Bagaimana Memberi Respon Terbaik kepada Situasi Terburuk
Ringkasan Khotbah
Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Nats: Efesus 4:26-31
Firman Tuhan yang kita renungkan hari ini membawa kita kepada satu pertanyaan yang penting: Bagaimana memberi respon terbaik kepada situasi terburuk. Mungkin engkau dan saya tidak sanggup bisa mencegah diri kita mengalami situasi terburuk di dalam hidup kita, tetapi saya percaya kita mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk bisa mengatur dan mengontrol apa yang menjadi sikap hati kita dan juga respon kita kepadanya. Sama seperti yang dikatakan oleh Martin Luther, "We cannot prevent the birds from flying over our heads, there is no need that we should let them nest in our hair."
Paulus mengatakan, "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis (Efesus 4:26-27). Kemarahan adalah sesuatu reaksi kepada hal-hal yang tidak baik dan tidak menyenangkan. Reaksi marah tidak otomatis menjadi berdosa tetapi sanggupkah pada waktu kita marah kemarahan itu berada di dalam kontrol kita? Di bagian ini kita bisa melihat Paulus menyebutkan kemarahan itu bersifat progresif dan destruktif jikalau tidak segera kita bereskan dan buang jauh-jauh. Dan amarah yang terpendam itu kemudian ber-fermentasi dan beranak-pinak di dalam diri kita, ketika kita merasa kita adalah korban yang dirugikan, maka muncul akar kepahitan lalu berlanjut menjadi kebencian, di situlah momen kita tidak lagi membuka pintu kesempatan terjadinya reasoning, karena setelah itu kemudian menjadi keluar tanpa bisa kita kontrol lagi menjadi geram secara publik menyatakan ledakan kemarahan, pertengkaran dan fitnah dengan kata-kata yang saling menyakiti satu dengan yang lain.
Kejadian 4 mencatat kasus yang begitu menyedihkan ketika kemarahan di hati Kain sudah begitu membakar hati, sekalipun firman Tuhan datang mengingatkan Kain, "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya" (Kejadian 4:6-7). Namun peringatan Tuhan itu sudah tidak lagi menjadi peringatan yang didengar oleh Kain, dan yang terjadi adalah Kain melakukan pembunuhan terhadap adiknya.
Firman Tuhan dalam 1 Samuel 25:1-35 mencatat sebuah peristiwa yang kita bisa belajar satu bagian yang sangat penting bagaimana nasehat daripada rasul Paulus ini menjadi nyata di dalam kita bereaksi terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan, yang mendatangkan kemarahan dan emosi negatif, dan bagaimana kita boleh menang atasnya.
Kitab 1 Samuel 25 dibuka dengan kalimat: "Dan matilah Samuel; seluruh orang Israel berkumpul meratapi dia dan menguburkan dia di rumahnya di Rama. Dan Daud berkemas, lalu pergi ke padang gurun Paran." Samuel mati. Seluruh rakyat menangisinya. Sudah tentu Daudpun berduka. Nabi yang pernah mengurapi Daud menjadi raja sudah mati, dan Daud tidak melihat apa yang dia janjikan itu terjadi, Daud tetap menjadi orang yang dikejar-kejar. Dan bukan saja demikian, Daud tidak tahu entah kapan dan bagaimana dia akan bisa menjadi raja. Alkitab mencatat, "Lalu larilah Daud ke padang gurun Paran." Daud lari menjauh daripada Saul dan makin jauh daripada daerah Israel. Dari ayat 1 ke ayat 2 kita tidak tahu selang berapa lama, yang kita tahu Daud tidak lagi berada di padang gurun Paran tetapi sudah berada di Karmel di daerah utara, daerah yang subur dimana Nabal mengusahakan ternaknya. Nabal adalah seorang yang kaya-raya, memiliki domba dan kambing yang begitu banyak. Daud dan prajuritnya beserta keluarga mereka berkemah di dekat tempat Nabal dan pada waktu musim semi waktunya menggunting bulu-bulu domba, hari-hari dimana mereka panen bulu domba, Daud dan prajuritnya membantu menjaga keamanan para pemotong bulu domba. Setelah selesai masa pengguntingan itu, Daud mengutus beberapa orang prajuritnya kepada Nabal untuk meminta roti dan makanan bagi mereka, namun yang terjadi adalah Nabal menjadi marah dan menghina Daud. Nabal menjawab anak buah Daud itu, katanya: "Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba-hamba yang lari dari tuannya. Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka datang?" (1 Samuel 25:10-12). Nabal bilang, "Siapa itu Daud? Siapa itu anak Isai? Enak saja mau minta-minta makan kepadaku!" Berarti Nabal tahu bahwa Daud sudah diurapi menjadi raja dan Nabal memberi penghinaan seperti itu. Mendengar penghinaan seperti itu muncul reaksi daripada Daud di ayat 21-22 Daud berkata: "Sia-sialah aku melindungi segala kepunyaan orang ini di padang gurun, sehingga tidak ada sesuatupun yang hilang dari segala kepunyaannya; ia membalas kebaikanku dengan kejahatan. Beginilah kiranya Allah menghukum Daud, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika kutinggalkan hidup sampai pagi seorang laki-laki sajapun dari semua yang ada padanya." Daud marah dan murka, dan dalam kemarahannya Daud hendak membunuh semua orang yang bekerja di rumah Nabal.
Beberapa pekerja yang ada di situ kemudian menceritakan hal ini kepada Abigail, isteri Nabal: "Ketahuilah, Daud menyuruh orang dari padang gurun untuk memberi salam kepada tuan kita, tetapi ia memaki-maki mereka. Padahal orang-orang itu sangat baik kepada kami; mereka tidak mengganggu kami dan kami tidak kehilangan apa-apa selama kami lalu-lalang di dekat mereka, ketika kami ada di ladang. Mereka seperti pagar tembok sekeliling kami siang malam, selama kami menggembalakan domba-domba di dekat mereka. Oleh sebab itu, pikirkanlah dan pertimbangkanlah apa yang harus kau perbuat, sebab telah diputuskan bahwa celaka akan didatangkan kepada tuan kita dan kepada seisi rumahnya, dan ia seorang yang dursila, sehingga orang tidak dapat berbicara dengan dia." Dengan kata lain bujang ini ingin berkata bahwa di tengah situasi seperti ini kita tahu tidak mudah, bagaimana kalau ada garong dan perampok merampas bulu-bulu yang berharga itu dan bisa membunuh para penggunting bulu. Dan adanya Daud dan pasukannya membuat para penggunting bulu bisa dengan aman bekerja sampai selesai. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai integritas hidup, mereka bukan penjahat dan mereka tidak menggangu dan mereka sama sekali tidak mengambil apapun dari para pekerja itu. Abigail mendengarkan perkataan dari bujangnya bahwa Daud telah memutuskan untuk membunuh Nabal dan seisi rumahnya. Maka Abigail segera bertindak, pergi membawa makanan untuk bisa berjumpa dengan Daud. Alkitab mencatat Abigail memberikan reasoning kepada Daud sehingga Daud tidak dikuasai oleh kemarahan itu. Abigail berkata: "Janganlah kiranya tuanku mengindahkan Nabal, orang yang dursila itu, sebab seperti namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal orangnya. Tetapi demi TUHAN yang hidup dan demi hidupmu yang dicegah TUHAN dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan" (1 Samuel 25:23-26).
Di dalam amarah dan murkanya Daud bilang sia-sia saja semua kebaikan yang dia lakukan karena dibalas dengan kejahatan. Di situ kita melihat situasi yang begitu genting, situasi yang begitu buruk dihadapi Daud membuat dia ambil keputusan untuk menumpas habis Nabal dan seisi rumahnya.
Namun Tuhan mengirim seorang yang bijaksana bernama Abigail, isteri daripada Nabal, dan kalimat yang Abigail sampaikan kepada Daud itu yang kemudian meluluhkan amarah dari hati Daud dan mencegah hal yang terburuk terjadi. Dari percakapan Abigail dengan Daud ini kita bisa menemukan beberapa prinsip-prinsip yang penting pada waktu kita berada dalam situasi ini bagaimana sdr dan saya belajar untuk mempunyai respon yang terbaik yang bisa kita berikan dan lakukan.
Abigail berkata, "Janganlah kiranya tuanku mengindahkan Nabal, orang yang dursila itu, sebab seperti namanya demikianlah ia: Nabal namanya dan bebal orangnya." Di sini Abigail mengajak Daud untuk reasoning: kenapa engkau berespon kepada seorang yang bebal seperti Nabal ini, yang memang seorang yang tidak bisa diajak bicara baik-baik. Dia adalah orang yang bebal sehingga apapun reaksi yang engkau lakukan kepada dia, dia tidak sanggup dan memang tidak bisa dirubah. Apakah kamu pikir dengan datang memberikan pelajaran kepada dia, maka Nabal akan berubah? Tidak. Dia orang yang tidak akan pernah berterimakasih, orang yang tidak tahu bahwa yang engkau lakukan itu adalah sebuah perbuatan yang sepatutnya dihargai. Dia seorang yang selfish, seorang yang self-centred, orang yang hanya melihat kepentingan dirinya sendiri dan apa yang menjadi keuntungannya saja, itulah Nabal. Kalau engkau akhirnya membalas dia dengan berbuat hal yang sama, kamu jatuh kepada jebakan yang sama menjadikan dirimu sama seperti Nabal. Reaksimu kepada Nabal tidak akan merubah Nabal, tetapi reaksimu yang buruk seperti itu akan merusak dirimu sendiri. Kemarahan Daud, kebencian Daud kepada Nabal mendatangkan apa? Akan ada orang-orang yang tidak ada kaitannya dengan Nabal yang akan dibunuh oleh Daud, ada orang-orang yang sebetulnya tidak berprilaku seperti Nabal yang akhirnya menanggung konsekuensi dan kerugian yang besar.
Dalam hidup kita, Nabal itu mewakili orang-orang yang menyusahkan hidup kita; Nabal itu bisa kita ganti dengan situasi hidup kita. Reaksi apapun yang engkau berikan kepada hal itu, tidak akan merubah apa-apa selama engkau tidak merubah hatimu dan responmu. Bagaimana kita berespon dengan benar dan dengan baik terhadap situasi hidup saya yang paling buruk? Kalimat pertama daripada Abigail ini mengajarkan kepada kita ada hal-hal yang tidak bisa kita ubah, ada hal-hal yang memang begitu jelek dan begitu buruk dan kadang-kadang kita berpikir kita melakukan reaksi supaya untuk mengajarkan satu pembelajaran yang baik kepadanya, he'll never get it. Jangan biarkan hati kita dirusak dengan kebencian dan kemarahan kepada orang-orang yang memang seperti itu dalam hidup kita. Mungkin sdr menghadapi orang-orang seperti itu di kantor atau dimana saja, orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri, apapun yang engkau kerjakan dan lakukan tidak pernah dibalas dengan sesuatu yang baik. Jangan sampai itu memberhentikan engkau berbuat apa yang baik, jangan membuatmu merasa sia-sia hidup dengan benar, dsb.
Yang ke dua ketika Abigail datang kepada Daud, dia bukan saja bicara bahwa Nabal begini-begitu tetapi Abigail membawa Daud kepada perspektif bagaimana melihat Tuhan di dalam hidupnya. "I know that God will fulfil His promise to you. What God has promised to you, He will deliver." Apa yang Tuhan janjikan kepadamu Tuhan pasti akan genapi atasmu. Kata-kata Abigail itu membuka lebar-lebar hati Daud. Dia ingat Tuhan berjanji akan menjadikan dia raja Israel dan memimpin hidupnya, tetapi kenapa sampai saat itu janji Tuhan tidak dia alami? Daud mulai gelisah dan panik mungkin ketika mendengar kabar Samuel meninggal dunia. Daud jadi takut, kuatir, kecewa, putus asa terhadap janji Tuhan yang makin lama makin pudar sehingga dia ingin mengambil jalan sendiri. Itulah sebabnya kenapa dia bilang kepada Abigail, "Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan" (1 Samuel 25:32-33). Daud diingatkan ada Tuhan yang pada akhirnya akan menggenapkan apa yang Ia janjikan; ada Tuhan yang menyertai dan memimpin hidup kita; ada Tuhan yang adil yang juga akan menjadikan segala sesuatu di dalam kebenaran, keadilanNya. Mari kita menjadi orang yang tidak perlu bereaksi dengan buruk di dalam situasi seperti ini.
Yang ke tiga, kita bersyukur ada seorang yang namanya Abigail datang berbicara kepada Daud karena kita bisa lihat ini adalah satu momen yang sangat penting dan genting dalam pengambilan keputusan. Seringkali kita terlalu gampang dan terlalu mudah mendengarkan terus apa yang menjadi kata hati yang bergejolak dalam diri kita dan kita melupakan bagaimana kita harus berkata kepada jiwa dan hati kita supaya tidak berespon dan bereaksi seperti itu. Banyak orang bilang mood kita itu tidak bisa dikontrol tetapi Alkitab mengingatkan jangan biarkan emosi itu dan situasi hati itu kemudian yang mengontrol kita. Perhatikan emosi Daud itu bergejolak dalam situasi ini sampai kemudian dia bilang: Sia-sia saja aku melakukan hal yang baik sampai kemudian datang Abigail bicara kepada dia.
Pembaharuan itu adalah sesuatu yang terjadi di dalam hati kita dan kita melihat ada kuasa yang besar ketika kita berbicara kepada hati kita ketimbang kita membiarkan hati kita itu bicara kepada kita. Mazmur 43:5 memberi contoh bagaimana berbicara kepada diri secara positif, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku? Dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku!" Mengapa kita seringkali membiarkan ketidak-bahagiaan itu menyelinap di dalam hati kita? Kita membiarkannya sebab kita mengijinkan suara-suara negatif menguasai dan mengontrol hati kita dan akhirnya membuat kita frustrasi, gelisah, kuatir, kecewa, putus asa, mengasihani diri dan merasa menjadi korban. Ada momen dimana kita harus justru berkhotbah kepada jiwa kita. Katakan kepada jiwamu, mengapa engkau tertekan dan gelisah? Berharaplah dan bersyukurlah kepada Tuhan, penolongku dan Allahku. Daud menerima dan mendengarkan perkataan Abigail dan ambil keputusan terbaik dia hanya diam dan tidak lakukan apa-apa. Dan kalau kita baca selanjutnya dari kisah ini Tuhan yang sendiri bertindak. Memang sangat menarik sekali adalah ketika Abigail pulang tidak langsung kasih tahu Nabal tetapi besoknya baru bilang, Nabal ngamuk. Akhirnya stroke, sepuluh hari kemudian meninggal. Orang yang hanya mementingkan diri, hanya menyimpan kekayaan sendiri, itu terjadi kepadanya. Tetapi Daud tidak melakukan apa-apa. Dan itu adalah hal yang dia belajar biarlah Tuhan yang berjanji memelihara menunjukkan ada Tuhan dalam hidup kita. Biar kiranya kita belajar tetap hidup dengan prinsip tetap berbuat baik sebisa mungkin walaupun mungkin merugi. Belajar untuk tidak tergesa-gesa mengambil apapun kalau itu bukan yang Tuhan beri kepadaku. Sekalipun situasi yang kita alami itu begitu buruk, Tuhan senantiasa akan memberikan kekuatan dan pembaruan dalam hidup kita.
Mungkin selama ini sdr sudah bekerja keras tetapi akhirnya perusahaan bankrut dan sdr kehilangan mata pencaharian. Atau sdr mungkin membangun sesuatu usaha atau bisnis yang kelihatannya sudah mulai stabil dan baik, tetapi pandemi ini merubah begitu banyak hal. Ada sakit yang tiba-tiba datang yang tidak pernah kita sangka dan duga, itu mungkin bukan karena kesalahan kita sendiri dalam investasi atau kurang bijaksana dalam ambil keputusan, tetapi hal-hal ini bukan tidak mungkin terjadi. Menghadapi situasi yang buruk, kita mungkin tidak bisa melakukan apa saja untuk merubah akan hal itu. Dalam situasi itu kita bisa ragu, kita bisa kuatir dan gelisah dalam hidup ini, akhirnya kita menjadi frustrasi dan putus asa. Dapatkah di situ kita bersandar sepenuhnya kepada Allah yang sudah menyatakan kasih setia dan pemeliharaannya yang nyata kepada kita di waktu-waktu yang lalu?
Terakhir, semua pengalaman ini membuat Daud bisa memberi respon terbaik dalam menghadapi satu situasi yang terburuk. Pada waktu lari kesana kemari, kita bisa lihat begitu banyak orang yang masih berada di sekitar dia menjadi sahabat. Tetapi ketika semua orang yang ada di sekitarnya tidak ada lagi, bagaimana reaksi Daud, kita lihat di 1 Samuel 30. Alkitab mencatat ada satu peristiwa yang terjadi di Ziklag dimana Daud beserta keluarganya tinggal menumpang di daerah Filistin. Daud sampai di perkemahannya dan menemukan orang Amalek datang membakar habis perkemahannya dan menculik isteri-isteri dan anak-anak Daud dan pasukannya. 1 Samuel 30:3-6 mengatakan, "Ketika Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu, tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis. Juga kedua isteri Daud ditawan, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya."
Karena pembaharuan hati yang Tuhan sudah beri kepadanya Daud menghadapi situasi yang buruk dengan respon yang berbeda. Di situ dia harus hadapi sendiri, tidak ada lagi dukungan support, tidak ada lagi Abigail. Semua tentara pasukan yang lain menjadi frustrasi dan marah kepada Daud karena mereka juga mengalami kerugian. Tetapi yang merubah itu semua dari tidak ada menjadi ada hanya dengan satu cara yaitu dia ingat dia punya Tuhan. Tuhan menguatkan hati Daud. Kepercayaan dan pengharapan kepada Tuhan yang dia sembah bukan sekedar bahasa teologis, tetapi sungguh dia alami dalam hidupnya.
Bersyukur hari ini kita belajar satu bagian yang indah dari firman Tuhan yang menguatkan hati kita sekali lagi sehingga kita boleh menjadi anak-anak Tuhan yang melakukan apa yang terindah dan terbaik di tengah situasi terburuk apapun yang terjadi dalam hidup kitai. Kiranya Tuhan memberi kita kekuatan, bukan karena kita sanggup dan mampu, tetapi Tuhan beri kekuatan yang lahir dari hati kita yang percaya kita punya Tuhan dan Allah yang hidup dan Allah itu tidak pernah tinggal diam dan Allah itu berkarya di dalam hidup setiap kita yang percaya dan bersandar kepadaNya. Itulah sebabnya apapun yang kita alami ke depan, apapun situasi yang akan kita hadapi, mari kita hadapi dengan kekuatan dan pertolongan Tuhan, dengan senantiasa berdoa agar Tuhan memberi kita kekuatan menghadapinya dan memberi respon terbaik di situ.(kz)