja dimana Tuhan panggil kita berkumpul, bertumbuh, melakukan pelayanan sama-sama. Tetapi penting kita tahu kenapa kita berkumpul, kenapa kita disatukan menjadi gereja Tuhan? Mari kita lihat vision yang Paulus katakan, ini rahasia Kristus yaitu Ia mau menciptakan sebuah umat yang  baru, a new humanity. GerejaNya tidak didasarkan kepada satu negara, tidak didasarkan kepada satu suku bangsa, tetapi didasarkan kepada orang-orang yang telah ditebus oleh Kristus. Itulah sebabnya Ia mengatakan di sini, kamu yang dahulu jauh yaitu orang-orang bukan Yahudi sekarang ditarik keluar menjadi beserta menerima God's blessings bersama dengan orang Yahudi; dipanggil menjadi umat Allah, anak-anak Tuhan, tubuh Kristus, itu artinya kita menjadi Gereja Tuhan yang disusun rapi oleh Kristus, work in harmony bersama-sama sebagai anggota tubuh Kristus.

Dalam 1 Korintus 12:12-18 Paulus berkata, "Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh," jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya." Pada waktu kita bicara mengenai tubuh Kristus, Paulus memperlihatkan kepada kita persoalan realita yang dialami ketika orang-orang itu dianalogikan sebagai tubuh. Pada waktu kita masing-masing adalah anggota tubuh, maka ada persoalan besar, bukan? 1 Korintus 12 mengatakan yang menjadi mata merasa posisinya lebih tinggi, maka mata tidak menghargai telinga. Kaki merasa rendah diri karena mengerjakan sesuatu yang paling di bawah. Tangan menganggap diri lebih tinggi, akhirnya kaki menjadi minder, merasa diri tidak dibutuhkan. Maka di sini Paulus ingatkan kita perlu tiga hal ini. Pertama, menyadari setiap bagian ada fungsinya masing-masing. Yang ke dua, semua anggota tubuh itu bekerja bersama dengan harmonis, Tuhan akan kerjakan itu. Maka sekalipun engkau dan saya masing-masing unik, berfungsi berbeda dan mempunyai tugas dan panggilan yang berbeda], kita perlu sikap yang ke dua ini: saya mau menjadi anggota gereja yang mempersatukan. Unity, work together, rapi tersusun. Semua itu tidak akan pernah terjadi kalau tidak berangkat dari attitude ini. Mempunyai hati yang mempersatukan, di situ berarti kita menjadi orang yang bagaimana mengusahakan perdamaian, menghilangkan friksi dan menyembuhkan kekecewaan, benturan satu dengan yang lain; kita menjadi orang yang menghargai bagaimana keindahan persekutuan unity satu dengan yang lain. Yang ke tiga kita tidak menjadi orang yang kemudian mengangkat dan membicarakan hal-hal yang menjadikan [devisive] itu menjadi lebih besar. Itu arti tersusun rapi, itu arti kita menjadi anggota yang mempersatukan.

Dalam buku "I am a Church Member," Thom Rainer memberitahukan kepada kita 70% generasi di bawah kita adalah "the lost generation." Hampir semua gereja kehilangan generasi muda. Catatan mengenai gereja yang kelihatan di mana saja, baik di Indonesia maupun di Amerika atau di kota-kota besar yang lain, yang disebut sebagai "Church growth" pertumbuhan gereja sebetulnya adalah perpindahan jemaat dari satu gereja ke gereja lain. Sebuah gereja bertumbuh bisakah kita sebut sebagai church growth jikalau sebenarnya hanya menerima perpindahan dari gereja yang lain? Persentasi dari orang-orang yang "un-churched" menjadi orang yang akhirnya menerima Tuhan di negara Barat itu sedikit sekali [0.2%]. Sekarang kita bicara mengenai gereja kita, visi kita sebagai gereja yang kelihatan pada waktu kita bicara mengenai church growth, Thom Rainer bilang banyak orang membawa "customer" attitude ke dalam gereja. Pindah sana, pindah sini. Kita mulai kehilangan generasi di bawah karena kita tidak mendidik generasi di bawah kita menjadikan gereja kita [orang tua] menjadi gereja [dia] anak kita. Generasi itu hilang. Sebab pada waktu kita bergereja bukan saja kita tanpa sadar membangun tembok kepada orang di luar sehingga mereka tidak bisa melihat betapa indahnya Injil Kristus, sebenarnya kita juga membangun tembok kepada generasi yang di bawah kita. Bukan karena kita tidak sayang anak-anak kita, tetapi karena kita abaikan pertumbuhan spiritual mereka karena kesukaan kita, preferensi kita, ego kita membuat kita menjadikan diri kita sebagai yang paling utama [the end product].

Itu sebab kalau Tuhan mau susun rapi, yang pertama, kita harus tahu kita harus menjadi anggota gereja yang berfungsi. Kita adalah satu bagian dari satu organisme, kita bukan keseluruhan dan terlebih lagi kita bukan tujuan akhir dari sebuah pelayanan. Kalau kita menganggap diri kita sebagai tujuan akhir, maka kita menuntut semuanya harus beneficial bagi diri kita. Pelayanan itu harus hadir untuk kepentinganku; gereja ini harus hadir atau melayani kebutuhanku. Kita tidak melihat bahwa sesungguhnya kita adalah bagian [parts]. Kalau kita melihat diri kita sebagai parts berarti kita harus punya sikap mari kita bekerja sama-sama untuk satu tujuan. Tujuannya apa? Tujuannya Kristus. Tidak boleh buat kita. Itu harus kita perbaiki. Tetapi Kristus akan membentuk kita karena Dialah yang akan melakukan itu. Cuma persoalannya, relakah kita kalau kita menjadi batu yang tidak lurus ini Tuhan kikis supaya rapi tersusun? Yang ke dua, pada waktu kita sendiri menyadari bahwa kita itu hanya parts dan tahu kita punya parts] yang berbeda-beda, di situ kita menghargai, kita menerima, kita saling mencintai dan melengkapi satu dengan yang lain dan memang parts itu harus bekerja melakukan sesuatu. Di situlah kita bisa melihat Allah akan menyusun dengan rapi dan indah gerejaNya dan saya rindu mari setiap kita berpikir akan hal ini. Sebab kalau kita pikir bergereja mempunyai tujuan kita harus menjadi yang dilayani, disenangkan, dipuaskan, kita akan terus menjadi orang Kristen yang tidak pernah bahagia karena akan menjadi unrealistic expectation dalam hidup kita.

Dalam Efesus 3:1-13 Paulus katakan Tuhan memanggil dia untuk menjadi rasul bagi orang bukan Yahudi dan bahwa dia melakukan pelayanan ini supaya bagaimana mereka yang bukan Yahudi bisa mengenal akan kekayaan kasih Allah dan turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus. Paulus berkata, "Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." Karena ketaatannya kepada panggilan itu, dia mengalami berbagai penderitaan dan siksaan dalam penjara, namun Paulus katakan jangan merasa bahwa penderitaan dan kesusahannya menjadikan mereka jatuh kasihan kepadanya karena Tuhan panggil dia seperti itu. Maka dia harus menjadi pionir pergi ke satu tempat dimana menghadapi orang yang begitu melawan kepada Injil Kristus karena mereka mempunyai berhala yang berbeda tetapi dia katakan biarlah penderitaan dan kesesakannya menjadi kemuliaan mereka. Dan identitasnya, Paulus mengatakan dia tidak mau membanding-banding dirinya dengan rasul yang lain. Bahkan dia katakan di antara semua orang, aku yang terkecil dan paling hina. Itu tidak membuat dia merasa tidak berarti dan tidak berharga.

Yang ke tiga, kata Thom Rainer dalam buku ini, senantiasa miliki hati yang sadar, saya harus menjadi anggota gereja yang tidak boleh membiarkan preferensi, kesukaan, kemauan kita menjadi yang ada di depan tetapi kita harus menjadikan apa yang paling efektif, paling agung dan paling mulia kita bisa menjangkau dan melayani demi Injil Kristus itu terjadi. Survey mengatakan bahwa bagaimana pattern behaviour yang membuat kita menghalangi Injil Kristus itu menjadi yang penting di tengah-tengah kita. Seringkali terjadi worship war, peperangan ibadah itu menjadi hal yang melelahkan, bukan? Apa yang dia maksudkan adalah preferensi mau lagu yang seperti apa, dan segala macam dari cara duduknya, bangkunya, style tata ruang, dsb. Terlalu panjangnya meeting rapat majelis pengurus gereja, hanya fokus kepada fasilitas, hanya fokus kepada budget, dari budget baru kita melakukan sesuatu. Terlalu menuntut untuk mengalami pastoral care yang paling terbaik, the attitude of entitlement karena merasa diri saya anggota gereja yang paling senior, dsb. Kita tidak concern melihat orang yang "un-churched" itu bisa percaya dan terima Tuhan. Thom Rainer melihat adanya sikap kemarahan dan kekasaran terhadap hamba Tuhan dan anggota gereja itu menjadi hal yang menyedihkan dalam kehidupan sebuah komunitas gereja. Ada tiga point lagi yang Thom Rainer katakan Tuhan akan susun rapi kita kalau kita punya attitude ini yaitu kita mendoakan setiap orang yang melayani di dalam gereja kita. Di situ kita mendukung pekerjaan Tuhan di dalam doa kita sama-sama dan secara positif memperhatikan orang-orang lain di dalam gereja. Adakah kita ambil waktu untuk bisa doa sama-sama? Yang selanjutnya, kalau kita mau disusun rapi oleh Tuhan menjadi gereja yang tumbuh dan tersusun rapi, kita harus menjadi anggota gereja yang membawa anggota keluarga kita menjadi anggota gereja yang sehat. Thom Rainer mengatakan kita kehilangan generasi muda karena kita sebagai orang tua tidak menyatakan satu sikap yang positif, care and loving our church. Mari kita belajar menjadi anggota-anggota gereja yang membawa anak-anak kita mencintai gerejanya. Robah hati mereka sampai mereka tahu ini bukan hanya gereja orang tuanya; ini adalah gereja mereka. Jikalau engkau bisa melakukan hal itu dalam hati mereka, maka kita tahu di situ mereka lihat mereka menerima tanggung jawab itu di dalam pelayanan. Yang terakhir Thom Rainer katakan pada waktu kita menjadi anggota gereja yang disusun rapi berarti kita mau diatur, ditegur, dibentuk, diasah satu sama lain, itu berarti kita harus menghargai menjadi anggota gereja lokal itu berarti memang di situ saya belajar untuk saling diasah dan diasuh, ditegur, dikritik, didorong satu dengan yang lain. Saya harap dengan kita mendengarkan firman Tuhan ini kita boleh belajar melihat gereja Tuhan menjadi keluarga Allah, menjadi bangunan yang Tuhan mau bentuk, menjadi membership yang baru, supaya dunia ini lihat apa artinya sebuah gereja.(kz)

Previous
Previous

Live a Life Worthy of Your Calling

Next
Next

Where is Christ in Your Church?