Living at the Crossroads

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Efesus 4:17-24

Efesus pasal 4 ini boleh kita bagi dalam dua bagian; bagian pertama, di ayat 1-16 Paulus bicara mengenai apa artinya hidup di dalam komunitas orang-orang yang sudah ditebus oleh Kristus di dalam GerejaNya. Ia mulai dari sebuah keindahan bicara mengenai misteri kehendak Allah di dalam kekekalan, bagaimana Allah melalui Kristus mempersatukan dan memperdamaikan satu perseteruan yang tidak mungkin bisa didamaikan, sekarang disatukan oleh Allah menjadi satu new humanity in Christ, umat Allah yang telah ditebus oleh Yesus Kristus. Maka dari ayat 1-16 Paulus bicara mengenai umat yang telah ditebus hidup bersama sebagai sebuah komunitas gereja, dimana kita mencapai kedewasaan penuh dan rupa Kristus itu nyata di dalam diri setiap kita dan masing-masing anggota yang berbeda-beda itu boleh bekerja dengan harmonis dan efektif mempertumbuhkan tubuh Kristus, Gereja Tuhan yang indah itu. Tuhan tidak mau keindahan persekutuan gereja hanya selesai berhenti sampai di dalam persekutuan kita dalam bangunan gereja saja. Maka bagian ke dua daripada Efesus 4 sekarang bicara mengenai bagaimana komunitas yang indah dipanggil keluar untuk menjadi berkat kepada dunia.

Hari ini saya memilih judul khotbah: Living at the crossroads; Hidup di Persimpangan Jalan, itu adalah satu kehidupan yang sesungguhnya hampir mustahil karena kita akan menemukan tantangan yang tidak gampang dan tidak mudah. Kita akan berhadapan dan berbenturan dengan etika dan persepsi worldview yang berbeda dengan orang yang tidak percaya Tuhan. Harus kita akui sekarang kita hidup di dalam masa yang sangat berbeda dengan beberapa periode sebelumnya. Dulu

pandangan orang bersifat positif terhadap Kekristenan, karena mereka tahu Kekristenan membawa kontribusi positif dengan membangun sekolah, rumah sakit dan universitas, dan memberikan kontribusi yang besar bagi social justice di masyarakat. Tetapi sekarang kita menemukan perubahan dimana masyarakat tidak mau Kekristenan ikut campur kepada hal-hal yang di luar gereja. Kekristenan dipandang secara negatif sebagai pencegah dan perusak daripada masyarakat. Kita disebut sebagai orang yang homophobic, bigotry, penuh dengan prejudice, dsb.

Pada waktu Petrus, Yohanes dan Yakobus dibawa oleh Tuhan Yesus naik ke atas gunung dan melihat keindahan kemuliaan Tuhan yang luar biasa bersama Musa dan Elia, berkatalah Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia" (Matius 17:1-4). Artinya mereka mau terus tinggal di situ untuk menikmati keindahan persekutuan seperti ini. Tetapi Yesus membawa mereka turun dari gunung dan pada waktu mereka turun dari gunung, yang mereka jumpai adalah realita hidup dunia yang berantakan, karena itu adalah perjumpaan dengan kuasa kegelapan.

Alangkah indahnya menikmati fellowship, berbakti dan memuji Tuhan seperti ada di atas gunung dalam kondisi retreat. Kemuliaan Allah begitu nyata, firman Tuhan begitu indah, kita boleh melihat kebenaran, kesucian, dan kekudusan Allah di situ. Kalau bisa kita bikin gereja berkumpul seperti sebuah biara di atas gunung, kita tanam sendiri sayur-sayuran, ayam ternak dan apa yang kita perlukan, tanpa perlu bersentuhan dengan dunia ini. Tetapi kita tidak dipanggil oleh Tuhan hidup seperti itu. Hidup spiritual bukan secara eksklusif tetapi harus participative, berpartisipasi ke dalam dunia ini. Terang itu Kristus katakan tidak disembunyikan di bawah tetapi ditaruh di atas kaki dian supaya orang bisa melihat terang kita. Apa gunanya garam itu jikalau dia tidak asin lagi, dalam arti kata memberi pengaruh dan rasa? Kita merasa indah sekali melayani Tuhan di dalam gereja karena pandangan kita sama, suasananya sama, kita mempunyai bahasa yang sama, kita bisa sama-sama menyanyi haleluya puji Tuhan. Kalau kita berada di luar, kita mengatakan haleluya, orang mungkin mencaci-maki kita. Kita menunjukkan bagaimana hidup seharusnya sebagai seorang anak Tuhan maka kita akan menghadapi tantangan yang luar biasa. Namun kita dipanggil bukan saja menikmati keindahan persekutuan dengan Tuhan. Kita dipanggil untuk keluar memberikan pengaruh dan perubahan kepada dunia ini karena untuk itulah kita dipanggil hidup sebagai terang dan saksi bagi kesaksian Injil Yesus Kristus. Paulus tegaskan, "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang" (Efesus 5:8). Inilah tugas kita.

Apa dan bagaimana secara praktis Paulus memberikan prinsip hidup sebagai anak-anak terang itu? Dalam Efesus 4:17 dia katakan, "Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka." Ada satu penegasan yang penting menunjukkan ini adalah panggilan kita, misi kita. Sudah tentu kita tidak mempunyai kekuatan untuk membawa orang itu bertobat dan percaya Tuhan karena itu adalah pekerjaan daripada Roh Allah yang membawa orang keluar daripada kegelapan kepada terang Kristus. Tetapi kita dipanggil oleh Tuhan tidak boleh menutup akan kesaksian berita Injil, akan apa yang Tuhan sudah kerjakan dan lakukan di dalam hidup kita.

Pada waktu Paulus memanggil jemaat Tuhan untuk jangan lagi hidup seperti dulu, itu bukan berkaitan soal perubahan prilaku tetapi itu juga berkaitan dengan masa depan, berkaitan dengan pekerjaan, berkaitan dengan pemasukan, itu bukan saja bicara mengenai prilaku tetapi itu bicara mengenai nafkah hidup anak-anak Tuhan pada waktu itu. Keputusan untuk tidak lagi hidup seperti dulu adalah keputusan yang tidak gampang dan mudah karena seluruh sendi-sendi kehidupan waktu itu senantiasa berkaitan dengan apa yang menjadi sesembahan mereka. Sebagai orang Kristen mereka tidak lagi hadir di kuil, tidak lagi hidup dengan lifestyle yang dulu dalam kemabukan dan pesta pora, dsb. Tidak lagi hidup seperti mereka dengan menyatakan keserakahan, dengan ingin mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Dengan demikian kita boleh melihat kalaupun akhirnya kita akan masuk kepada sebuah era dimana kegelapan itu akan menjadi lebih gelap, di situlah justru terang dan cahaya sebagai anak-anak Tuhan menjadi lebih terang dan indah adanya.

Dalam bagian ini kita menemukan Paulus mendeskripsikan hal yang sangat gelap mengenai kehidupan yang ada saat itu. Tetapi apakah memang begitu lukisan mengenai kehidupan di luar daripada Kristus, mungkin banyak orang bilang masyarakat sekarang biasa-biasa saja. Kita tahu begitu banyak orang-orang di tengah masyarakat yang masih berpegang dengan kuat dan teguh kepada norma-norma kehidupan yang boleh kita katakan amat baik adanya. Tetapi gambaran daripada ayat 18-19 ini adalah gambaran yang sangat gelap, sehingga orang mungkin mengatakan kenapa Alkitab menggambarkan seperti itu? "Orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati  mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri  kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran" (Efesus 4:17-19). Apa yang Paulus deskripsikan di sini di ayat 18-19 menjadi satu deskripsi yang sangat gelap sekali mengenai kehidupan tanpa pengenalan akan Allah. Kalau Kristus datang ke dalam dunia menjadi juruselamat dunia, maka kehadiran Kristus dan iman kita kepada Dia yang datang ke dalam dunia sebagai juruselamat menjadi sebuah proklamasi yang tegas bahwa tidak mungkin manusia dari "sini" boleh membawa sesuatu bisa diperkenan kepada Tuhan. Itulah sebabnya juruselamat itu harus datang dari "sana" karena kita tidak sanggup menyelamatkan diri sendiri. Dengan demikian kehadiran Kristus itu menyatakan pembatalan kepada apa yang manusia sangka dan pikir sebagai kebaikan, apa yang manusia sangka dan pikir sebagai pemikiran yang bijaksana mengenai prilaku dan etika di masyarakat dan tentu bagi orang Yunani waktu itu mereka menganggap diri memiliki kultur paling tinggi dan semua yang lain di luar budaya Yunani itu adalah orang barbar. Namun Alkitab jelas mengatakan Yesus Kristus adalah juruselamat dunia ini, itu berarti manusia dengan segala norma etikanya, dengan kebaikan dan bijaksana dan segala prinsip-prinsip hidup, kebaikan, bahkan sedekah yang mereka pikir bisa dipakai untuk berkenan kepada Tuhan, Alkitab mengatakan semua itu tidak mungkin mendapat kebenaran di hadapan Tuhan, itu hanya melalui Kristus Yesus. Kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah kejatuhan kepada kegelapan, kepada dosa dan kepada kematian dan di dalam teologi kita menyebut itu dengan satu istilah yang disebut sebagai kerusakan total, total depravity. Kerusakan total itu berarti tidak ada bagian sedikitpun yang tersisa dari hidupnya yang tidak dicemari oleh dosa. Mungkin kita jatuh kepada gambaran tentang kerusakan total yang ada pada diri manusia yaitu jika orang itu adalah penjahat kriminal, teroris atau pembunuh yang sadis; tetapi ada lebih banyak orang yang secara eksternal terlihat baik-baik saja hidup moralnya. Tetapi apa yang ada di dalam hati yang terdalam sudah dikontaminasi oleh dosa adanya. Maka dilihat dari derajat kejahatannya, kita bisa bilang ada orang yang lebih berdosa daripada orang lain yang moralnya baik. Mereka yang di penjara, mereka yang teroris dan pelaku kriminal secara derajat dia lebih berdosa. Itu pandangan umum yang seringkali kita katakan sebagai dosa dengan konsep ini. Tetapi Alkitab mengatakan baik orang Yunani maupun orang Yahudi sama-sama berdosa di hadapan Allah karena tidak ada aspek dari hidup orang itu yang tidak dicemari oleh dosa. Kegelapan memenuhi hidup daripada semua manusia, tidak ada satupun di antara kita yang tidak terdistorsi oleh dosa. Bedanya hanya pada waktu kita berelasi satu dengan yang lain, kita bisa melihat perbedaan derajat saja. Ada orang yang kita rasa memiliki kehidupan yang begitu jahat, begitu memberontak, melakukan hal-hal yang di luar daripada batas kemanusiaan, tetapi ada yang kita rasa tidak begitu jahat. Kita bisa melihat di tengah dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini tetap ada keteraturan, tetap ada hal-hal yang baik di dalam kehidupan masyarakat kita. Kenapa? Jawabannya adalah karena Tuhan memberikan apa yang kita sebut sebagai anugerah umum [common grace]. Apa yang dimaksud dengan anugerah umum? Anugerah umum itu adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada semua orang karena Ia adalah Tuhan yang baik dan penuh dengan murah hati. Tuhan Yesus pernah berkata, "Bapamu yang di surga menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang baik, menurunkan hujan bagi orang benar dan orang yang tidak benar" (Matius 5:45). Berkat dan kebaikanNya Ia berikan kepada alam semesta yang Ia ciptakan ini. Yang ke dua, anugerah umum itu mempunyai tujuan mencegah manusia untuk tidak berbuat dosa sejahat-jahatnya. Itu fungsi daripada anugerah umum. Tetapi anugerah umum tidak memampukan manusia mendapatkan keselamatan dan hidup kekal; kita memerlukan anugerah khusus yang datang di dalam dan melalui Yesus Kristus.

Setidaknya ada empat anugerah umum yang mencegah manusia untuk tidak berbuat dosa sejahat-jahatnya. Yang pertama yaitu adanya hati nurani dalam diri manusia. Hati nurani itu menjadi hukum Allah yang Ia taruh di dalam diri kita. Walaupun manusia tidak pernah membaca Alkitab tetapi Allah menaruh hukum itu di dalam hati nurani setiap manusia (baca: Roma 2:14-15). Yang ke dua, Allah memberikan anugerah umum itu melalui adanya pemerintah dalam sebuah negara. Walaupun ada Pemerintahan yang tidak memerintah dengan adil tetapi setidaknya tetap pemerintah itu menjalankan aturan hukum dan keteraturan. Orang yang salah dihukum, yang baik dilindungi. Itulah fungsi daripada pemerintah dan itulah yang mencegah manusia untuk tidak berbuat sejahat-jahatnya. Tetapi sdr akan bisa menemukan manusia bisa menjadi sejahat-jahatnya jikalau pemerintahan yang adil itu tidak ada. Ambil contoh pada waktu terjadi kerusuhan, atau pada waktu sebuah negara dipimpin oleh pemerintah yang korup, kita akan menemukan manusia bisa jahat sejahat-jahatnya. Ketika tidak ada hukum di dalam masyarakat, kita akan bisa melihat kebengisan dan kekacauan. Yang ke tiga, adanya hukum tata krama di tengah masyarakat, relasi orang tua dengan anak dan kultur yang bisa memberikan perasaan sungkan dan rasa malu membuat orang tidak mau melakukan sesuatu yang bisa mempermalukan keluarga, tidak mau mencemarkan nama baik orang tua, dsb. Kita bisa lihat seorang anak yang begitu baik dan sopan pada waktu tinggal dengan orang tuanya, berubah menjadi liar begitu tidak ada pengawasan orang tua dan lingkungannya. Kenapa? Karena tidak ada lagi common grace yang menahannya. Yang ke empat, ada yang kita sebut dengan ketakutan akan kematian. Perasaan itu yang menyebabkan manusia tidak berani berbuat sejahat-jahatnya. Ada satu kesadaran misteri kalau saya berbuat jahat selama di dunia ini mungkin saya akan mendapatkan balasan yang lebih berat di sana sesudah saya mati dan itulah yang mencegah manusia untuk berbuat dosa sejahat-jahatnya.

Mari kita kembali kepada Efesus 4:18-19 "orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran." Paulus bicara di sini mengenai manusia yang telah jatuh ke dalam dosa adalah manusia yang tidak mungkin bisa mendapatkan keselamatan akibat dosanya. Siapa yang bisa melepaskan manusia dari hukuman dosa dan akibat dosa yang ada dalam diri kita, karena ada penghalang yang begitu besar dari sifat dosa adalah sikap yang masa bodoh kepada Tuhan, tidak mau taat dan peduli kepadaNya. Itu adalah sikap pemberontakan daripada dosa. Paulus memakai beberapa kata di ayat ini memperlihatkan movement kegerakan manusia yang sudah jatuh di dalam dosa: pengertiannya gelap disebabkan oleh karena kedegilan hati; laluperasaan menjadi tumpul; lalu melakukan keserakahan dan kecemaran semau enaknya. Ini dimulai dari hati yang mengeras, hati yang degil, hati yang membatu, itu respon manusia di dalam dosa kepada Allah. Akibat dari mengeraskan hati maka hati menjadi gelap [darkened] dan kemudian hati itu menjadi tumpul, mati rasa, tidak ada empati, tidak ada guilty feeling, itulah kondisi hati manusia yang keras, gelap, mati rasa. Dan berakhir dengan recklessness, hidup yang seperti bola liar ke sana ke mari melakukan segala kecemaran dan hati yang serakah di dalam hidupnya. Pertama dimulai dari tidak mau dengar peringatan dan nasehat. Dan itu sebab Paulus bilang jangan hidup seperti itu lagi. Itu hidup kita sebelum percaya Tuhan. Selalu mau mengeraskan hati kepada firmanNya, kepada panggilanNya. Itulah yang menyebabkan kita tidak mau percaya dan bertobat sampai suara firman Allah dan desakan dari Roh Kudus berbicara lebih berkuasa menghancurkan hati kita yang keras. Puji Tuhan!

Paulus berkata, dahulu kita juga seperti demikian dan kita tidak sanggup bisa keluar daripadanya. Kita boleh mengenal Kristus dan kita boleh percaya kepadaNya. Kita lihat satu perubahan itu muncul di ayat 20-24, "Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."  Di dalam hidup yang baru yang telah ditebus oleh Kristus itu, kita menjalani proses pengudusan dengan selalu dibaharui dalam roh dan pikiran kita. Kita akan melihat sebuah hidup yang transformatif dari perubahan yang Tuhan kerjakan itu satu persatu Paulus akan uraikan di pasal selanjutnya ke belakang.

Hari ini kita khusus melihat point yang penting Paulus katakan setelah kita keluar dari gedung gereja, kita dilengkapi dan kita menjadi dewasa, maka sekarang sebagai sebuah komunitas yang telah ditebus mari kita keluar menjadi terang dan saksi Tuhan bagaimana kita hidup di luar membawa orang melihat perubahan yang terjadi dalam hidup kita yang telah ditebus oleh Yesus Kristus. Tidak ada kesaksian yang lebih indah dan lebih kuat daripada orang yang tadinya hidup seperti ini sekarang telah diubah oleh Tuhan Yesus Kristus. Saya rindu kita boleh menghargai dan bersyukur kepada Tuhan kalau bukan Tuhan panggil dan ubah hidup kita, kita akan terus hidup dalam kekelaman dan kebinasaan. Kesadaran itu bukan saja melahirkan rasa syukur tetapi juga hati yang rindu untuk menjadi terang Injil kepada orang lain. Lihat segala kemungkinan dan kesempatan yang ada Tuhan buka. Kita tidak bisa merubah orang, kita tidak bisa menjadikan orang itu percaya dan bertobat karena kemampuan kita, tetapi kita diberi kesempatan oleh Tuhan bagaimana kita bisa share the Gospel of Jesus Christ. Jangan malu, jangan takut ketika Tuhan memanggil kita karena kita telah ditebus keluar dari kegelapan, jadilah anak-anak terang dalam hidup kita. Barangsiapa yang mau sungguh-sungguh berbakti, menyembah dan mengikuti Tuhan ada cost, ada konsekuensi dalam hidup kita tetapi itu jangan pernah membuat kita menyembunyikan identitas kita sebagai anak-anak Tuhan kepada keluarga kita, kepada kolega kita. Doakan selalu supaya Tuhan bukakan kesempatan itu. Hal yang kita bawa di dalam doa itu akan menjadi concern dalam hatimu. Paulus bilang kepada jemaat Kolose untuk berdoa bagi dia supaya Allah membuka pintu untuk dia dapat berbicara dan memberitakan Injil di tengah kondisi terpenjara sekalipun (Kolose 4:3). Banyak pintu tertutup, tetapi berdoalah supaya ada pintu-pintu yang terbuka untuk kita boleh membagikan berita Injil Yesus Kristus.(kz)

Previous
Previous

Mendukakan Hati Roh Kudus

Next
Next

Membangun Pelayanan yang Sehat