Hiduplah Penuh Roh Kudus
Ringkasan Khotbah
Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Nats: Efesus 5:15-21
Hari ini kita sampai kepada bagian yang sangat penting dalam Efesus 5:15-21 Paulus berkata, "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus."
Mungkin di dalam kehidupan Kekristenan dan bergereja, banyak orang Kristen cenderung melihat dan menilai seseorang itu adalah orang yang beriman dan orang yang penuh dengan Roh Kudus lebih kepada kemampuan, bakat, karunia yang ada pada dia atau mungkin gelarnya atau kedudukannya di masyarakat dan menganggap semua itu setara dengan kelimpahan secara rohani. Namun Alkitab menyaksikan bukan itu yang menjadi kriteria seseorang yang hidup penuh dengan Roh Kudus. Dalam Kisah Rasul 11:23-24 kita menemukan satu catatan yang unik dimana orang melihat dan menyaksikan hidup Barnabas dan mengatakan Barnabas adalah seorang yang baik, Barnabas adalah seorang yang beriman, Barnabas adalah seorang yang hidupnya mendatangkan berkat kepada orang lain sehingga mereka tertarik kepada Injil Yesus Kristus, itu semua menjadi ciri dan tanda Barnabas adalah seorang yang penuh dengan Roh Kudus. Alkitab mencatat Barnabas adalah seorang yang baik, seorang yang penuh iman dan seorang yang penuh dengan Roh Kudus. Dari nama Barnabas "the son of encouragement" dia seorang yang memang senantiasa melihat hal yang positif pada diri orang. Ini adalah karakter yang luar biasa dari Barnabas, seorang yang tidak melihat kelemahan dan kekurangan orang lain dan dia adalah seorang yang memberi kesempatan dan dorongan kepada orang itu untuk menjadi seseorang yang bisa dipakai Tuhan lebih indah dan melampaui kekurangan dan kelemahannya. Barnabas mengetahui kelemahan daripada Markus keponakannya yang pernah lari dari pelayanan di tengah jalan dan Barnabas masih memberikan kesempatan kepadanya (Kisah Rasul 12:25, 15:37-39). Contoh yang ke dua dicatat dalam Kisah Rasul 11:22-26, ketika Barnabas datang ke Antiokhia dan melihat pekerjaan Allah yang berlimpah di sana, dan banyaknya orang-orang yang menjadi Kristen dari kalangan Yahudi yang berbahasa Yunani yang mungkin Barnabas tidak terlalu fasih maka Alkitab mencatat Barnabas cepat-cepat pergi ke Tarsus untuk menjumpai Paulus dan mengajak dia ambil bagian melayani jemaat di Antiokhia itu karena saya percaya Barnabas melihat Paulus adalah orang yang paling tepat untuk boleh menjadi gembala bagi kelompok orang-orang yang berbahasa Yunani ini. Ini adalah anak-anak muda yang mengambil pendidikan di Antiokhia, sebuah kota yang besar dan kota pusat pendidikan. Orang-orang ini mempunyai pengetahuan intelektual yang mungkin Petrus dan rasul-rasul lain adalah orang-orang yang tidak akan maksimal melayani mereka. Inilah keindahan dari pribadi Barnabas.
Kembali kepada perintah Paulus di sini: hendaklah engkau penuh dengan Roh Kudus. Ada empat poin yang penting di dalam perintah ini yang perlu kita lihat baik-baik. Yang pertama, ini adalah sebuah perintah dari firman Tuhan, maka jangan kita menjadikan itu sekedar sebagai sebuah usulan atau nasehat belaka; perintah menuntut ketaatan, jadi bukan bicara soal apakah kita mau, enggan, atau tidak mau, dsb. Yang ke dua, ini adalah perintah yang berbentuk jamak [plural], bukan kepada satu dua pribadi tertentu atau segelintir orang saja tetapi perintah ini ditujukan kepada keseluruhan jemaat. Sehingga pada waktu mendengar perintah ini, kita perlu mengintrospeksi secara komunal apakah gereja kita, komunitas kita, kehidupan fellowship kita adalah sebuah komunitas yang penuh dengan Roh Kudus? Yang ke tiga, ini adalah perintah yang berbentuk pasif, "Hendaklah kamu dipenuhi oleh Roh Kudus." Dengan demikian ini adalah sepenuhnya karya Roh Allah, inisiatif Roh Allah dan tindakan aktif Roh Allah; yang dituntut dari pihak kita adalah kita meresponi, kita mempunyai sikap yang benar akan pekerjaan Roh Kudus di dalam hidup kita, membuka hidup kita seluas mungkin, serela mungkin, sehingga Roh Allah itu menjadi Roh yang memenuhi engkau dan saya. Di situlah kita boleh melihat ini bukan bicara soal ada kriteria tertentu di dalam diri kita tetapi itu berkaitan dengan respon dan keterbukaan hati daripada setiap kita. Yang ke empat, ini adalah perintah yang berbentuk Present Continuous, yang terjadi terus-menerus, tidak boleh lengah dan tidak ada celah kita akan terus merindukan hidup kita mengalami akan kepenuhan daripada Roh Kudus.
Paulus berkata, "Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh" (Efesus 5:18). Di sini Paulus mengkontraskan satu kehidupan yang penuh dengan Roh Kudus dengan sebuah kehidupan yang dipenuhi oleh kemabukan anggur. Sekalipun ada kesamaan dipenuhi oleh Roh Kudus dan dipenuhi oleh kemabukan anggur kita sama-sama berada di bawah kontrolnya; tetapi keliru sekali jika orang mengira dipenuhi oleh Roh Kudus adalah terjadi sesuatu yang tidak terkontrol, di luar pikiran dan kesadaran seseorang. Justru perbandingannya adalah bersifat kontras. Kontrasnya adalah orang kalau mabuk oleh anggur, di situ fungsi anggur yang memabukkan itu bersifat depressant. Apa itu depressant? Depressant akan menghasilkan efek kepada konsentrasi dan kordinasi otak dan memperlambat kemampuan seseorang untuk berespon kepada situasi di sekitarnya. Kemabukan anggur menekan fungsi kontrol dalam hidup seseorang sehingga dia tidak bisa berpikir dengan bijaksana; di situ dia kehilangan kepekaan untuk bisa menilai mana yang benar dan yang salah. Sedangkan penuh dengan Roh Kudus di situ peranan Roh Kudus bersifat membangkitkan [stimulant]. Sehingga orang yang penuh dengan Roh Kudus akan bergairah dan mengejar hidup yang menjadi berkat bagi orang di sekitarnya.
Kenapa Paulus secara spesifik memberikan kontras seperti ini? Kita harus melihat konteks hidup orang pada waktu itu yang tinggal di daerah Mediterranean, yang selain memproduksi zaitun dan minyak zaitun, daerah itu juga penghasil anggur [wine]. Sehingga kemabukan merupakan sesuatu hal yang umum dan biasa dan cara hidup seperti itu adalah satu kondisi dulu sebelum menjadi anak Tuhan dan sekarang setelah mereka menjadi anak Tuhan, sekalipun Roh Allah tinggal dalam hidup mereka, sekalipun mereka telah menjadi anak Tuhan, telah dibaptis dalam Roh Kudus yaitu hidup baru sudah ada, tetapi bisa jadi hidup dari orang yang telah ditebus itu tidak mengalami kepenuhan dari Roh Kudus karena dia tidak mengijinkan Roh Kudus secara leluasa masuk dan menata ruang-ruang yang ada dalam hatinya. Alkitab secara spesifik menyebutkan ada dua tindakan kita secara negatif kepada Roh Kudus. Dalam Efesus 4:30 Paulus ingatkan jangan sampai kita mendukakan Roh Kudus dan dalam 1 Tesalonika 5:19 Paulus ingatkan jangan kita memadamkan Roh, dengan mencekik dan membekap api yang ada dalam hati kita. Ini adalah dua peringatan firman Tuhan kepada tindakan yang bisa kita lakukan kepada pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita menghambat Roh Kudus bekerja secara leluasa.
Apa artinya hidup dipenuhi oleh Roh Kudus? Paulus memberikan ada lima kata kerja yang bersifat participle, yang adalah menjelaskan apa yang menjadi perintahnya hidup penuh dengan Roh Kudus. Yang pertama, di ayat 19a, "Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani." Maksudnya di sini tentu tidak berarti dalam percakapan kita satu sama lain kita lakukan dengan cara bernyanyi atau berpantun tetapi Paulus ingin ketika mereka datang dan berkumpul, di situlah momen mereka itu berkata-kata satu dengan yang lain dan mendapatkan perintah, nasehat, kekuatan oleh Roh Allah yang muncul dari mulut seseorang dan kalimat orang itu menjadi dorongan daripada Roh Kudus yang berkata-kata kepada mereka masing-masing. Ini adalah pola ibadah Gereja Mula-mula yang berbeda dengan ibadah kita sekarang yang lebih bersifat satu arah dimana jemaat datang duduk mendengarkan firman Tuhan yang disampaikan kepada kita dan kita hanya menjadi pendengar yang pasif. Tetapi kita temukan ada terjadi kekacauan dalam ibadah di dalam jemaat Korintus yang kita bisa lihat dari surat Paulus kepada mereka. Paulus bilang kepada mereka biarlah mereka melakukannya dengan teratur dan Paulus memberikan batasan maksimal dua atau tiga orang saja. Paulus memberikan pengaturan bukan berarti dia melarang mereka melakukan (lihat: 1 Korintus 14:26-31). Dalam konteks kita sekarang ini mungkin kita tidak bisa melakukan seperti itu karena kita memiliki struktur ibadah dan liturgi tetapi itu tidak boleh menjadi satu hal yang membuat kita akhirnya menjadi orang Kristen yang pasif. Dalam life group atau dalam percakapan sehabis ibadah atau di dalam kita menyanyi memuji Tuhan, kiranya kita senantiasa menjadi orang yang mempercakapkan firman Tuhan satu sama lain menjadi perkataan yang menghibur dan menguatkan kita. Mari kita kembangkan kebiasaan baik ini di tengah-tengah percakapan kita, kita tanya keadaan satu dengan yang lain. Ambil momen kita ke gereja bukan datang hanya duduk mendengarkan lalu pulang; ambil momen untuk datang bertemu dan memberkati orang dengan perkataan-perkataan firman, ambil waktu untuk berdoa bagi dia karena itu adalah panggilan bagi setiap kita. Sdr mungkin tidak menyangka dan menduga perjumpaan dan percakapan yang mungkin hanya sesaat bisa mendatangkan perubahan hidup bagi orang itu.
Adanya tiga kata yang berbeda: mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani dipakai oleh Paulus di sini kita tidak bisa membedakan mana tetapi dari situ kita bisa tahu bukan saja mazmur-mazmur di Perjanjian Lama menjadi kerangka mazmur yang juga dinyanyikan dan dilafalkan di dalam ibadah tetapi juga ada lagu dan puji-pujian yang baru yang dinyanyikan oleh mereka. Dan saya percaya lagu-lagu baru yang dimunculkan oleh Gereja Mula-mula adalah berbeda dengan mazmur-mazmur Perjanjian Lama sebab mazmur tidak ada unsur nama Yesus Kristus.
Penulis hymn terkenal Isaac Watts mengalami tantangan yang tidak ringan ketika gereja pada waktu itu hanya mau menyanyikan mazmur karena menganggap itu adalah lagu yang dicatat dalam Alkitab, tidak boleh ada kata-kata lain di luar daripadanya. Isaac Watts bilang kalau kita hanya menyanyikan lagu-lagu pujian dari mazmur Perjanjian Lama, mazmur-mazmur itu tidak bicara mengenai Yesus Kristus, itulah sebabnya dia menulis hymn dengan menambahkan bait-bait dimana bait 1 dan 2 adalah bagian yang diambil dari Perjanjian Lama, lalu bait 3 dan 4 dia memasukkan apa yang dikatakan Perjanjian Baru mengenai Yesus Kristus dan karya keselamatanNya serta panggilan hidup sebagai orang percaya.
Pada waktu kita membaca Filipi 2 sangat besar kemungkinan bagian itu adalah bagian syair yang dikutip oleh Paulus "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Filipi 2:5-8). Contoh yang ke dua, dalam Efesus 5:14, Paulus berkata: Itulah sebabnya dikatakan: "Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Kita bisa mengambil kesimpulan ini adalah sebuah kutipan, tetapi kutipan apa? Ada dua kemungkinan; yang pertama, mungkin ini adalah kalimat yang diucapkan sebagai formula baptisan pada waktu seseorang dibaptis yang dilambangkan dengan ketika dia menjadi milik Kristus, dia telah berpindah dari gelap kepada terang, dari mati kepada hidup sehingga pada waktu upacara baptisan, pendeta mengucapkan formula baptisan atau syair ini. Atau kemungkinan yang ke dua ini adalah syair dari lagu baru yang diciptakan waktu itu untuk ibadah untuk menyatakan kemuliaan Kristus. Dari sini kita bisa melihat pada waktu era Gereja Mula-mula mereka menyanyikan mazmur, hymns dan lagu-lagu baru yang ada pada waktu itu.
Yang ke dua, di ayat 19b, "Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati." Di sini ada dua kata kerja partisif [singing and making a melody in your heart]. Satu kehidupan yang penuh dengan Roh Kudus Paulus katakan itu akan menghasilkan melody di dalam hati kita. Melody itu dihasilkan dan dikeluarkan sebagai ucapan kata-kata dan syair lagu pujian kepada orang lain yang berangkat dari hati yang melewati pergumulan yang menghasilkan satu pujian dan keindahan itu di dalam hidupnya. Ketika Roh Allah itu memenuhi dengan limpah, orang melihat ada keindahan tutur kata firman Allah menjadi berkat yang memberkati, mendorong satu dengan yang lain untuk mempunyai iman yang teguh, sabar di dalam Tuhan, mencintai mengasihi Tuhan di dalam kondisi apapun di situ mereka melihat anak-anak Tuhan indah dan penuh dengan Roh Kudus. Banyak hal yang terjadi di dalam hidup setiap kita yang mungkin baik atau tidak baik, mendatangkan tawa atau mungkin mendatangkan air mata, tetapi pada waktu kita merefleksikannya dari perspektif ilahi, kita boleh merangkai sesuatu keindahan sebuah melody di dalam hidup kita. Kita mungkin tidak memiliki suara yang indah dan tidak sanggup menyanyi dengan indah tetapi itu tidak boleh menutup hati kita untuk menghasilkan melody yang indah mengalir dari hati yang penuh syukur kepada Tuhan.
Yang ke tiga, di ayat 20, "Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita." Selalulah membawa ucapan syukur atas segala hal kepada Allah Bapa, inilah ciri orang yang penuh dengan Roh Kudus, orang yang selalu mengucap syukur kepada Allah di dalam segala sesuatu, itulah perspektif dan cara hidup anak-anak Tuhan yang harus berbeda daripada orang-orang yang lain. Secara eksternal, hidup kita sebagai anak Tuhan tidak berbeda seperti hidup orang lain, kita bisa mengalami kesulitan, penderitaan, sakit-penyakit dan hal-hal yang tidak terduga dalam hidup kita, kita bisa menghadapi sesuatu yang kita tidak kita rencanakan atau hal-hal yang buruk, kita tidak berbeda dengan yang lain. Yang membedakan kita dengan yang lain adalah bagaimana kita sebagai anak Tuhan boleh melihat segala sesuatu itu bahwa Allah bekerja mendatangkan kebaikan bagi setiap kita. Dari situ ada ucapan syukur yang muncul.
Terakhir, ayat 21, "Rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus." Sikap saling menghargai, saling menghormati yang keluar dari hati karena kita menghormati Tuhan kita Yesus Kristus. Ini adalah panggilan untuk merendahkan diri satu dengan yang lain di dalam takut akan Tuhan. Ayat ini adalah ayat yang penting luar biasa karena Paulus menutup perikop bagian ini sebagai satu ciri dari hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus, dan hidup yang penuh dengan Roh Kudus akan menghasilkan respek, submission to one another di dalam hidup kita sebagai sebuah komunitas gereja. Paulus menaruh ayat 21 itu menjadi penutup bagi ciri hidup seorang Kristen yang penuh dengan Roh Kudus sekaligus juga menjadi introduksi di dalam hubungan antar pribadi kita satu dengan yang lain. Jadi bukan saja menutup bagian perikop yang di atas bicara mengenai satu kehidupan komunitas gereja, sebagai orang percaya satu dengan yang lain saling menghargai dan menghormati tetapi juga menjadi ayat yang menjadi introduksi bagi bagian perikop selanjutnya ketika Paulus masuk kepada poin tidak lagi bicara mengenai bagaimana hubungan kita secara meluas tetapi dia mengajak kita melihat beberapa aspek hubungan interpersonal relationship di ayat-ayat selanjutnya. Maka tetap dengan prinsip yang sama satu hubungan interpersonal relationship itu akan menjadi indah ketika suami isteri, ayah dengan anak, anak dengan orang tua, tuan dengan budak, budak dengan majikannya dan di dalam relasi yang interpersonal itu kita bisa menemukan intinya adalah hormat dan respek terjadi di situ.
Apa artinya merendahkan diri, saling memberi hormat, saling menerima dan saling menghargai satu dengan yang lain sebagaimana kamu menghargai dan menghormati Kristus Yesus? Ada dua poin yang penting pada waktu kita mengkaitkan saling merendahkan diri itu dengan hormat kita kepada Kristus. Yang pertama seorang yang hidup penuh dengan Roh Kudus adalah seseorang yang memiliki hati yang respek dan hormat dan menjadikan Kristus sebagai pattern dan pola apa itu sebuah submission. Dalam Filipi 2:5-8 Paulus mengatakan Yesus Kristus memiliki kehormatan dan hak yang setara dengan Allah Bapa tetapi Dia mengesampingkan itu, tidak menganggap itu sebagai sebuah kesetaraan yang harus Ia pertahankan. Kristus merendahkan dirinya dan mengambil status sebagai hamba dan bukan itu saja, Ia mati dengan kematian yang paling hina di dalam ketaatanNya kepada Allah Bapa. Jadi di situ Paulus mengajak kita boleh melihat bagaimana kita memiliki submission yang seperti Kristus di dalam hidup kita ini. Yang ke dua, pada waktu Yesus selesai mencuci kaki murid-muridNya, Ia berkata kepada mereka "kalau Aku adalah Tuhan dan Gurumu yang mencuci kakimu, hendaklah engkau juga melakukan hal yang sama" (Yohanes 13:14). Dengan demikian kita melihat ketika Paulus mengajak jemaat untuk saling menghargai dan menghormati di dalam hal bagaimana kita tidak mementingkan apa yang menjadi hak, prioritas dan kepentingan kita yang kita utamakan. Yang ke dua, kalau sampai Tuhan kita mencuci kaki murid-murid kita belajar bahwa tidak ada hal yang hina dan sepele dan kita tidak pernah meremehkan pelayanan yang paling hina dan paling kecil sekalipun. Kita menghargai dan menghormati pelayanan seperti itu; di situlah kita boleh saling menghargai mencintai dan menghormati. Kalau kita tarik dalam hidup kita bergereja, berjemaat dan hidup dalam komunitas satu dengan yang lain maka di situ kita boleh melihat mereka yang melayani di depan mimbar, mereka yang melayani di belakang mimbar, banyak pelayanan-pelayanan yang terjadi yang mungkin kita tidak lihat, kita tidak boleh melihat itu sebagai sesuatu yang kita tidak hargai dan hormati. Kiranya Tuhan memberkati setiap kita untuk memiliki kehausan dan kerinduan untuk hidup dipenuhi oleh Roh Kudus.(kz)