Temukan Makna Kekal dalam Pekerjaan Fana

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Efesus 6:5-9

Kita akan menyelesaikan bagian yang terakhir dari Efesus 6 yang dalam teologi disebut sebagai Christian "haustafel" atau house rules, dimana firman Tuhan memberikan aturan yang indah di dalam kehidupan keluarga dan rumah tangga Kristen, yang mulai dari pasal 5:22 - 6:9 Paulus tuliskan dengan mendetail di sini. Ketika waktu itu seorang wanita menikah dan menjadi isteri dalam sebuah keluarga dianggap sebagai properti milik daripada suami, dimana seorang suami bisa memperlakukan isteri dengan semena-mena, firman Tuhan berkata: Hai suami, kasihilah isterimu seperti Kristus mengasihi GerejaNya; kasihilah isterimu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri. Ketika anak-anak yang lahir di dalam keluarga pada waktu itu dipandang sebagai properti dan barang investasi, firman Tuhan memanggil seorang ayah untuk jangan membangkitkan amarah di dalam hati anak-anaknya, tetapi untuk mendidik mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Rawatlah mereka, kasihilah mereka, dan jangan timbulkan kepahitan dalam hati mereka. Jadilah suami Kristen yang baik, yang telah diubah oleh Tuhan dan jadilah seorang ayah yang baik kepada anak-anak yang Tuhan beri kepadamu.

Kita sampai kepada satu bagian dalam Efesus 6:5-9, "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus,  jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus  yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat  sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan. Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka."

Berbeda tentu dengan konteks pada waktu itu pengertian kita rumah adalah dimana suami, isteri, dan anak tinggal bersama satu atap. Atau ada anggota keluarga tambahan sebagai extended family, ada kakek nenek, keponakan, pembantu, supir, dsb. Namun yang disebut dengan rumah pada waktu itu bukan hanya isteri dan anak, tetapi juga budak-budak dan keluarga mereka dan juga para pekerja upahan dimana rumah bukan saja tempat tinggal tetapi juga menjadi tempat mereka menjalankan usaha dan bisnis. Maka ketika firman Tuhan ini datang kepada tuan-tuan atau majikan yang memiliki budak-budak di rumahnya untuk memperlakukan mereka dengan baik, dengan menghargai martabat dan dignitas mereka dan berbuat baik kepada mereka, tentu itu menjadi satu firman yang mendatangkan kejutan luar biasa. Tetapi firman Tuhan mengatakan, walaupun dia seorang budak, engkau menghargai dia dengan martabat dan dignitas sebagai seorang manusia. Kita harus ingat waktu Paulus menyampaikan firman Tuhan ini di dalam budaya kota Efesus pada waktu itu yang notabene di seluruh kerajaan Romawi ada 60 juta budak dan seluruh kehidupan dikelola oleh budak-budak, itu adalah suatu hal yang bisa menggoncangkan struktur kebudayaan Romawi-Yunani yang melewati sekian ratus tahun, bisakah? Namun ini adalah satu perintah yang Tuhan berikan yang kita harus taat dan rela menjalaninya sekalipun mungkin efeknya bisa mengganggu hidup yang sebelumnya sudah begitu nyaman dan menyenangkan.

Daniel Doriani dalam bukunya mengenai Christian Work mengatakan pada waktu kita mendengarkan firman Tuhan, maka dua pertanyaan ini senantiasa harus kita tanyakan kepada diri kita. Yang pertama, apa yang menjadi tuntutan dari firman Tuhan itu yang harus mentransformasi hidupku dan bagaimana saya berespon terhadap firman itu? Kita tidak bertanya apakah khotbah hari ini baik atau tidak, apakah membuat hati saya senang dan suka. Kita tidak bilang, saya sudah selesai ibadah hari ini, sudah dengar firman, sudah datang berbakti, sudah memberi persembahan, lalu tugas kita selesai? Tidak. Kalimat pertama yang harus kita tanyakan kepada diri kita adalah apakah firman Tuhan ini mendesak aku untuk mengubah hidupku untuk bersikap seperti apa hari ini? Lalu yang ke dua, kita senantiasa bertanya bagaimana firman Tuhan itu harus merubah dan mentransformasi komunitas dimana aku berada, bagaimana firman Tuhan yang aku jalani juga menjadi firman Tuhan yang memperbaiki sekalipun kita tidak sanggup bisa memberikan pengaruh yang besar kepada komunitas yang lebih besar tetapi hari ini firman Tuhan juga menuntun bagaimana kita hidup berprilaku dengan orang-orang di luar, berkaitan dengan pekerjaan kita, dsb. Karena bagian ini bukan saja bicara mengenai bagaimana relasi antara tuan dan budak di jaman itu, tetapi firman Tuhan ini juga menjadi firman yang memberikan kepada kita perspektif yang indah tentang kerja sebagai anak Tuhan mengenai konsep kerja, mengenai apa sebenarnya yang terpenting dalam hidup kita, memahami mana hal yang kekal dan mana sebenarnya yang fana yang tidak sepatutnya menjadi hal yang mengikat dan menggenggam kita.

Pagi ini ada empat poin yang akan kita lihat dan renungkan sama-sama dari bagian ini. Yang pertama

di sini Paulus memberikan satu terobosan perspektif yang penting dimana bekerja adalah sebuah ibadah; bekerja adalah sebuah pelayanan. Work is an act of worship, work is an act of service. Yang ke dua, setiap apa yang kita lakukan dalam pekerjaan kita itu akan diperhitungkan, dipertimbangkan, dan diingat oleh Allah dan akan mendapatkan balasannya kelak. Sehingga dari poin yang ke dua ini kita bisa melihat satu terobosan yang baru: pekerjaan kita yang fana mengandung esensi nilai yang kekal. Yang ke tiga, bekerja adalah sebuah kesaksian Injil dimana melalui kerja kita lakukan itu supaya Allah yang melihat, bukan karena dilihat oleh orang. Sehingga Paulus menuntut baik tuan maupun budak untuk bekerja di dalam kasih, kejujuran dan kesetiaan. Yang ke empat, bekerja bukan semata-mata untuk mendapatkan untung, bekerja bukan untuk self-fulfilment, tetapi Paulus memanggil kita melihat pekerjaan berarti bagaimana kita meninggikan harkat dan martabat manusia sehingga di dalamnya kita ada respek bukan saja kepada otoritas tetapi respek kepada orang dimana kita bekerja bersama-sama, memikirkan bagaimana kebutuhan orang lain, tidak merugikan orang lain, dan kita bisa tambahkan aspek "creation care" dimana bekerja dengan merawat bumi yang Tuhan ciptakan ini, tidak boleh merusak lingkungan dan alam yang Tuhan ciptakan ini. Mungkin bahasa yang muncul dewasa ini "friendly to the earth, eco friendly, environmentally friendly," dsb.

Kita lihat satu persatu poin ini. Yang pertama, kerja adalah sebuah ibadah dan pelayanan. Ada dua hal yang penting pada waktu kita melihat konsep kerja sebagai sebuah ibadah, kerja sebagai sebuah pelayanan. Yang pertama, itu berarti konsep spiritual dan pelayanan tidak lagi boleh kita pisahkan mana yang "sacred" dan mana yang "secular"; mana yang spiritual dan yang tidak spiritual. Itu bukan saja konsep yang baru muncul di era Reformasi oleh Martin Luther, tetapi memang setelah di abad 4 AD kerajaan Roma menjadi Kristen, kita melihat terjadi satu pergeseran karena pengaruh daripada pemikiran Yunani-Romawi yang menganggap pemikiran filsafat itu lebih tinggi dan lebih mulia maka berkontemplasi membaca dan merenungkan firman Tuhan dan berdoa dianggap lebih spiritual dan lebih rohani. Terjadi separasi waktu biara-biara mulai bermunculan dan orang-orang yang ambil keputusan meninggalkan dunia, hidup di dalam biara belajar firman Tuhan, berdoa dan melayani itu dianggap ibadah dan pelayanan, sedangkan pekerjaan dan aktifitas sehari-hari tidak dianggap sebagai hal yang tidak bersifat spiritual. Kalau kita baca bagian ini, sama sekali tidak ada indikasi seperti itu. Paulus berkata bekerjalah sama seperti engkau bekerja bagi Tuhan; setiap pekerjaan yang engkau lakukan kelak engkau akan menerima pahala dari Tuhan, ini memperlihatkan kepada kita sesuatu makna yang dalam: bekerja itu adalah sebuah ibadah. Yang ke dua, semua yang engkau miliki dari pekerjaanmu, profesimu, itu semua bukan milikmu melainkan itu adalah instrumen atau alat atau sarana yang Tuhan beri kepadamu untuk kita pakai bagi hormat pujian kepada Tuhan. Itu arti ibadah. Sehingga pada waktu kita bekerja kita jangan hanya berpikir melalui bekerja saya ingin mendapatkan sesuatu belaka. Betul di dalam bekerja kita mendapatkan uang dan keuntungan profit memenuhi kebutuhan kita. Karena kita bekerja sungguh-sungguh bisa naik gaji dan mendapat promosi tetapi kita bekerja bukan semata-mata untuk itu. Kita bekerja memang mengumpulkan sesuatu tetapi dengan kita bekerja keras, dengan kita berhemat, dengan kita mengatur apa yang kita kerjakan dan lakukan, tetapi pada waktu kita mengerti kerja adalah ibadah, kerja adalah pelayanan berarti pekerjaan kita dari Senin - Sabtu, sejak bangun di pagi hari kita mulai dengan doa, kita memuji Tuhan, kita mempersiapkan makan untuk anak-anak kita, mempersiapkan hati dan pikiran kita di dalam pekerjaan, kita lakukan segala sesuatu itu dengan penuh tanggung jawab dan bukan saja karena kita ingin supaya orang melihat pekerjaan kita baik tetapi kita lakukan itu dengan satu komitmen, satu kesadaran yang penting semua ini adalah ekspresi hati dan sikap kita menyembah dan memuliakan Tuhan. Sehingga di situ apa yang saya kerjakan dan lakukan ini adalah melayani Kristus sebagai Tuhan dan Rajaku. Semua ini penting dan akan memberikan perspektif yang baik kepada kita. Kita tahu kita hidup di dalam dunia yang sudah jatuh di dalam dosa, dosa itu juga merembes di dalam pekerjaan dan kehidupan kita. Mungkin sdr merasa terikat, terjebak, ada perasaan bosan, dan mungkin kita merasa ada tekanan, ada beban yang berat apa yang mungkin engkau dan saya kerjakan di dalam pekerjaan kita, dari hari seperti ini kita kemudian memikirkan untuk mengganti pekerjaan kita supaya mungkin kita bisa mendapatkan hal yang lebih melegakan dan pada waktu kita menjalani hal itu beberapa kali, kita tahu kita akan mengulang kepada satu pola yang sama. Memahami bahwa kerja itu adalah ibadah tidak berarti membuat cara dan pola pekerjaan dimana sdr berada berbeda tetapi akan membuat sikap hati kita yang berbeda. Di situ Kristus adalah Tuhan dan Raja yang kita layani, sehingga apapun yang kita lakukan di situ kita melayani Tuhan.

Kalau setiap hari kita bekerja sebagai ibadah dan pelayanan kita kepada Tuhan, kenapa kita masih perlu datang beribadah ke gereja di hari Minggu? Pada waktu kita datang berbakti di hari Minggu, kita ingin apa yang sudah kita kerjakan sepanjang minggu itu sejak Senin - Sabtu boleh menjadi ucapan syukur kita kepada Tuhan. Ketika kita datang berbakti, itu boleh menjadi momen kita kumpul sama-sama boleh menyaksikan apa yang kita kerjakan di dalam pekerjaan kita masing-masing itu menjadi kekuatan dan berkat satu dengan yang lain. Yang ke tiga, pada waktu kita datang beribadah di hari Minggu biar firman Tuhan boleh memberi kekuatan, pertolongan supaya kita boleh masuk lagi ke dalam pekerjaan kita dengan perspektif seperti ini.

Yang ke dua, di ayat 8 Paulus berkata, "Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat  sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan." Remember that the Lord will reward each one of us for the good we do whether we are slaves or free. Setiap pekerjaan dan hal yang baik yang engkau lakukan, Tuhan akan membalasnya. Bukankah ini satu hal yang luar biasa? Mungkin selama ini kita pikir waktu ketemu Tuhan yang terpenting buat Tuhan kita bawa buah-buah pelayanan dan jiwa yang kita menangkan buat Tuhan. Kita pikir kalau kita bisa mempertobatkan orang untuk percaya Yesus, baru Ia akan memberi reward kepada kita. Tetapi bagian firman Tuhan ini mengingatkan kepada kita ketika seseorang berbuat  sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan. Tidak ada pekerjaan yang sia-sia di hadapan Tuhan; tidak ada hal atau pekerjaan yang dianggap lebih mendatangkan mulia dibandingkan dengan pekerjaan yang lain ketika setiap pekerjaan itu kita lakukan demi untuk hormat dan kemuliaan Tuhan, semua itu akan mendapatkan balasan dari Tuhan. Bukankah Tuhan Yesus ingatkan murid-murid, "Dan barangiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya daripadanya" (Matius 10:42). Perhatikan, Yesus memakai ukuran yang paling sederhana satu cangkir air sejuk engkau berikan kepada murid Yesus, engkau akan menerima upah dariNya. Alkitab jelas mengatakan kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik. "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8-9). Tetapi Alkitab juga memberitahukan kepada kita satu kali kelak kita akan berdiri di hadapan Tuhan dan akan diadili seturut dengan perbuatan kita. Dalam 2 Korintus 5:10 Paulus berkata, "Sebab kita semua harus menghadap tahta pengadilan Kristus supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat." Jelas pengadilan itu bukan untuk menentukan apakah kita masuk surga atau tidak; kita menikmati kekekalan bersama dengan Tuhan oleh karena penebusan dan pengampunan yang diberikan oleh Yesus Kristus ketika kita menjadi anak Tuhan. Tetapi Tuhan mengingatkan ada balasan atas apa yang kita lakukan selama hidup kita di dunia ini seturut dengan respon kita kepada Tuhan, Tuhan tidak menjadikan itu sebagai sesuatu yang hilang percuma. Semua itu menjadi satu motivasi bagi kita untuk menyatakan satu bukti dan menjadi satu bukti kepada kita bahwa kita sungguh-sungguh adalah anak-anak Tuhan, orang yang mengikut Tuhan karena hidup kita menghasilkan buah di dalam Dia. Kita tidak tahu bentuk reward itu apa nantinya. Dalam perumpamaan Tuhan Yesus mengenai hamba yang menerima talenta, tuannya tidak mempersoalkan orang itu mempunyai lima talenta, atau dua talenta; ketika yang menerima lima menghasilkan lima, dua menghasilkan dua, di situ bicara soal kesetiaan, di situ bukan bicara soal kamu lebih berhasil daripada yang lain. Firman Tuhan ini mengingatkan kepada kita apapun yang kita kerjakan dalam dunia ini ada waktunya, ada saatnya selesai. Kita melayani di dalam kesementaraan ada masanya kita melayani, ada masanya kita tidak lagi duduk dalam pelayanan, dsb tetapi bagaimana pekerjaan kita yang sementara itu menjadi sesuatu yang bernilai kekal adanya. Dan itu bukan soal apakah pekerjaan saya berkhotbah, itu bukan soal apakah saya bermain musik, itu bukan soal apakah saya menjadi misionari, itu bukan soal apakah saya melakukan pekerjaan yang "bersifat spiritual" atau tidak; itu bicara soal apa yang engkau dan saya kerjakan setiap hari di dalam hidup kita sehari-hari menghasilkan perbuatan yang indah dan baik, itu menjadi sesuatu yang bernilai kekal.

Dalam 1 Korintus 3:11-15 Paulus bicara mengenai tiga metafora pekerjaan yang unperishable, hal-hal yang tidak akan binasa sekalipun diuji dan dibakar dengan api yaitu digambarkan dengan emas, perak dan batu permata bicara mengenai satu kali kelak kita akan bertemu dengan Tuhan karena hari Tuhan akan menyatakannya sebab Ia akan nampak dengan api. Selanjutnya dalam 1 Korintus 4:2-5 Paulus yang kita perlu sampai akhir yaitu trustworthy; engkau seorang yang dapat dipercaya, engkau seorang yang setia sampai akhir. Jadi ini bukan bicara soal pelayanan yang successful, bukan bahwa engkau merasa engkau lebih berkorban daripada orang lain, tetapi Paulus ingatkan [at the end] ini yang paling penting trustworthy and faithfulness. Kita tahu ada begitu banyak orang mungkin melakukan sesuatu yang tidak pernah dilihat orang bahkan sampai dia meninggal dunia, tidak ada yang mengenal dan mengetahui dimana dia dikubur, dan bagaimama perlakuan orang kepada dia. Pada saat yang sama seseorang dalam hidupnya mungkin dipuja-puji, bahkan di akhir hidupnya dia dikubur dengan upacara yang megah dan semua orang menganggap dia orang yang sukses, tetap itu bukan menjadi sebuah kata akhir dan kata final, tetabi bagaimana Tuhan akan menilai dan menghakimi dengan benar adanya. Yang terpenting pujian itu bukan datang dari manusia tetapi pujian itu dari Tuhan. Kiranya ayat ini senantiasa mengingatkan kepada kita mari kita bekerja dan melakukan segala sesuatu dalam hidup ini dengan mendefinisi ulang apa itu sukses, apa itu keberhasilan, apa yang selama ini kita anggap menjadi yang terpenting. Kita harus mendefinisikan itu semua seturut bagaimana Tuhan melihat dan memperhatikan segala sesuatu yang engkau kerjakan itu. Sehingga dengan konsep seperti itu Paulus katakan kepada budak-budak jangan hanya bekerja dengan baik supaya dilihat oleh tuanmu, kerjakan dan lakukan itu dengan tahu engkau punya satu Tuan yang di atas, bukan tuan yang ada di bumi ini karena Tuan itulah yang menilai segala sesuatu.

Yang ke tiga, Paulus mengajak orang Kristen melihat pekerjaan dan hidup boleh menjadi sebuah kesaksian yang indah bagi orang yang tidak percaya. Justin Martyr seorang filsuf dan apologetis di abad 2AD mengatakan karena melihat secara konstan bagaimana hidup orang Kristen memperlakukan isteri dan anak-anaknya, dan pada waktu mereka berbisnis dengan tidak serakah, tidak melakukan perbuatan yang memalukan dan mereka tidak pernah tirani dan berlaku kejam kepada budak-budaknya, itu membuat begitu banyak orang akhirnya percaya kepada Tuhan dan menerima Yesus Kristus.

Kita mungkin dituntut oleh Tuhan untuk lebih disiplin membaca firman Tuhan, ambil keputusan untuk memberikan lebih daripada apa yang kita beri selama ini, itu mungkin bisa menjengkelkan hati kita. Tuhan tidak menuntut banyak kepada kita tetapi biarlah kita belajar setia dari hal-hal yang kecil.

Biar firman Tuhan mendatangkan transformasi dalam hidup kita, menjadikan hidup kita makin menjadi serupa dengan Kristus Tuhan yang kepadaNya kita hidup memuliakan dan menjadikan kehendak dan rencanaMu yang terutama di dalam hidup kita. Kiranya Tuhan memberi kita ketaatan, untuk berjalan dan dibentuk dengan firmanNya. Kiranya firman Tuhan menjadi firman yang mentransformasi hidup, merestorasi relasi kita satu dengan yang lain, memberkati pekerjaan dan keluarga kita sehingga orang boleh melihat dan menyaksikan dan memuliakan Tuhan di dalamnya.(kz)

Previous
Previous

Peperangan Kita bukan Melawan Darah dan Daging

Next
Next

Jangan Sakiti Hati Anakmu