Senjata Rohani Allah Bagimu [2]
Ringkasan Khotbah
Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Nats: Efesus 6:10-15
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis ;karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikat-pinggangkan kebenaran dan berbaju-zirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera" (Efesus 6:10-15).
Dalam perjalanan kita mengikut Tuhan, firman Tuhan senantiasa mengingatkan ada musuh yang selalu mengintai kita; dia adalah Iblis. Iblis adalah musuh kita yang begitu berkuasa; kita tidak mungkin bisa menang menghadapinya dengan kekuatan kita sendiri. Yang ke dua, Iblis begitu licik dan tipu muslihatnya luar biasa. Yang ke tiga, firman Tuhan mengingatkan ada satu hari yang Paulus sebut "hari yang jahat itu" dimana serangan Iblis begitu dahsyat dan begitu luar biasa. Tuhan Yesus mengajarkan "Doa Bapa Kami," mengingatkan bukan saja kita perlu berdoa bagi kebutuhan jasmani kita, tetapi setiap hari kita membutuhkan pengampunan dari Tuhan dan ada satu permintaan kita supaya Allah menghindarkan kita dari pencobaan dan serangan Iblis. Selama di dunia kita akan menghadapi peperangan melawan kuasa si Jahat itu. Kita mengakui seringkali dalam pencobaan dan serangan itu kita dikalahkan. Tetapi jangan kita menjadi putus asa karena kekalahan itu hanya sementara; kemenangan itu sesungguhnya sudah dimenangkan oleh Kristus di atas kayu salib. Ia sudah mengalahkan kematian dan sengat Iblis. Kita bisa bersorak, "Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (1 Korintus 15:55). Di dalam Kristus, sekarang kuasa itu telah tersedia bagi kita sehingga Paulus berkata pakailah seluruh senjata Allah itu menjadi senjata rohani kita. Paulus menyebutkan satu persatu perlengkapan seorang tentara Romawi pada waktu itu sebagai ilustrasi menggambarkan perlengkapan senjata rohani apakah yang patut kita pakai.
Minggu lalu kita sudah melihat satu perlengkapan yang kita kenakan di dalam yaitu ikat pinggang kebenaran [belt of truth]; kebenaran yang objektif yaitu pembenaran yang Allah sudah kerjakan dengan tuntas dan final ketika kita menjadi orang percaya. Lalu kemudian ada lima senjata yang ada di luar dipakai: pertama, baju zirah kebenaran-keadilan [breastplate of righteousness]; yang ke dua, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; yang ke tiga, perisai iman; yang ke empat, ketopong keselamatan [helmet of salvation]; dan ke lima, pedang Roh, yaitu firman Allah. Semua perlengkapan in amat penting melindungi kita dari serangan musuh kita si Iblis. Baju zirah melindungi organ-organ terpenting di bagian dada: jantung, paru-paru, hati, dsb sehingga panah atau pedang yang tajam tidak bisa tembus menusuk bagian vital dari tubuh tsb. Waktu ada serangan pukulan gada, atau palu godam, atau batu yang dilontarkan seperti meriam yang ditembakkan, sekali batu besar itu kena kepala yang tidak memakai helmet maka itu pasti mematikan. Maka helmet atau ketopong itu melindungi kepala kita sehingga tidak hancur. Perisai atau shield melindungi kita dari bahaya serangan musuh dari depan dan sekaligus bisa menjadi senjata yang kita pakai untuk menyerang. Dan kita perlu satu pedang ditebaskan langsung serta merta mematikan serangan Iblis itu yaitu pedang roh yakni firman Allah. Itulah yang Tuhan kita Yesus Kristus pakai untuk membalikkan serangan pencobaan Iblis yang memutar-balikkan firman Allah untuk menjatuhkan Dia. Tetapi ada satu siasatnya yang sangat berbahaya, dia bekerja dengan diam-diam namun mematikan karena dia menerkam di saat kita lengah [ambush]; dia mengintai dan mencari kesempatan yang tepat untuk menyerang di saat kita lengah. Lukas mencatat pencobaan Iblis kepada Yesus di padang gurun, "Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik" (Lukas 4:13). Iblis akan selalu mencari waktu yang tepat di saat kita lengah dan tidak siap, di situ dia akan menyerang dengan tiba-tiba. Di situlah sepatu itu penting karena dia melindungi kita dari serangan yang datang saat senyap, yang diam-diam di saat yang kita tidak pernah sangka dan duga.
Hari ini secara khusus kita melihat sepatu atau kasut yang Paulus sebut: "your feet fitted with the readiness that comes from the Gospel of peace," atau kalau mau diterjemahkan lebih tepat: berkasutkan kerelaan yang datang dari Injil damai sejahtera. Mengapa sepatu atau kasut ini menjadi perlengkapan senjata rohani yang penting untuk melawan Iblis? Kita mungkin tidak merasa bahwa sepatu atau kasut itu sebagai hal yang paling penting di dalam menahan serangan Iblis; tetapi ayat ini mengingatkan kepada kita sepatu itu penting karena dia melindungi kita dari serangan yang datang di saat kita lengah dan senyap, di saat yang kita tidak pernah sangka dan duga. Sesuatu serangan yang terjadi pada waktu rohani kita berada di titik yang paling rendah, ketika kita sudah kehilangan antusias dari hati kita. Kita perlu senantiasa waspada kepada sesuatu yang kita tidak duga Iblis menyerang dari bawah.
Jelas fungsi pertama dari sepatu atau kasut dipakai oleh tentara Romawi yang di bawahnya ada paku-paku yang menjaga kaki mereka tidak tergelincir dan dapat berdiri dengan tegap dan tidak jatuh. Tetapi fungsi yang lebih penting adalah bagaimana mereka bisa bergerak secara leluasa berjalan di medan yang terjal, curam dan berbatu tajam, yang bisa melukai kaki mereka. Yang ke dua, pada waktu mereka pergi berperang melewati hutan belukar dan onak semak duri yang tajam, sepatu sangat penting untuk bisa melindungi kaki mereka dari patukan ular berbisa, dari lintah yang menghisap darah, dari benda-benda yang tajam dan dari racun yang mematikan. Racun itu akan bekerja secara perlahan seperti patukan ular yang berbisa yang akan melumpuhkan mangsanya tidak sampai mati tetapi setengah mati dengan tidak bisa bergerak lagi. Itulah cara Setan yang bekerja menyerang kita.
Ada beberapa hal yang hari ini kita akan renungkan sama-sama. Poin yang pertama, serangan daripada Setan yang bersifat mematikan secara perlahan-lahan itu adalah dengan mengacaukan dan menggalaukan hatimu dan mengambil damai sejahteramu di dalam relasimu dengan Tuhan. Setan tahu dia tidak sanggup bisa merusak akan keselamatan kita di dalam Kristus, tetapi dia akan berusaha merusak perasaan kita terhadap keselamatan itu. Dia tidak sanggup bisa merusak kebenaran objektif pekerjaan Kristus di dalam penebusan dan pembenaran diri kita tetapi dia bisa mengguncangkan hati kita di dalam relasi kita dengan dia. Inilah bagian yang dia kerjakan. Ingatkan baik-baik, Injil yang kita dapat itu adalah Injil damai sejahtera. Paulus berkata dalam Roma 5:1, "Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus." Engkau dan saya punya relasi kepada Tuhan adalah relasi damai sejahtera, karena Yesus Kristus, relasi kita dengan Dia memberikan hidup dalam damai sejahtera. Itulah kekuatan jaminan bagi setiap kita. Minggu lalu kita sudah melihat dalam Zakharia 3:1-9, Iblis adalah sang penuduh dan pendakwa [the accuser], dia mendakwa kita siang dan malam; dia akan terus berkata tidak henti-henti di hadapan Allah mengatakan kita orang yang munafik, bilang setia kepada Allah tetapi sebentar saja sudah tidak setia. Setiap kali ada kesempatan, dia akan mencari-cari kesalahanmu. Hari ini ketika semua itu menggalaukan dan menggoncangkan hatimu, kembalilah kepada apa yang firman Tuhan ini berikan kepadamu. Katakan kepada Iblis: jangan meracuni saya dengan semua hal itu.
Poin yang ke dua, berkasutkanlah kerelaan, kegairahan, semangat dari Injil damai sejahtera itu. Serangan Iblis akan menebarkan racun yang berbisa yang dapat melumpuhkan sistem syaraf spiritual kita. Dia akan menebarkan bisa yang membuat kita kehilangan gairah. Kita mungkin tidak mati tetapi kita dalam kondisi vegetative di hadapan Allah. Sdr dan saya mungkin menjadi orang Kristen yang tidak aktif berbuat dosa tetapi sdr dan saya mungkin menjadi orang Kristen yang pasif dan tidak bergairah berbuat kebajikan. Kita mungkin merasa diri kita baik-baik saja selama kita tidak berbuat dosa secara aktif, tetapi sdr dan saya mungkin menjadi orang Kristen yang lalai dan kehilangan antusias mendengar dan melakukan firman Allah. Mungkin sdr dan saya menjadi orang Kristen yang tidak mendatangkan kesusahan dan keributan kepada orang lain, tetapi sdr dan saya mungkin menjadi orang Kristen yang telah kehilangan inner peace di dalam diri. Dan itu sama-sama berbahaya dan mematikan. Yang pertama mungkin mematikan kita secara satu kali serangan, yang ke dua itu membunuh secara perlahan-lahan. Kita mungkin masih hidup, masih mengeluarkan tarikan napas, tetapi di dalam ini sudah lama kita mati di dalam cinta dan kasih kita kepada Tuhan, kita sudah kehilangan gairah di dalam pelayanan kita kepadaNya. Dan kita tidak pernah menyadari ini adalah pekerjaan Iblis. Itu sebab firman Tuhan bilang antusias, ready, excited and energised with the Gospel of peace dalam dirimu.
Dalam sejarah Gereja kita mengenal "the seven deadly sins" menyebutkan tujuh dosa maut yang berbahaya dan mematikan. Tujuh dosa itu adalah: lust, gluttony, greed, wrath, envy, pride dan yang ke tujuh, jenis dosa yang kelihatannya tidak terlalu berbahaya yaitu "sloth" laziness, kemalasan. Tetapi itulah tempat dimana Iblis menebarkan racun yang berbisa membuat infeksi yang terjadi mungkin berawal dari luka yang kecil tetapi dia bisa menghancurkan energi, antusias di dalam hidup engkau dan saya bagi Tuhan.
Ambil contoh sederhana, dalam Hakim-hakim 7:1-5 mencatat ketika Tuhan mengirim Gideon berperang, ada tiga puluh ribu tentaranya; Tuhan bilang itu terlalu banyak. Maka Tuhan menyaring mereka, siapa yang takut dan gentar, silakan pulang. Lebih dari dua pertiga langsung pulang. Lalu dari yang sepuluh ribu itu diseleksi lagi sampai akhirnya tinggal tiga ratus orang, hanya 1% saja. Tetapi yang 1% itu cukup sebab yang 1% itu wholehearted, 100% di dalam semangat, keberanian, kesiapan berperang dibandingkan dengan 30,000 orang yang maju berperang tetapi dengan semangat hanya 1% saja. Setan tidak takut dengan beribu-ribu orang jemaat berbakti. Dia ketawa sebab dia tahu sekalipun sepuluh ribu orang datang berbakti hari itu jiwa mereka cuma punya kekuatan 1% bersedia berperang bagi Tuhan. Tetapi dia takut dengan hanya satu orang yang dengan cinta pekerjaan dan doa dan bersedia sampai mati dipukul habis-habisan tetapi semangat dan kegairahan bagi Injil itu 100% ada dalam dirinya dan itu yang menggentarkan Setan.
Di dalam pelayanan kita bisa melihat ketika Tuhan mengutus banyak misionari, sudah diutus pergi berpuluh-puluh tahun ke satu daerah tidak ada satu jiwa pun yang percaya Tuhan dan dibaptis, goncangan yang diberikan adalah: apakah Injil ini punya kekuatan dan kuasa yang sanggup bisa merubah orang? Tidak perlu tunggu sampai beberapa puluh tahun, setelah baru saja dua tahun murid-murid ikut Yesus, mereka mulai gelisah dan mendesak Petrus untuk bertanya, "Guru, kami sudah meninggalkan segala sesuatu untuk ikut Engkau. Apa yang kami dapat sebagai gantinya?" (Matius 19:27). Sdr dan saya ikut Tuhan sudah berapa lama? Di dalam momen-momen hidupmu pernahkah ada keluar kalimat yang sama, ada perasaan seperti itu, ada hal yang menggoncangkan hati kita. Pada waktu kita merasa apakah peperangan berjuang bagi Tuhan, bagi pelayanan, itu bermanfaat atau tidak; apa yang sudah saya lakukan bagi Tuhan kenapa belum mendapatkan hal yang sebanding dengan pengorbanan yang aku berikan? Dan itulah goncangan ketidak-damaian di dalam hati kita. Itulah goncangan yang bisa mendatangkan ketakutan, kegalauan dan kekuatiran dan di tengah persoalan, kesulitan dan penderitaan yang datang silih berganti, dia bisa pakai itu semua melemahkan semangat kita, membuat hati kita terluka karena Iblis membisikkan bahwa Tuhan sudah tidak sayang lagi kepadamu dan akhirnya membuat kita malas di dalam mengikut Tuhan. Kami semua begitu lemah adanya, begitu gampang digelisahkan oleh semua suara-suara Setan itu. Itu sebab Paulus berkata kenapa kita perlu memakai kasut untuk melindungi kita dari serangannya.
Paulus mengatakan biarlah kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera. Dalam terjemahan bahasa Inggris dikatakan, "Your feet fitted with the readiness that comes from the Gospel of peace.: Atau kalau mau diterjemahkan lebih tepat: berkasutkan kerelaan yang datang dari Injil damai sejahtera. Kata "kerelaan" yang dipakai oleh Alkitab terjemahan Indonesia sangat baik. Ini adalah satu kata yang memang tidak mudah untuk diterjemahkan karena hanya muncul satu kali yang bahasa Inggris menerjemahkannya dengan kata "readiness" bicara tentang aspek kesiapan hati kita, kerelaan hati kita. Ada dua hal mungkin bisa kita lihat dari kata ini, kita menjadi antusias, kita menjadi bersemangat karena Injil damai sejahtera itu yang memberikan dorongan itu kepada kita. Atau kita juga bisa mengartikan ini adalah berarti Paulus mengatakan bagaimana kita mempunyai kerelaan dan antusias to bring the Gospel of peace itu kepada orang lain. Bisa dua arah. Anak saya suka memakai bahasa anak muda "mager" alias malas bergerak. Dua tahun pandemi ini membuat begitu banyak orang Kristen "mager." Mager secara fisik, tetapi mager secara fisik adalah langkah awal kita mengalami mager secara mental dan jiwa dan akan membuat kita mager secara spiritual. Paulus memanggil kita untuk boleh keluar dari gerak untuk kita bisa membawa berita Injil damai sejahtera bagi orang luar. Ingat selalu, kita diselamatkan oleh karena kerelaan Allah dan sukarela Injil kepada kita. Tetapi kita tidak boleh meresponinya dengan sesuka-sukanya kita. Kita harus meresponinya dengan kesiapan dan kerelaan yang sama sebab kita memahami dan apresiasi akan the grace of God sebagai satu hal yang graceful, rela dan sukarela diberikan kepada kita tidak boleh diresponi dengan semaunya kita. "Saya lagi mau, saya lakukan; saya lagi malas, saya tidak lakukan." Tidak boleh kita berespon seperti ini. Itu berarti kita tidak menghargai kemurahan kasih karunia Allah kepada kita. Itu sebabnya respon yang benar terhadap anugerah itu kita akan respon dengan kerelaan, antusias dan sukacita. Tidak ada hal yang lebih besar yang bisa kita korbankan lebih daripada pengorbanan yang Allah berikan bagi kita. Tidak ada pengorbanan yang kita berikan lebih daripada pengorbanan Yesus Kristus yang memberikan tubuh dan darahNya yang begitu berharga dan mulia itu dikorbankan di atas kayu salib. Itulah sebabnya Paulus ingatkan kepada kita dalam bagian ini: pakai kasut itu, jangan tanggalkan. Itu berarti engkau akan senantiasa bersiap diri.
Terakhir, akibat itu semua kita bisa lihat ada dua hal yang seringkali muncul di dalam perasaan yang ada di dalam diri kita: kekecewaan dan tawar hati. Dalam 2 Korintus 4:1 Paulus katakan, "Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini, karena itu kami tidak tawar hati." Kekecewaan bisa muncul dari apa saja; banyak alasan-alasan yang bisa diangkat di sini. Paulus bilang, dalam segala hal kami ditindas, kami dianiaya, kami dihempaskan (ayat 8-9). Dalam banyak pelayanan Paulus menghadapi tantangan, tidak ada buah, diperlakukan dengan tidak benar, dsb. Dalam hidupmu hari ini mungkin ada begitu banyak alasan untuk menjadikanmu kecewa dan tawar hati, tetapi itu tidak boleh mematikan semangatmu. Biar firman Tuhan ini ingatkan kita lagi kita sudah dapat kemurahan Allah itu, anugerah itu, kasih karunia yang berharga itu, itu sebab kita tidak tawar hati. Paulus memberikan rahasia ini. Di dalam perjalanan hidup kita ikut Tuhan kita senantiasa ditopang, dikuatkan, dihibur oleh firman Tuhan sehingga kita tidak pernah takut dan tawar hati karena kita tahu pada waktu kita tertindas kita tidak hancur lebur; pada waktu kita jatuh kita tidak kehilangan pengharapan; pada waktu kita bersedih kita tidak sampai mengalami putus asa yang berkepanjangan sebab Tuhan senantiasa datang dengan firmanNya menguatkan kita.
Yang ke dua sekali lagi Paulus katakan di ayat 16, "Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari." Bicara apa di sini? Bicara soal aging, penuaaan fisik. Itu sesuatu yang tidak bisa kita ubah dan hindari, bukan? Paulus bilang walaupun kami menjadi tua, tubuh fisik kami semakin lemah, kami tidak tawar hati. Sekian lama ikut Tuhan, berpuluh tahun menjadi anak Tuhan, kita tidak boleh kehilangan hati yang antusias cinta Tuhan dan bergairah kepada Tuhan. Kita bersyukur kalau Tuhan memberi kita usia sampai tua dan lanjut, di situ menjadi kesempatan kita menjadi orang-orang tua yang menularkan antusias itu kepada anak-anak muda dan bukan menularkan defeated spirit di dalam pelayanan sekalipun sementara kita melihat banyak hal pelayanan sudah tidak bisa kita lakukan lagi seperti dulu. Tetapi pengalaman kita ikut Tuhan berpuluh tahun seperti kata Musa, banyak air mata dan kesusahan (Mazmur 90:10), tetapi biarlah itu sebanding dengan kebaikan dan anugerah Tuhan (Mazmur 90:15). Ingatkan, ada dua nabi di dalam Perjanjian Lama yang kecewa, tawar hati, enggan, mager, duduk diam, tidur, marah-marah dan tidak mau pergi, itulah nabi Elia dan nabi Yunus. Iblis tidak perlu membunuh orang-orang seperti ini; Iblis hanya membunuh spirit semangat dari anak-anak Tuhan dan melumpuhkan mereka. Hari ini firman Tuhan tidak ingin sdr dibunuh secara perlahan oleh pekerjaan Iblis. Bangkit, gairahkan diri dan bersedia mengasihi dan melayani Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati kita, hari ini biar kita memasang sepatu kerelaan, antusias, kecintaan dan hati yang siap bagi Tuhan. Biarlah damai sejahtera Tuhan dan Injil yang telah memerdekakan kita itu menjadi Injil yang tidak pernah pudar keindahannya, daya cinta dan kasihnya di dalam hati setiap kita. Firman Tuhan yang indah dan hidup itu mengingatkan kepada kita kemenangan itu sudah ada di dalam Kristus, dan biarlah kita pakai semua senjata-senjata kebenaran Tuhan di dalam hidup kita.(kz)