Membangun Pelayanan yang Sehat

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Efesus 4:11-16

Kita sampai kepada Efesus 4:11-16. Pada waktu kita membaca bagian ini kita bisa menemukan keindahan visi yang positif, penuh dengan pengharapan dan satu gambaran yang begitu indah. Walaupun kita harus mengakui itu adalah gambaran yang hanya terjadi pada waktu kesempurnaan Allah itu hadir di tengah-tengah kita dan kita tahu itu baru akan terjadi tuntas sempurna pada waktu Yesus datang kali yang ke dua. Paulus berkata di dalam dunia ini, di dalam kita bergereja saat ini kita masih seperti melihat dari cermin sebuah bayang-bayang yang tidak sempurna. Satu hari kelak, saat kita bertemu dengan Kristus dan melihatNya muka dengan muka, di situlah baru terjadi kesempurnaan yang indah. Tetapi walaupun kita hidup di dalam realita yang tidak sempurna saat ini, tetap kita tidak boleh menyerah dan tetap mata kita tertuju untuk melihat betapa indah pada waktu Gereja Tuhan dengan latar belakang yang berbeda, pertikaian dan permusuhan yang ada, perbedaan etnis, dsb semua itu akan terhapus dan pada waktu orang percaya bertemu dan berkumpul dan mereka yang pernah menjadi seteru oleh karena pengampunan Kristus kita boleh disatukan dan kita boleh menyembah dan memuji Tuhan sama-sama. Di situ terjadi kesembuhan total karena tidak ada lagi pertikaian dan kebencian. Itu adalah visi yang Paulus bicarakan di sini bagi Gereja Tuhan: Menuju kepada kedewasaan penuh di dalam Kristus dimana semua itu akan menjadi harmonis dan setiap bagian bekerja dengan sempurna. Saya rindu visi itu menjadi sesuatu yang juga kita rindukan kita boleh lakukan dan kita mau menuju ke sana.

Kita tahu gereja itu tidak sempurna dan jangan kita menjadi seorang yang terus tidak puas dan mau mencari satu komunitas yang sempurna, kita tidak akan pernah menemukannya. Ada seorang hamba Tuhan pernah didatangi oleh seorang jemaat yang ingin pamit meninggalkan gereja karena dia menemukan hal yang tidak sempurna di situ, dan dia sudah menemukan sebuah gereja yang sempurna. Pendeta itu mengatakan jangan pergi ke gereja yang sudah sempurna itu karena begitu engkau masuk ke sana, gereja itu menjadi tidak sempurna lagi. Sebab kita semua adalah orang yang tidak sempurna adanya, bukan? Namun dalam bagian ini Paulus katakan bangunlah, kerjakanlah, sampai pertumbuhan kedewasaan yang penuh itu terjadi, semua bagian bekerja dan berfungsi dengan indah. Let us strive to grow, itu yang paling penting. Gereja itu memang tidak sempurna, tetapi ketika kita melihat ada keinginan untuk bertumbuh di dalam diri setiap orang, di situ saya percaya kita berada di dalam arah dan direksi yang benar adanya.

Ada tiga hal yang bisa kita lihat menjadi prinsip yang memimpin setiap kita dari bagian perikop ini. Prinsip yang pertama, dalam membangun sebuah pelayanan yang sehat harus ada keseimbangan antara respek kepada leaders di dalam setiap bagian pelayanan kita dan pada saat yang sama kita masing-masing ada accountability bertanggung jawab kepada Tuhan. Paulus jelas berbicara setiap kita masing-masing diberi kasih karunia seturut apa yang Tuhan beri, maka masing-masing kita bertanggung jawab kepada Tuhan Yesus Kristus. Kita semua harus bertumbuh menuju kepada satu arah yaitu ke arah Kristus yang adalah Kepala Gereja. Ayat itu jelas mengatakan di sini. Tetapi pada saat yang sama kita bisa melihat Paulus berbicara mengenai jabatan spiritual [office] yang ada di dalam gereja. Walaupun Kristus adalah Kepala, tetapi Ia memberikan sebuah delegasi kepada spiritual leaders. Paulus mengatakan, "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus." Di bagian ini kita boleh melihat dengan jelas Tuhan menaruh satu struktur yang sangat simple dan indah bicara mengenai ada sekelompok orang dan mereka diberi tanggung jawab oleh Tuhan sebagai spiritual leaders dan mereka memimpin, menggembalakan, mengarahkan dan mendewasakan orang-orang yang ada di dalam gereja. Di sini Paulus menyebut empat atau lima jabatan official dalam gereja Tuhan. Ada penafsir yang mengatakan ini adalah empat jabatan karena dalam bahasa Yunani hanya disebutkan empat: rasul, nabi, pemberita Injil, gembala-pengajar. Tidak ada kata "dan" di antara gembala dan pengajar dan definite article-nya hanya satu the apostles, the prophets, the evangelists, the shepherd-teachers. Intinya, ada spiritual leaders yang Tuhan tetapkan di dalam satu pelayanan gerejawi.

Sebuah gereja yang sehat memiliki respek dan hormat kepada para pemimpinnya. Penulis Ibrani berkata, "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu,  sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu" (Ibrani 13:17). Tuhan memanggil para pemimpin untuk berjaga-jaga atas jiwa kita, menggembalakan secara horisontal itu kepada orang-orang yang dipercayakan Tuhan di dalam penggemabalaannya. Tetapi bagian ayat ini memberitahukan kepada kita point yang menarik, yaitu dia bertanggung jawab kepada Tuhan. Dua aspek ini penting sekali di dalam sebuah pelayanan yang sehat di dalam gereja. Sehingga pada waktu kita menjadi guru sekolah minggu, pada waktu kita menjadi pembimbing rohani, memimpin small group, pada waktu kita menjadi hamba Tuhan dan gembala, kita tidak mencari akan jabatan itu sebagai sesuatu yang kita mau dan kita

banggakan, tetapi itu berarti satu pertanggung-jawaban yang diberikan dari Tuhan bagaimana engkau dan saya harus menjadi seorang yang menjadi contoh dan teladan yang menggembalakan. Dan pada waktu berada dalam jabatan seperti itu kita bisa melihat indahnya dan sehatnya sebuah pelayanan adalah pada waktu mereka yang dipimpin mereka tahu bagaimana menyatakan sebuah penghormatan dan respek di dalamnya.

Paulus mengatakan gereja Tuhan itu dibeli dengan harga yang mahal oleh Kristus Tuhan. Gereja itu milik Tuhan Yesus Kristus. Tetapi Ia merindukan bagaimana sebuah pelayanan gereja itu menjadi sehat dan efektif dimana semua orang yang telah ditebus oleh Tuhan itu dipimpin dengan baik oleh kebenaran firman Tuhan, dilengkapi dengan indah. Dan di situlah menjadi tugas dan tanggung jawab yang diberikan dan dipercayakan kepada orang-orang yang telah dipanggil oleh Tuhan di dalam pelayanan dan menjadi pemimpin-pemimpin rohani. Tanggung jawab itu adalah tanggung jawab yang besar. Itulah sebabnya kita harus selalu berdoa bagi pemimpin-pemimpin rohani kita dan kita rindu Tuhan boleh panggil lebih banyak lagi orang menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan, secara penuh waktu melayani Tuhan. Itu doa kita, itu kerinduan kita dan kita bukan saja berdoa, tetapi kita mendukung pekerjaan mereka dan kita menjadi orang yang hormat dan respek kepadanya.

Paulus menyebut peran rasul dan nabi sebagai jabatan official di sini. Pertanyaannya, apakah jabatan dan fungsi nabi dan rasul masih ada sampai sekarang? Ini menjadi pertanyaan yang kita perlu bicarakan baik-baik. Di dalam hal ini saya mengambil posisi jabatan rasul dan nabi telah selesai dan berhenti pada waktu era pembentukan fondasi daripada gereja telah selesai dan Alkitab telah lengkap ditulis. Apa yang disebut sebagai foundational era daripada gereja? Alkitab memberi ilustrasi Gereja Tuhan seperti sebuah bangunan. Kita tahu kalau kita membangun sebuah rumah maka kita tahu tidak setiap tahap pembangunan kita terus membangun fondasi, bukan? Membangun fondasi berarti bangunan itu dibangun di atas sesuatu yang sudah diletakkan di bawah dan kemudian setelah itu yang dibangun di atasnya bukan lagi fondasi, tetapi bangunan yang di atasnya yang kita bangun terus. Dalam Efesus 2:20 Paulus berkata bahwa gereja Tuhan itu dibangun di atas dasar  para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus  sebagai batu penjuru. Gambaran Yesus Kristus sebagai batu penjuru, artinya Ia adalah batu yang pertama yang tidak bisa tidak ada. Kita tahu sebuah bangunan tidak mungkin dibangun jika tidak dimulai dengan batu penjuru ini, baru setelah itu dilanjutkan dengan membangun fondasinya. Dan di situlah kerapihan dari satu bangunan itu ditentukan oleh fondasinya yang di Efesus 2:20 sebutkan itu menjadi tugas para rasul dan nabi. Lalu yang ke dua, jabatan ini bersifat revelational, yaitu kepada para rasul dan nabi Tuhan memberikan wahyu dan itu muncul di Efesus 3:5 "yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus." Perhatikan di ayat ini kata "dinyatakan" [made known, revealed]. Tugas dari para rasul dan nabi adalah menyampaikan wahyu Tuhan bagi GerejaNya. Ini adalah sebuah tugas yang sangat penting dan perlu dalam era fondasi Gereja. Itulah sebabnya mengapa di dalam surat kepada jemaat di Korintus Paulus mengatakan "I wish you could all prophesy" (1 Korintus 14:5) dia rindu sebanyak mungkin orang mendapat karunia itu karena Paulus tahu Gereja yang pada saat itu era fondasi masih berlangsung.

Yang ke dua, kita bisa lihat adanya satu kesadaran dari diri para rasul sendiri bahwa jabatan rasul itu eksklusif, tidak bisa sembarangan, kita bisa lihat itu waktu mereka akan mengangkat Matias menjadi rasul untuk menggantikan posisi Yudas Iskariot dalam Kisah Rasul 1:15-26. Dan Paulus perlu berkali-kali menyatakan bahwa dirinya diangkat oleh Tuhan Yesus sendiri untuk menjadi rasul bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi sebagai sebuah pembelaan diri ketika orang bertanya bagaimana bisa dia menjadi rasul? Siapa yang mengangkat dia menjadi rasul? Sehingga itu sebab kenapa Paulus senantiasa memberikan kesaksian itu: Kristus memanggil aku, mengangkat aku menjadi rasul bagi orang-orang bukan Yahudi. Jadi itu adalah kesadaran diri di antara rasul-rasul mereka tahu jabatan ini tidak "transferable" dan eksklusif.

Selanjutnya, siapakah itu penginjil dan siapakah itu gembala pengajar? Dalam 2 Timotius 4:5 Paulus berpesan kepada Timotius, "Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita,  lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu." Di ayat ini Paulus menyebut Timotius sebagai pemberita Injil. Dalam Kisah Rasul 21:8 kata ini muncul lagi mengacu kepada Filipus, salah satu dari ke tujuh diaken yang diangkat oleh para rasul untuk melayani gereja di Kisah Rasul 6:5, dan di sini Lukas menyebut "Filipus, pemberita Injil itu." Jadi di dalam Perjanjian Baru ada dua orang yang disebutkan di sini sebagai pemberita Injil, the evangelist, oleh Alkitab kita. Kisah Rasul 6 menunjukkan Filipus ditunjuk menjadi diaken gereja, tetapi kita melihat Filipus pergi berkeliling untuk memberitakan Injil. Sehingga pertanyaannya, apakah tugas penginjil berarti adalah orang yang membuka pelayanan ke luar, church planting, orang yang pergi memberitakan Injil ke berbagai tempat membuka ladang baru di satu daerah membawa berita Injil? Saya rasa kita tidak mempersempit tugas dan peran penginjil hanya dalam jabatan itu karena pada sisi lain kita tahu setiap kita pun dipanggil menjadi orang yang juga membawa berita Injil bagi dunia ini. Jadi tugas dan fungsi itu bukan saja ada di dalam jabatan tetapi fungsi itu juga ada di dalam hidup setiap kita sebagai pemberita Injil dan sebagai orang yang menggembalakan as a pastor.

Jabatan yang ke empat gembala guru, mempunyai tujuan untuk memelihara, mendewasakan, mengajar dan memperkuat umat Allah. Kata "gembala" [pastor] itu hanya muncul satu kali yaitu di ayat ini (Efesus 4:11) tetapi kata yang lebih sering dipakai di Alkitab adalah "shepherd" dan nampaknya Perjanjian Baru lebih suka memakai istilah itu sebab mereka melihat Yesus sendiri memakai istilah itu bagi diriNya "Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya" (Yohanes 10:11). Dan di akhir dari Yohanes 21 Yesus berpesan kepada Petrus, "Gembalakanlah domba-dombaKu." Kata yang sama dipakai Paulus kepada tua-tua di Efesus dalam perpisahannya, "Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri" (Kisah Rasul 21:28). Jadi kita bisa lihat ini adalah tugas fungsi tetapi sekaligus menjadi jabatan. Sehingga pada waktu kita berkumpul sebagai umat Allah menjadi gereja kita tahu Tuhan mengangkat tua-tua yang tidak menerima honor, ada elders yang menerima honor sebagai orang yang sepenuh waktu melayani sebagai gembala dan orang yang dikhususkan oleh Tuhan di dalam sebuah gereja menjadi leader dan di situ Alkitab senantiasa mengingatkan kita aspek leadership dari setiap orang yang boleh melayani bersama-sama itulah menjadi point yang penting pelayanan kita menjadi pelayanan yang sehat.

Prinsip yang ke dua bagaimana kita membangun sebuah pelayanan yang sehat? Dalam Efesus 4 ini Paulus kontraskan antara pengajar-pengajar yang mengajarkan pengajaran yang serong dengan motivasi yang menipu dengan apa yang Paulus katakan satu frase yang penting sekali di ayat 15 "tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." Maka prinsip yang ke dua dalam membangun sebuah pelayanan yang sehat, kehidupan gereja yang indah, kedewasaan rohani diperlukan speaking truth with love. Ini adalah satu balance yang sangat penting sekali. Kita harus berkata benar tetapi mungkin kita berkata benar tetapi tanpa disertai hati dan motivasi yang penuh kasih maka mungkin kita bisa jatuh menjadi orang yang penuh dengan kekakuan sama seperti orang Farisi yang lebih banyak mencari apa yang salah dari orang lain karena kita menekankan apa yang benar. Tetapi sebaliknya jikalau kita orang yang penuh dengan kasih, kita tidak ingin melukai orang lain atau kita tidak ingin menegur orang yang telah berbuat salah dan tidak berani untuk membicarakan sesuatu dengan kebenaran. Itu akan membuat kita menjadi orang yang mudah terombang-ambing atau kita menjadi kompromis karena tidak ingin melukai orang lain. Ini adalah balance yang tidak gampang dan tidak mudah, bukan? Dan saya percaya di dalam hidup kita menjadi anak-anak Tuhan khususnya di dalam relasi kita satu dengan yang lain di dalam pelayanan kita, kita membutuhkan speaking truth in love. Di situ bagaimana kebenaran firman Tuhan harus menuntun dan mengarahkan kita, tetapi dengan kasih kita yang penuh bagaimana kita bisa mentransformasi orang itu, teguran itu tidak menjauhkan dia tetapi teguran itu menjadi teguran yang merangkul dia.

Menarik sekali di sini Paulus mengingatkan jemaat Efesus untuk berhati-hati dengan rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan menjadi relevansi yang penting. Lawan daripada "speaking wrong with the cunning spirit" adalah "speak the truth with love."

Saya harap prinsip ke dua ini kita boleh aplikasikan dengan praktis pada hari ini dalam hidup kita bagaimana membangun sebuah pelayanan gereja yang sehat  memiliki keseimbangan menyatakan kebenaran dalam kasih dengan bagaimana kita bisa menjadi seorang peace-maker yaitu bukan saja bagaimana kita membicarakan mengenai hal yang absolut dan benar, tetapi bagaimana kita perlu melihat ada banyak hal kita perlu kerjakan membenahinya. Di situlah kita mengatakan apa yang benar yang harus kita lakukan tetapi kita tahu ada banyak hal yang kita harus kerjakan dan lakukan dengan hati yang empati dan simpati.

Terakhir, prinsip ke tiga dalam membangun pelayanan yang sehat, membangun gereja yang sehat membutuhkan keseimbangan antara memimpin dan mendewasakan. Seringkali kita pimpin terus kita lupa anak kita sudah dewasa. Tetapi mau menuju kepada kedewasaan tidak bisa tidak kita harus memberikan arah dan direksi terlebih dahulu, lalu ada momen kita harus belajar melepaskan kontrol dan mempercayakan dia bisa bertumbuh. Tuhan memberikan spiritual leaders untuk memimpin dan memperlengkapi jemaat sampai terjadi kedewasaan penuh bertumbuh sehingga orang-orang yang dipimpin boleh menjadi seorang pemimpin yang bisa memimpin dirinya sendiri dan mulai bisa menjadi pemimpin bagi orang lain sehingga terjadi siklus regenerasi itu. Sehingga kalau kita aplikasikan dalam hidup kita menjadi gereja dan dalam pelayanan, kita harus menjadi sebuah gereja dan pelayanan yang membangun tingkat yang bagus dan efektif kita perlu belajar menjadi orang yang berani untuk mendelegasikan, mempercayakan, melihat orang lain itu bisa maju dan bertumbuh bahkan lebih daripada kita. Kita harus memiliki hati dan sikap seperti itu.

Ada tiga hambatan dalam kita mendelegasikan membuat seseorang itu menjadi dewasa dalam pelayanan gereja. Satu: ada tuntutan waktu. Dan hambatannya adalah seringkali kita menjadi orang yang begitu efisien dan tidak sabaran, akhirnya semua kita kerjakan sendiri karena kita mau cepat-cepat beres, kita tidak mau repot dengan proses itu. Ada tuntutan waktu. Dalam pelayanan, ada rapat yang panjang, ada training yang lama dan kita mungkin bisa tidak sabar, akhirnya atittude ini yang muncul: lebih baik saya yang lakukan sendiri. Jangan. Kalau sdr mau mendidik orang menjadi dewasa, kita perlu belajar untuk mendelegasikan sekalipun mungkin hasilnya kurang memuaskan, tidak apa-apa. Pembelajaran itu hal yang berharga. Hambatan yang ke dua: ego diri. Kita kadang-kadang tidak rela melepaskan tanggung jawab, kita mau kerjakan sendiri. Atittude "itu bagian saya, itu punya saya." Ada gereja yang pemain pianonya dari sejak muda sampai sudah nenek-nenek terus saja dia yang main dan tidak mau orang lain pegang pianonya dan memang tidak ada yang berani main. Kenapa? Susah, bukan? Katanya orang harus setia melayani? Ada bedanya antara setia melayani dengan tidak memberi kesempatan orang lain melayani di situ. Buang ego diri, latih orang bermain musik, pasang sound system, mengajar sekolah minggu. Segala sesuatu berani untuk percayakan, let them grow dan itu berarti kita harus lepaskan ego. Terakhir: kita perlu support organisasi. Artinya memang kita kerjakan dan lakukan dengan baik; kita delegasi, yang didelegasikan mempunyai struktur support organisasi yang baik. Jangan akhirnya kita lagi kita lagi yang turun tangan. Sampai kapan? Maka let us build support to one another. Ketika yang satu tidak bisa kerjakan karena over-loaded, yang lain turun tangan membantu. Ada sikap proaktif, mengetahui apa yang perlu dikerjakan, lakukan dengan sukacita dan berinisiatif untuk berbagian dalam pelayanan. Ada yang perlu dibesuk, tidak perlu tunggu pendeta atau pengurus, kalau sdr kenal dan rumahnya dekat, besuklah dia. Itu adalah satu bagian yang kita rindu terjadi di tengah-tengah kita. Kiranya Tuhan menolong kita sama-sama boleh menjadi jemaat yang dewasa di dalam Tuhan.(kz)

Previous
Previous

Living at the Crossroads

Next
Next

Ciri Kedewasaan Rohani