Kepekaan Rohani dan Kehendak Allah

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Efesus 5:8-14

Efesus 5:1-14 menjadi satu panggilan dari rasul Paulus bukan saja kepada jemaat Efesus tetapi kepada setiap orang yang telah menjadi umat Allah, orang-orang yang telah menerima keselamatan dan penebusan di dalam Tuhan Yesus Kristus untuk hidup berpadanan dengan panggilan Injil. Yang pertama di ayat 1-7 Paulus memanggil setiap kita untuk menjadi penurut-penurut Allah, "the imitators of God," yang ditandai dengan bagaimana kita berjalan di dalam kasih [walk in love], kasih yang merujuk kepada kasih Kristus yang menjadi teladan kita yang sempurna.

Yang ke dua di ayat 8-14 yang akan kita renungkan hari ini, Paulus memanggil kita untuk berjalan di dalam terang [walk in light]. Ia berkata, "Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu."

Paulus di pasal 5 ini mengatakan hidup kita yang telah ditebus oleh Yesus Kristus bukan lagi hidup kita, direksi dan pusat daripada hidup kita itu adalah Allah Tritunggal. Sehingga apapun yang kita pilih, kita putuskan dan lakukan, segala sesuatu yang kita ambil dalam hidup kita itu bukan lagi semata berpusat pada diri kita melainkan kepada Allah. Hidup kita adalah hidup yang Gospel-centred, Christ-centred, God-centred, and the Holy Spirit-centred. Hari ini saya mengajak sdr secara fokus melihat bagaimana hidup yang telah diubah oleh Tuhan itu Paulus menyebutkan bagaimana terang Kristus itu mentransformasi, mengiluminasi, memberikan sesuatu perubahan di dalam hidup kita memimpin kita memiliki kepekaan rohani untuk memahami kehendak Allah dan berjalan di dalamnya.

Hidup kita dahulu sebelum mengenal Kristus adalah hidup berjalan dalam kegelapan. Kita tidak bisa melihat apa-apa, kita berjalan tanpa tahu kemana jalan yang kita tuju, kita hidup tanpa arah dan berkanjang di dalam kegelapan dosa. Kita tidak tahu dan tidak peduli apa yang benar, adil dan baik. Direksi dan arah hidup kita menuju kepada kegelapan itu. Namun ketika Kristus, sumber terang itu datang ke dalam hidup kita, kita menjadi orang-orang yang sekarang tidak lagi berada di dalam kegelapan. Terang Kristus itu mentransformasi hidup kita, mengiluminasi dan memimpin kita berjalan menjadi anak-anak terang. Transformasi dan perubahan apa yang terjadi dalam hidup kita ketika kita berjalan di dalam terang? Paulus mengatakan terang itu bukan kita yang hasilkan; kita tidak bisa melakukan sesuatu yang membuat kita lebih baik dan menjadi seorang yang lebih baik, lebih benar, lebih adil, lebih suci. Kita berubah dan mengalami transformasi karena terang yang sejati itu datang dan tinggal di dalam hidup kita dan karena kita telah mengalami terang di dalam Tuhan, sebagai konsekuensi logisnya kita hidup sebagai anak-anak terang.

Kisah hidup John Newton, seseorang yang pernah mengalami hidup yang paling gelap lalu kemudian mengalami satu transformasi ketika terang itu merubah hidupnya dan perubahan itu membuat dia berani mengambil keputusan meninggalkan segala sesuatu yang dulunya mendatangkan keuntungan bagi dia, bahkan akhirnya dia ambil keputusan menjadi seorang hamba Tuhan seumur hidupnya dari seorang penjual budak menjadi seorang yang melayani Tuhan. John Newton menulis sebuah lagu klasik sepanjang jaman "Amazing Grace" menuliskan pengalaman pertobatannya, "I once was lost but now am found; was blind but now I see" dulu aku terhilang dan ditemukan, aku buta tetapi sekarang melihat.

Apa yang menjadi ciri dari seorang yang hidup berjalan di dalam terang? Di ayat 9 ada tiga karakteristik daripada hidup di dalam terang itu yaitu hidup yang berbuahkan kebenaran, keadilan, dan kebaikan dan di ayat 10 hidup itu dijalankan selalu demi untuk menyenangkan hati Tuhan.

Dari dua ayat ini, poin yang pertama, pada waktu terang itu tiba di dalam hidup kita, maka terang Allah akan membuat kita memiliki sebuah kepekaan rohani, karena Roh Allah tinggal di dalam diri kita dan memimpin kita sehingga hidup menjadi anak-anak terang berarti kita perlu mengasah kepekaan itu sehingga waktu kita mengambil keputusan, waktu kita melakukan sesuatu, kita mau menyenangkan hati Tuhan, kita mencari apa yang menjadi isi hati Tuhan, apa yang menjadi kehendakNya. Paulus mengingatkan jangan sampai kita mendukakan Roh Kudus Allah yang sudah mematerai kita sampai akhir. Mendukakan Roh Kudus berbeda dengan menghujat Roh Kudus, seperti yang Yesus katakan dan peringatkan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yaitu jangan sampai mereka menghujat Roh Kudus (Matius 12:31). Orang yang sudah percaya Tuhan, anak Tuhan, kita bisa mendukakan Roh Kudus, kita hidup tidak taat dan tidak mau mendengarkan suaraNya dan pimpinanNya dan memilih hidup terus dalam dosa. Dosa tidak akan mengusir Roh Allah pergi dari hidupmu; dosa-dosa kita hanya akan mendukakan hati Roh Allah di dalam diri kita.

Poin yang ke dua, hidup berjalan di dalam terang itu transparan, hidup yang dilihat orang. Ada banyak hal yang kita lakukan berarti kita membutuhkan accountability dan integritas. Yesus ingatkan, "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius 5:14-16).

Maka dari bagian ini kita melihat beberapa prinsip yang Paulus berikan. Prinsip yang pertama adalah ketika hidup kita diiluminasi oleh terang itu kita akan memiliki kepekaan untuk senantiasa menguji, kepekaan untuk senantiasa memilih, kepekaan untuk senantiasa membedakan, kepekaan untuk memilah apa yang terjadi, keputusan apa yang kita buat dalam hidup kita, bukan lagi kepada apa yang menjadi kepentingan dan kemauan kita melainkan apa yang menjadi kepentingan dan kemauan Tuhan di dalam hidup ini. Paulus bilang, ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. Sekali lagi Paulus ulang di ayat 17 "Sebab itu janganlah kamu bodoh tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." Kata "bodoh" bukan bicara soal kemampuan intelektual seseorang tetapi mengingatkan jangan sampai kita membiarkan kegelapan itu mengkaburkan cara kita berpikir, keputusan hati dan decision dalam hidup kita, tetapi selalu usahakan dalam hidupmu untuk mengerti kehendak Tuhan.

Kerapkali pada waktu bicara mengenai apa itu kehendak Tuhan, orang Kristen jatuh kepada soal keputusan apa yang akan dia ambil di depan yang tidak tahu, atau bertanya soal kapan Yesus datang kembali, dsb. Itu semua adalah hal-hal yang Tuhan tidak wahyukan dan perlihatkan kepada kita, Alkitab memberitahukan kepada kita hal-hal itu adalah hal-hal yang tersembunyi dan kita tidak dipanggil untuk mencari kehendak Tuhan tentang hal-hal yang seperti itu. Di dalam teologi itu kita sebut sebagai "The Decretive Will of God" yaitu kehendak Allah yang tidak Ia bukakan, kehendakNya yang Ia kerjakan dan lakukan di dalam kedaulatanNya. Dalam hal itu kita tidak perlu untuk mencari-cari tahu akan hal itu oleh sebab itu memang bukan menjadi hal yang Ia ingin kita mengetahuinya. Sehingga pada waktu kita dipanggil untuk mengerti kehendak Allah, itu bicara mengenai kehendak Allah yang sudah tersedia bagi kita, yang sudah dibukakan bagi kita di dalam Alkitab. Dalam teologi disebut sebagai "The Preceptive Will of God" yaitu kehendak Allah yang sudah dibukakan dan diberikan supaya kita berjalan di dalamnya. Itulah sebabnya pada waktu kita berbicara mengenai kehendak Allah jangan kita berpikir mencari kehendak Allah sebagai sesuatu yang susah kita tidak mengerti melainkan pada waktu kita fokus kepada firmanNya, kita berjalan seturut dengan apa yang Ia wahyukan di dalam firmanNya, mari kita penuh dengan keyakinan, dengan hati yang percaya di situ kita sudah memperkenan Allah di dalam hidup kita.

Hidup menjadi anak-anak terang kita perlu mengasah kepekaan waktu kita mengambil keputusan, waktu kita melakukan sesuatu apakah kita menyenangkan hati Tuhan, kita mencari apa yang menjadi isi hati Tuhan, apa yang menjadi kehendakNya. Maka fokus senantiasa kepada firmanNya. Firman yang kita dengar dari mimbar, firman yang kita renungkan dalam saat teduh setiap hari jangan kita jadikan sebagai satu kewajiban rutin hanya untuk menyelesaikan sebuah disiplin rohani saja. Bukan berarti kita tidak boleh menjalankan disiplin itu tetapi yang terutama dan terpenting adalah bagaimana firman hari ini menjadi firman yang kita pegang, kita percaya dan kita amini. Jikalau kita membaca Alkitab dan kita menemukan di dalam Alkitab ada begitu banyak perintahNya, laranganNya, doronganNya, nasehatNya yang begitu jelas tidak perlu kita menambahkan apa-apa, mari kita taat kepada firman itu dengan penuh sukacita, tanpa debat lagi, kita mau kerjakan dan lakukan. Pada waktu membaca firman Tuhan kita harus ingat tidak semua bagian Alkitab berbicara secara jelas. Ada bagian-bagian yang mungkin tidak jelas, artinya Alkitab tidak larang dan juga tidak perintahkan, dalam hal-hal yang tidak jelas seperti itu Tuhan memberikan kepada kita tanggung jawab untuk memilih dengan bijaksana, dengan berdoa dan disertai dengan hati yang takut kepada Tuhan.

Prinsip yang ke dua, ketika kita diterangi oleh Injil Yesus Kristus, bukan saja melatih kepekaan kita melihat terang itu membawa kita mau menyenangkan hati Tuhan, terang itu akan membawa kita kepada aspek yang ke dua dalam bagian ini yaitu kita bisa peka membedakan bahwa ada hal-hal yang tidak fruitful dan ada hal-hal yang fruitful. Efesus 5:11 berkata, "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebutkan sajapun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang." Bandingkan dengan ayat 9 "Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran," yang juga bicara tentang "buah" secara positif di sini. Pada waktu Paulus mengatakan kepekaan rohani kita akan membuat kita memilih dan melakukan segala sesuatu yang fruitful, perhatikan baik-baik, firman Tuhan tidak mengatakan apa yang profitable buat kita tetapi apa yang fruitful. Apa bedanya antara memilih, mengambil atau mengenali segala sesuatu keputusan dalam hidup kita bedanya antara yang profit menguntungkan diri atau fruitful? Pada waktu kita bicara mengenai profit berarti di situ kita akan menjadi seorang yang self-centred maka keputusan kita, pilihan kita adalah apa yang senantiasa menguntungkan diri sendiri tetapi pada waktu firman Tuhan mengatakan apapun yang engkau lakukan dan kerjakan, ingat baik-baik itu adalah buah daripada terang dan buah itu adalah senantiasa berbuah fruitful. Maka kata fruitful bagi saya adalah kontras daripada self-centred, itu berarti hidup yang Christ-centred, yang ditandai dengan tiga buah yang akan muncul di situ. Buah yang pertama adalah kepada diriku, pada waktu saya katakan fruitful berarti itu akan menjadi buah yang senantiasa berkaitan dengan diri saya apakah saya semakin menjadi serupa dengan Kristus? Yang ke dua berkaitan dengan Tuhan apakah keputusan kita membuat nama Tuhan dipermuliakan. Yang ke tiga berkaitan dengan bagaimana keputusan saya menjadikan orang lain mengenal Kristus dan mereka boleh memuliakan Allah. Di situ arti bagaimana hidup dalam terang itu menghasilkan buah.

Di ayat 9 Paulus menyebutkan terang itu hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, tiga kata ini dipakai oleh Paulus mengacu kepada panggilan Tuhan kepada umat Israel di Perjanjian Lama bicara mengenai apa yang harus mereka lakukan di dalam hidup sehari-hari, seperti yang dicatat dalam kitab Mikha, "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN daripadamu selain berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8). Dalam kitab Yesaya, Tuhan mengatakan Aku muak dan bosan dengan persembahan ibadahmu yang begitu banyak dan megah dan limpah yang engkau beri kepada tetapi mereka engkau mengabaikan segala hal ini. "Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda" (Yesaya 1:10-17). Umat Israel taat beribadah namun mereka menginjak-injak keadilan, kebenaran dan kebaikan. Mereka tidak berlaku adil, mereka tidak melakukan kebaikan, mereka tidak memegang apa yang benar di dalam hidup mereka. Maka Paulus memberikan kepada kita apa yang menyenangkan Tuhan kepada sifat-sifat ini: kebaikan, keadilan, dan kebenaran.

Maka kesimpulannya, pada waktu kita ambil keputusan untuk memilih dan mengambil keputusan yang menyenangkan hati Tuhan, seturut prinsip kebenaran firman Tuhan yang kita mengerti dengan jelas, yang kita lakukan adalah jalani dengan sukacita, rela dan taat melakukan itu. Yang ke dua, pada waktu ada hal-hal yang tidak jelas, saya berdoa, saya minta bijaksana Tuhan dengan hati yang takut akan Tuhan untuk ambil keputusan dan senantiasa dengan hati yang mau berkenan kepada Tuhan. Buang hal-hal yang tidak benar dalam pikiran kita setelah ambil keputusan ini. Dan yang ke tiga yang penting adalah senantiasa berpikir dengan benar tentang Tuhan. Maksudnya adalah pada waktu sdr tahu Tuhan itu adalah Tuhan yang baik dan Ia adalah Allah yang berdaulat, Allah yang tidak pernah bersalah, Allah yang penuh dengan kasih dan rahmat maka setiap kali kita mengambil keputusan, kita tidak boleh meragukan akan sifat-sifat Allah itu dalam hidup kita walaupun mungkin di dalam prosesnya ada hal-hal yang kita lakukan itu mendatangkan sesuatu yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Contoh sederhana, mungkin kita mengambil satu keputusan yang secara prinsip moral benar, secara keputusan yang bijaksana dan tidak bertentangan dengan firman Tuhan, kita mau menyenangkan hati Tuhan, dan pada waktu keputusan itu kita ambil bisa jadi hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita. Mungkin bisa jadi sdr tidak mendapat promosi di dalam pekerjaan itu, bisa jadi sdr dipersulit di dalam banyak hal. Semua itu bisa membuat sdr bertanya-tanya apa yang salah, Tuhan, aku sudah melakukan semua ini seturut firmanMu, kenapa hasinya berbeda dengan apa yang aku harapkan? Itulah sebabnya poin ini penting, sesudah sdr kerjakan dan lakukan itu sdr harus berpikir dengan benar tentang Allah. Itu tidak boleh hilang dalam pikiran kita.

Terakhir, Efesus 5:13-14, Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Ayat ini mengatakan yang gelap itu pada waktu diterangi akan menjadi nampak, dan bukan itu saja, yang gelap itu akan berubah menjadi terang. Artinya di dalam terang, gelap itu tidak akan ada lagi. Gelap itu adalah the absence of light. Segala sesuatu yang ditelanjangi oleh terang akan menjadi nampak. Paulus memakai ilustrasi ini mengajak kita melihat prinsip yang ke tiga, hiduplah sebagai anak-anak terang berarti hidup kita itu adalah "Coram Deo" istilah dari bahasa Latin yang berarti: to live in the presence of God. Hidup yang senantiasa tahu dan sadar tidak ada bagian hidup kita yang bisa kita sembunyikan dari hadapan Tuhan dan suatu kali kelak hidup kita itu akan disinari oleh terang tahta Allah dan tidak ada lagi kegelapan; tidak ada yang bisa kita sembunyikan. Hidup yang coram Deo berarti pada waktu sekarang kita berjalan hidup menjadi anak-anak terang, senantiasa kita hidup tulus, terbuka, transparan di hadapan Tuhan. Kita harus senantiasa menyadari kita tidak bisa menyembunyikan apa-apa ketika nanti kita berdiri di hadapan tahta pengadilan Allah. Apakah itu menakutkan? Tentu itu menakutkan. Kita harus selalu menyadari dan minta pengampunan Tuhan untuk hidup kita yang senantiasa nampak di hadapanNya. Belajar senantiasa ingat baik-baik itu artinya hidup sebagai terang. Kalau pikiran kita makin butek, hati kita makin bingung, makin kacau, kita gampang dipengaruhi oleh kegelapan. Tetapi hidup dalam terang, kita itu semakin jelas melihat sehingga kita bisa memilih, menilai, menguji, mengambil keputusan apapun senantiasa ingin menyenangkan hati Tuhan. Yang ke dua, ingat baik-baik hidup terang itu adalah hidup yang fruitful. Yang ke tiga, hidup terang itu berarti kita berdiri in the presence of God yang satu kali kelak tidak akan ada kegelapan karena terang itu bersinar atasmu. Kita akan berdiri di hadapan pengadilan Allah, itu artinya kita hidup menjadi anak-anak terang.

Biar kiranya firman Tuhan menjadi firman yang menerangi dan membuka pikiran kita, supaya kita boleh menjadi anak-anak Tuhan yang mengalami transformasi perubahan di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Dulu kita berada di dalam kegelapan, sekarang kita telah diterangi oleh cahaya Injil, kita boleh hidup di dalam kebenaran, keadilan, dan kebaikan Tuhan. Bukan kita yang sanggup merubah diri tetapi kuasa dan pekerjaan Roh Allah yang tinggal dalam hidup kita yang senantiasa memberikan transformasi di dalam hidup kita sehingga kita senantiasa bersandar kepada pertolongan dan pimpinan suara firmanNya. Kiranya kita memiliki hasrat untuk tujuan dan fokus hidup kita adalah menjadikan Allah agung, mulia dan utama dalam hidup kita.(kz)

Previous
Previous

Hiduplah Penuh Roh Kudus

Next
Next

Imitatio Christi - A Truly Christian Lifestyle