Ciri Kedewasaan Rohani
Ringkasan Khotbah
Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Nats: Efesus 4:7-16
Hari ini kita akan lanjutkan pembahasan firman Tuhan dari Efesus 4:7-16 "Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia." Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih."
Perhatikan ayat 16 itu bicara mengenai apa tujuan daripada penebusan Yesus Kristus, tujuan daripada setiap pengajaran, khotbah, dan pelayanan yang kita kerjakan dan lakukan yaitu untuk menjadi satu pembangunan bagi tubuh Kristus. "Christ makes the whole body fit together perfectly. As each part does its own special work, it helps the other parts grow, so that the whole body is healthy and growing and full of love." Di sini Paulus memakai satu gambaran bangunan yang tersusun rapi. Kalau kita melihat bangunan daripada tembok-tembok gereja ini begitu rapi tersusun mudah terjadi karena setiap batu sama ukuran dan bentuknya. Tetapi pada waktu kita bicara mengenai masing-masing kita dengan keberagaman yang berbeda, seperti batu yang ukurannya tidak sama, tidak simetris, ada yang besar, ada yang kecil, dsb, saya percaya membangun dengan bahan seperti itu tidaklah gampang dan mudah dan mungkin orang merasa mustahil untuk mengerjakannya. Dalam Efesus 4:7-16 kita menemukan perspektif bicara mengenai "diversity in unity," dimana kita dipanggil untuk memahami dan mengerti akan keperbedaan [diversity] dan sama-sama bersatu, itu menjadi satu ciri dari sebuah kedewasaan rohani yang penting. Dalam kehidupan bergereja kita tahu perbedaan sanggup bisa menjadi perpecahan dan menciptakan friksi antara satu dengan yang lain dan kita bisa menjadikan anak-anak Tuhan saling mempersalahkan dan menganggap diri yang paling benar. Tetapi di situlah kita bisa melihat bagaimana gambaran kedewasaan penuh itu memungkinkan hal ini terjadi, ketika segala sesuatu menjadi indah dan rapi masing-masing bekerja dan berfungsi, itulah goalnya. Maka dengan mengerti hal ini, mari kita berjuang sama-sama untuk bisa mencapainya.
Apa sifat dan kualitas yang kita perlukan, dan bagaimana kita bisa menuju kepada kedewasaan rohani seperti itu? Ciri yang pertama dari kedewasaan yang penuh dari seseorang yaitu dia memahami bahwa masing-masing kita telah menerima kasih karunia dari Kristus yang berbeda satu dengan yang lain. Paulus katakan itu di ayat 7, "Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus." Perhatikan dua kata ini: ukuran [measurement] dan masing-masing [each of us]. Ada ukuran, ada perbedaan, ada pemberian yang tidak sama. Yang ke dua kata "masing-masing" itu berarti tidak ada di antara kita yang tidak diberi sesuatu oleh Tuhan. Kita harus mengerti dan memahami apa maksudnya karena seringkali pada waktu kita bicara mengenai karunia, bakat, talenta, kita cenderung pikir itu hanya bicara mengenai apa yang menjadi passion kita. Kalau sdr mengikuti test S.H.A.P.E.: Spirituality, Heart, Abilities, Personalities, Experiences, bicara mengenai satu assessment yang membantu kita menemukan apa yang menjadi purpose Allah bagi hidup kita masing-masing, itu adalah usaha yang baik sekali untuk kita bisa melihat apa yang ada pada diri kita. Tetapi bicara mengenai talenta, bakat dan kemampuan kita itu tidak boleh hanya sampai kepada apa yang ada pada diri kita karena itu bukan property kita walaupun itu adalah keunikan kita. Semua itu hanya menjadi sesuatu yang baik dalam diri kita tetapi yang lebih penting bagaimana kita melihat itu sebagai sesuatu yang Tuhan boleh pakai menjadi spiritual gift yang ada pada diri kita. Di sinilah baru kita mengerti apa yang Paulus katakan masing-masing kita diberi sesuatu oleh Tuhan dan itu bukan milik kita karena kita akui Tuhan beri itu sebagai kasih karunia yang tidak layak kita terima, berarti kita tahu Tuhan menginginkan itu menjadi sesuatu yang bermanfaat di dalam hidup kita bagi orang lain dan tidak boleh menjadi sesuatu kesombongan dan kendaraan yang kita pakai hanya untuk mencapai apa yang kita mau dalam hidup ini. Dan memahami bahwa masing-masing orang diberi karunia yang berbeda-beda itu berarti kita harus menghargai dan menghormati yang orang lain punya, entahkah itu hal yang besar atau kecil, hebat atau kita rasa itu biasa-biasa saja.
Sehingga ada dua hal yang sangat penting sekali mengingatkan kita jangan mempunyai pikiran yang sangat kekanak-kanakan dan tidak dewasa, yaitu pertama, suka membanding-bandingkan dengan yang lain. Apa yang menjadi the journey of life, of faith and ministry daripada setiap kita tidak boleh dibanding-bandingkan siapa yang lebih hebat atau lebih buruk; kita harus waspada dengan godaan itu. Ketimbang membanding-bandingkan satu dengan yang lain lebih perlu kita memikirkan dalam-dalam apa yang Yesus mau bagi hidup saya sampai akhir? Setia sampai akhir dan hidup memuliakan Allah, itu yang paling penting. Yang ke dua, ini yang terjadi di dalam jemaat di Korintus sehingga Paulus mengingatkan mereka dalam 1 Korintus 12:15-21, ada orang yang akhirnya menjadi superior dan arrogant karena merasa dia memiliki sesuatu yang lebih penting sehingga menghina orang lain. Yang ke dua kebalikannya, orang itu menjadi minder dan inferior karena merasa tidak punya apa-apa. Dan di ayat 22-24 Paulus kemudian memberikan prinsip ini: "Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus." Kenapa? Karena justru Allah memberikan kepada anggota-anggota yang tidak mulia penghormatan khusus. Dengan ilustrasi seperti ini Paulus mengingatkan kita masing-masing untuk menjadi anak-anak Tuhan yang saling menghargai satu sama lain di dalam hidup kita menjadi anak Tuhan dan di dalam komunitas kita sebagai gereja karena setiap kita telah memperoleh kasih karunia yang luar biasa dari Tuhan. Itu bukan milik kita dan satu kali kelak harus kita pertanggung-jawabkan di hadapan Tuhan. Ingat perumpamaan Tuhan Yesus mengenai tiga orang hamba yang menerima talenta dari tuannya; hamba yang menerima satu talenta merasa tuannya jahat dan tidak adil, sehingga dia mengubur talentanya di dalam tanah (Matius 25:14-30). Kita jangan seperti hamba yang mengubur talenta karena kecewa, marah dan minder dan menganggap Tuhan tidak adil karena memberi lebih banyak kepada orang lain. Kedewasaan rohani berarti kita menghargai perbedaan dan keunikan dengan demikian kita menjadi anak Tuhan yang berfungsi dengan indah dalam hidup kita.
Kita mungkin adalah orang yang sering mencari-cari alasan dan excuses dan tidak mau ambil bagian. Pastor Rick Warren pernah memberikan list dari orang-orang yang ada di Alkitab yang hidupnya Tuhan pakai dengan luar biasa. Kita bilang kita sudah tua, kita rasa tidak sanggup bikin apa-apa. Bukankah Abraham sudah tua ketika Tuhan memanggil dia? Kita bilang kita gagap, tidak bisa berbicara di depan orang. Bukankah Musa seorang yang gagap yang dipakai Tuhan dengan luar biasa? Kita bilang kita seorang janda yang tidak punya apa-apa, kita bisa temukan di Alkitab ada Naomi, ada janda di Sarfat yang Tuhan pakai melayani nabi Tuhan, dan ada janda-janda yang lain Tuhan pakai. Kita bilang kita seorang yang pemalu dan minder, ingat Timotius adalah seorang yang pemalu dan minder. Kita bilang kita bukan orang baik, banyak hal hidup kita tidak sempurna, kita mungkin tidak bisa menjadi saksi yang memuliakan nama Yesus Kristus, ingat ada seorang wanita di Samaria yang bersaksi tentang Yesus kepada orang-orang di kotanya. Yesus bisa pakai orang seperti itu. Kalau kita bilang kita orang yang pemarah dan panasan [hot temper], Tuhan pakai Yakobus dan Yohanes yang sampai Yesus sebut "anak-anak guruh" karena suka panasan. Kalau kita orang yang plin-plan, gampang sekali flaking, kita tahu Tuhan pakai Petrus yang seperti itu. Mungkin kita merasa kita sudah terlalu tua, mungkin kita merasa tidak punya apa-apa, kita tidak sanggup melakukan banyak. Sekali lagi ingatkan, kasih karunia yang Tuhan itu bukan selalu berupa barang tetapi lebih daripada itu, grace adalah sesuatu yang organis dan memang tidak bisa kita lihat dengan serta-merta. Kita perlu melakukannya dulu baru kemudian kita bisa melihat itu muncul dan tumbuh di dalam diri kita. Dan saya rindu setiap kita boleh menjadi orang yang melihat satu dengan yang lain dan kita boleh mendorong orang itu memakai bakat, karunia dan talenta untuk melayani Tuhan.
Saat-saat seperti ini kita menyadari di tengah pandemi, ada kecenderungan di antara orang-orang Kristen kemudian merasa asal dia sudah berbakti rutin lewat live streaming dan youtube, itu sudah cukup tanpa menyadari sebenarnya kita kehilangan satu aspek berada di tengah-tengah komunitas dimana itu adalah tempat kita mempraktekkan secara konkrit dan nyata apa kasih karunia yang Tuhan beri kepada kita.
Maka aplikasi praktis yang saya ingin berikan kepada kita semua pada hari ini, lihat apa yang ada pada dirimu, engkau bukan saja bisa berdoa, engkau bisa mendukung pekerjaan pelayanan dengan waktu dan uang yang engkau miliki. Atau kalau sdr tidak punya apa-apa secara materi tetapi sdr kaya dalam berkata-kata memberikan nasehat dan penghiburan, pakai talenta itu untuk memberikan kekuatan encouragement kepada orang lain. Setiap minggu kita bisa menyapa orang, kita bisa melihat apa yang menjadi kesusahan dan kesulitan mereka. Saya rindu melalui life group yang ada kita boleh menjadi satu tempat perpanjangan tangan untuk boleh melihat apa yang menjadi struggle dan pergumulan kita masing-masing. Life group yang kita bentuk bukan menjadi satu tempat eksklusif tetapi membawa orang kepada kedewasaan penuh di dalam Yesus Kristus dan kemudian dia bisa menjadi satu anggota tubuh Kristus yang berfungsi dan bekerja sebab semua sendi-sendinya itu berjalan dengan indah dan baik. Kita perlu pengorbanan, kita perlu kasih, dedikasi dan hati berkorban di dalamnya. Orang sering melihat 1 Korintus 13 bicara mengenai kasih di dalam relasi suami isteri tetapi kalau kita tarik dalam konteks pelayanan gerejawi, Paulus jelas mengatakan segala sesuatu yang kita lakukan bagi Tuhan bahkan sampai mengorbankan nyawa sekalipun jika itu tanpa kasih, sama sekali tidak ada gunanya. Walaupun orang itu punya bakat luar biasa, memiliki karunia-karunia yang paling hebat, bahkan mempunyai dedikasi yang berkorban sampai mati bagi pelayanan, tetapi jikalau semua itu tidak didorong oleh kasih, semua itu tidak ada artinya. Point ini penting. Berarti kasih seperti apa yang berarti menjadi satu standar pelayanan kita, cermin yang kita lihat? Paulus lanjutkan bicara mengenai Kristus di ayat 8-10 "Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia." Bukankah "Ia telah naik" berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu." Paulus mengutip ayat dari Perjanjian Lama di Mazmur 68:19 yang berbicara mengenai suku Lewi yang menjadi wakil membawa persembahan dari umat Israel yang dikhususkan dan dikuduskan bagi Tuhan. Tuhan meminta suku Lewi menjadi suku yang dikhususkan, mereka adalah suku yang tidak mendapatkan warisan dan tanah pusaka seperti sebelas suku yang lain. Dan Tuhan berjanji akan memelihara suku Lewi ini dengan cara sebelas suku yang lain bertanggung jawab memberikan persembahan kepada Tuhan lalu Tuhan memberikan itu kepada suku Lewi. Dalam perspektif Perjanjian Baru di sini dikatakan bahwa mereka ini telah ditebus oleh Yesus Kristus dan dibawa ke hadapan tahta Allah Bapa, lalu kemudian sesudah itu Kristus memberikan pemberian-pemberian kepada orang-orang yang sudah dikhususkan itu. Namun Paulus di sini secara spesifik memperlihatkan kepada kita apa yang menjadi movement Yesus, yaitu Dia "naik" lalu Dia "turun" apa artinya? Bagian ini sering menjadi perdebatan di antara penafsiran sepanjang jaman, apakah kalimat ini berarti Yesus pernah turun ke neraka? Di sini Paulus bicara mengenai kedewasaan rohani memiliki sifat dan sikap hati yang sama seperti hati Kristus. Pelayanan yang Yesus berikan menjadi contoh seorang servant-leader. Dia yang berada di posisi yang tertinggi, Dialah yang patut kita puji dan sembah, tetapi Dia bukan saja turun menjadi manusia, Dia turun sampai ke bagian bumi paling bawah. Apa maksud Paulus di sini? Bagi saya jawabannya ada di Filipi 2:6-8 dimana Paulus memberikan deskripsi seberapa dalam Yesus turun. "Yesus Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."
Di situlah Paulus ingatkan kepada setiap kita yang melayani untuk selalu ingat pelayanan itu bukan milik kita, itu milikNya Kristus yang telah membayar dengan harga yang mahal, dengan pengorbanan darahNya yang begitu agung dan begitu mulia. It's not about us; everything is about Christ. Kita telah ditebus dengan harga yang begitu mahal, yang kita punya itu bukan pengorbanan kita, yang kita beri itu bukan pemberian kita, waktu yang kita berikan melayani itu bukan waktu kita, yang kita korbankan itu bukan sesuatu yang dari kita sendiri. Semua itu dari Tuhan asalnya. Menyadari itu, biarlah setiap kita semakin bisa melihat kelemahan, kekurangan dan kerendahan hati itu menjadi nyata. Pelayanan daripada Kristus, hidup Dia, apa yang Ia kerjakan dan lakukan itu harus menjadi tolok ukur daripada setiap pekerjaan dan pelayanan kita. Di situlah sebuah kedewasaan rohani itu terjadi di dalam hidup kita. Apakah kita rela melakukan hal yang paling hina? Mari kita renungkan, apa yang lebih hina daripada kematian Yesus di atas kayu salib? Pada waktu kita dihargai, dihormati, dipuji oleh Tuhan, biarlah kita tahu segala pujian dan hormat itu harus kembali kepada Dia. Itu yang harus menjadi pattern dan pola daripada pelayanan daripada setiap kita.
Saya akan memberikan dua contoh dari Alkitab bagaimana Yesus Kristus menghargai orang-orang ini dan melihat apa yang mereka lakukan itu sebagai sebuah pelayanan yang indah di hadapanNya, sekalipun mereka adalah orang-orang yang sangat sederhana. Kristus tidak pernah menyepelekan dan menghina apa yang diberikan dan dilakukan oleh mereka yang mengasihiNya. Contoh yang pertama dicatat dalam Lukas 4:38-39, "Kemudian Ia pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka." Setelah ibu mertua Simon sembuh, Lukas mencatat dia kemudian melayani Yesus dan murid-murid yang datang ke rumahnya. Sekalipun pelayanan itu tidak dilakukan di dalam gereja, pelayanan itu dilakukan di rumah, ibu mertua Petrus langsung menyatakan syukurnya dengan melayani Yesus. Adalah sebuah privilege kalau kita disembuhkan dari sakit penyakit dan punya tubuh yang sehat. Dia menyadari itu. Dia hanya seorang janda dan hal yang dia bisa kerjakan dan lakukan adalah menyiapkan makanan; itu adalah bagian daripada sebuah pelayanan yang dihargai oleh Yesus.
Kadang kita berpikir pelayanan itu hanya bicara hal-hal yang rohani berkaitan dengan aktifitas gerejawi. Lalu hal-hal yang berkaitan dengan hidup kita sehari-hari di rumah, itu kita anggap bukan pelayanan bagi Tuhan. Bagi Martin Luther ketika kita bangun pagi-pagi mendoakan anak-anak kita lalu mempersiapkan makan bagi mereka itu adalah pelayanan kita. Sekalipun itu kelihatannya tidak langsung kepada Tuhan karena tidak di dalam konteks sebuah pelayanan gereja tetapi itu menjadi sesuatu yang indah karena ada bagian di dalamnya peran kita sebagai orang tua membentuk iman mereka mengasihi Tuhan; itu yang harus kita lihat.
Satu contoh lagi dari Lukas 8:26-39 peristiwa dimana Yesus menyembuhkan seorang yang kerasukan roh-roh jahat dan mengusir roh-roh itu lari kepada 2000 ekor babi. Orang itu sudah sekian waktu tinggal di kuburan dan tinggal dalam keadaan telanjang. Orang ini setelah sembuh mau ikut Tuhan, mau melayani Tuhan dan menjadi murid Tuhan. Tetapi Yesus menyuruh dia kembali ke rumahnya dan menjadi saksi atas apa yang Yesus telah perbuat kepadanya. Belajar dari peristiwa ini kita bisa melihat tidak semua orang melayani dipanggil menjadi hamba Tuhan atau misionari pergi ke tempat-tempat lain. Mungkin pertanyaan yang sering bergejolak dalam pikiran orang adalah apakah saya harus menjadi "goers" pergi ataukah saya menjadi orang yang "stayers"? Orang ini ingin menjadi "goers" menjadi misionari, tetapi Yesus bilang dia stay. "Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." Itu assignment Tuhan buat dia melakukan personal witnessing yang sederhana yang bisa dia lakukan bagi Tuhan. Hari ini apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam hidupmu? Perjumpaanmu dengan Tuhan sesuatu yang tidak bisa ditiru, sesuatu yang tidak perlu dipalsukan, karena itu adalah your spiritual life with God. Bawalah itu kepada orang yang ada di sekitarmu. Tidak perlu takut dan ciut. Kiranya firman Tuhan hari ini menjadi dorongan dan kekuatan bagi kita mengasihi dan melayani Tuhan kita Yesus.(kz)