Senjata Rohani Allah Bagimu (3)

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Efesus 6:16

"Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat" (Efesus 6:16). Perisai iman adalah salah satu perlengkapan senjata rohani yang Paulus berikan sebagai ilustrasi dari perlengkapan yang dipakai oleh tentara Romawi dalam peperangan melawan musuh. Jelas pada waktu Paulus bicara mengenai perisai, itu bukan perisai yang dipegang pada waktu menghadapi peperangan secara kombat satu lawan satu tetapi perisai yang bentuknya persegi panjang seperti pintu yang dipakai oleh tentara Romawi untuk melindungi mereka dari serangan anak panah dari jarak jauh. Mari kita bayangkan dalam medan peperangan, ketika musuh menyerang dengan panah-panah berapi dengan asap yang tebal dan gemuruh api dari panah api yang beterbangan di sekitar mereka, para tentara harus berlindung di balik formasi perisai yang bersusun rapat. Di situ mereka tidak bisa melihat apa-apa, hanya sedikit saja celah yang ada di depan sementara komandan dari setiap grup pasukan ini akan berseru: "Bertahan! Maju! Tetap pasang perisaimu, jangan lepas! Rapatkan baik-baik! Terus maju! Kita pasti menang!" Pasukan tentara itu dengan penuh keberanian dan kekuatan berlindung di balik perisai sambil terus berjalan maju. Itulah gambaran dari perisai iman yang disebutkan oleh Paulus di sini.

Dan perhatikan Paulus mengajak kita melihat peperangan rohani ini bukan sebagai single fighter tetapi peperangan yang hanya baru bisa dimenangkan jikalau semua tentara itu mempunyai hati yang sama; sebab peperangan dengan menggunakan formasi perisai perlu kerja sama; kalau ada satu orang saja kabur maka musuh bisa menyerang dari situ. Satu pasukan berjalan maju bersama tentu membutuhkan keberanian, kesungguhan dan kekompakan. Komandan bilang: Jangan takut! Jalan terus! Move forward! satu orang saja mulai gemetar dan panik, mulai mau lihat sekitarnya, itu yang terjadi menjadi titik lemah musuh menyerang.

Dalam perjalanan hidup kita menghadapi serangan dari Iblis, ada kalanya kita hanya bisa melihat dari satu lubang yang kecil di depan, di tengah asap yang tebal, lalu kemudian timbul ketakutan dan keraguan apakah ini jalan yang harus kita jalani? Kenapa kita perlu senjata perisai iman? Berarti ada sesuatu dari iman itu yang menjadi antidote penawar racun yang disebarkan Iblis di dalam hati kita menimbulkan ketidak-percayaan [unfaith and untrust] dalam hidup kita. Rasul Petrus memberikan nasehat yang sangat mirip bicara soal bagaimana menghadapi Iblis musuh kita, di situ dia bicara mengenai iman berkaitan dengan dua karakter dan sifat kita. "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama" (1 Petrus 5:6-9). Dalam dua ayat terakhir [ayat 8-9] kita bisa melihat relasi bagaimana melawan Iblis yang bagaikan singa yang mengaum-aum, yang mencari momen dan saat yang tepat untuk menerkam di saat yang kita tidak sangka dan duga untuk dia menelan kita. Lawan dia dengan iman yang teguh. Dalam dua ayat yang di depan [ayat 6-7] kita bisa melihat sebagai kontras mengapa kita perlu lawan dia dengan iman? Ada dua hal yang terjadi di dalam kondisi dan hidup kita dan di situ Petrus bicara mengenai persoalan hati yang galau, gelisah dan kuatir yang perlu kita bereskan di hadapan Tuhan. Petrus bilang, rendahkanlah dirimu, bicara mengenai kesombongan di dalam diri kita. Yang ke dua, kekuatiran dan ketidak-percayaan kepada Tuhan dan pemeliharaanNya.

Maka poin yang pertama, pada waktu Paulus katakan dalam peperangan rohani ini kita perlu mengenakan perisai iman menghadapi serangan yang tidak habis-habisnya dari panah api yang ditebarkan oleh si Jahat dan apa yang perlu kita lawan lebih dulu adalah peperangan di dalam batin ini, menghadapi suara-suara negatif yang berbicara dalam hati kita sementara kita harus terus maju ke depan sekalipun kita tidak lihat tetapi itulah iman, bersandar penuh kepada janji Allah dan tahu Allah yang berjanji itu tidak pernah bersalah dan berdusta. Kita adalah orang-orang yang sangat sulit untuk percaya kepada orang lain dan tidak gampang untuk sepenuhnya trust kepada Tuhan.

Pada waktu Setan datang mencobai Hawa, Setan tidak bilang: Kenapa kamu tidak makan buah itu? Bukankah buahnya enak dan bentuknya bagus? Setan bilang: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kejadian 3:1). Jadi pertama-tama inti daripada pencobaan Setan adalah menebarkan benih ketidak-percayaan dan kecurigaan kepada firman Allah; bukan kepada buahnya. Setan bilang kemudian: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat" (Kejadian 3:4). Kenapa Tuhan larang kamu makan buah itu? Karena Dia takut kamu nanti sama seperti Dia. Percakapan selesai. Setelah hari itu, setiap kali melihat buah itu, Alkitab mencatat: "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian" (Kejadian 3:6). Makin dipandang buah itu kelihatannya makin menarik, kelihatannya enak. Lalu Hawa makan buah itu. Di situlah Setan berhasil menanamkan benih ketidak-percayaan dan kecurigaan kepada kebaikan Allah. Itulah dosa kita.

Kenapa orang seringkali kuatir, gelisah, dan galau? Apakah karena dia minder, kurang percaya diri, atau sebenarnya dia sombong? Ayat ini menunjukkan orang itu penuh dengan kekuatiran bukan karena dia tidak percaya diri, tetapi dia tidak mau percaya [trust] kepada Tuhan. Kekuatiran itu terjadi karena dia tidak mau menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Dia hanya bersandar kepada diri sendiri. Luar biasa firman Tuhan mengingatkan itu adalah akar daripada dosa kita. Iman itu adalah sebuah respon yang tepat; yang menyerahkan tangan kita kepada Dia dan percaya Dia yang di atas itu pasti tanganNya akan memegang kita dan Dia tidak akan melepaskan. Iman itu adalah satu perjalanan yang terus maju walaupun kita hanya bisa melihat di depan cuma melalui sebuah celah yang kecil dan kita mungkin menjadi kuatir dan takut lalu akhirnya justru di situ kita menjadi kalah. Petrus pernah bilang kepada Tuhan Yesus, "Sekalipun aku harus matu bersama-sama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau" (Matius 26:35); "Biarpun mereka semua akan lari, aku tidak. Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak" (Markus 14:29). Itulah kesombongan Petrus. Murid-murid yang lain lari kocar-kacir, aku tidak. Yesus mengingatkan Petrus, "Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu" (Lukas 22:31-32).

Keluaran 16:11-20 mencatat peristiwa setelah bangsa Israel keluar dari Mesir dan sedang berjalan di padang gurun Zin menuju ke gunung Sinai terjadilah sungut-sungut gerutu yang mengatakan, "Waktu di Mesir kami bisa makan daging tetapi sekarang engkau membawa kami ke tempat yang kering ini supaya kami mati di sini?" Maka kemudian Tuhan menyatakan pemeliharaanNya dengan memberikan kepada mereka manna dan burung puyuh. Tetapi bagian ini menarik; jelas di atas Musa sudah mengatakan perintah Tuhan: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya. Ini bukan bicara soal banyak atau sedikit. Ada yang harus ambil banyak karena anggota keluarganya banyak; ada yang hanya ambil sedikit karena anggota keluarganya sedikit. Tetapi ada orang yang karena tamak lalu mengambil sebanyak-banyaknya, lebih dari kebutuhan mereka sehingga ada yang tersisa sampai pagi, maka jadi berulat dan berbau busuk. Musa menjadi marah karena di situ mereka tidak percaya perkataan Tuhan; itu problemnya. Pada waktu kita mulai tidak percaya, maka kita gelisah dan kuatir. Kita tidak mau menyerahkan hidup kita di dalam pertolongan Tuhan dan kekuatan yang Dia berikan; di situlah ketidak-percayaan kita. Yang ke dua, bukan saja hati kita penuh dengan gelisah dan kuatir, tetapi kita juga menjadi orang yang lack of love; kita menjadi orang yang kurang peka melihat kesulitan orang dan memberi bantuan; kita menjadi orang yang tidak empati dan simpati kepada orang dan kita tidak generous memikirkan pekerjaan Tuhan dan memberi persembahan dan memberikan lebih daripada apa yang kita punya. Orang Israel ini pada waktu mereka ambil banyak, mereka tidak pikir bahwa yang lain mungkin tidak dapat, padahal akhirnya malam itu banyak yang tersisa dan besok paginya makanan itu menjadi busuk berulat dan tidak bisa dimakan lagi. Itu adalah cara Tuhan mendisiplin mereka. Sekali lagi pemberian manna ini adalah mujizat yang luar biasa. Sdr dan saya tidak bisa mengertinya. Yang pertama, itu bukan makanan dari sini sehingga "expiry date"-nya menurut cara Tuhan. Yang mereka ambil setiap hari dari hari hari pertama sampai ke lima, besok pagi kelebihannya akan busuk berulat. Tetapi Tuhan menyuruh mereka hari ke enam ambil ekstra porsi untuk hari ke tujuh karena di hari ke tujuh manna itu tidak turun. Dan ajaibnya, manna yang mereka simpan buat hari ke tujuh tetap fresh dan tidak busuk. Itulah mujizat Tuhan; expired tidak pakai pengawet. Itu bicara bukan soal mujizatnya saja tetapi bicara soal janji Tuhan, pemeliharaan Tuhan, dan kita dipanggil untuk percaya.

Serangan Setan menebarkan panah-panah api adalah panah yang terus menggoncangkan hatimu sehingga tidak percaya kepada Tuhan. Setiap minggu kita menyatakan "Pengakuan Iman" aku percaya kepada Allah, jangan sampai pengakuan iman itu hanya sebagai kredo yang keluar dari mulut saja tanpa menjadi sesuatu satu hidup yang penuh trust kepada Tuhan. Berjalan dengan iman bukan berarti kita tidak pikir dan merencanakan apa yang di depan tetapi bicara soal bagaimana kita kita tidak berusaha untuk menggenggam hidup kita dan hanya memikirkan diri kita sendiri dan kita tidak berani menyerahkan hidup kita di tangan Tuhan.

Pada waktu kita bilang kita percaya Tuhan dan menjalani hidup yang trust kepada Tuhan, dua hal ini menjadi checklist kita pada hari ini. Pertama, apakah saya selalu hidup penuh dengan gelisah, kuatir, kita tidak pernah puas terhadap apa yang kita punya dan selalu membanding-banding kepada orang lain kenapa dia mendapatkan yang lebih baik? Kita dikasih yang terbaik seperti itu pun dalam hidup kita jikalau akarnya soal yang di hati ini tidak puas, tidak akan pernah membuatmu puas. Checklist nomor dua: Do you lack of love in your life? Bagaimana dengan pemberian kita bagi rumah Tuhan, bagi pelayanan dsb, bagaimana dengan bantuan kita kepada orang yang membutuhkan, bagaimana dengan pengorbanan kita? Itu adalah satu sikap hidup yang berjalan dengan iman.

Sinclair Ferguson dalam bukunya "Maturity" mengatakan mengapa serangan Iblis di sini digambarkan oleh firman Tuhan sebagai panah-panah berapi, jelas kita bisa melihat ini bukan sekedar panah yang ditaruh api tetapi kalau pakai bahasa kita sekarang itu seperti bom granat yang dilontarkan musuh kepada tentara Romawi. Efeknya ada dua: ketika api itu menyerang dari berbagai arah membuat mereka menjadi panik. Itu ciri Setan menyerang dengan panah berapi yang ditujukan untuk menimbulkan kepanikan dan kegelisahan di hatimu. Maka Sinclair Ferguson mengatakan kita perlu perisai iman di situ. Serangan ke dua bukan saja menciptakan ketakutan dan kekuatiran tetapi panah-panah api yang tiba-tiba menembus masuk itu kemudian menghasilkan sesuatu respon kepanikan [sheer terror]. Apa yang terjadi pada waktu seseorang mengalami panik rohani? Kita bisa melihat dari pergerakan ada orang kabur dan lari mendadak secara fisik. Ada dua panik yang kita secara rohani yang kemudian membuat kita putus asa, serangan itu menjadi suara-suara negatif yang datang ke dalam pikiran kita [I am useless, I am hopeless, dsb]. Pikiran itu begitu gelap dan menjadikan seseorang tidak punya pengharapan dan mengambil nyawanya sendiri dengan bunuh diri. Ke dua, muncul kemarahan yang begitu besar [rage] dan orang itu kemudian bisa membunuh orang lain dan tiba-tiba penyesalan terjadi setelah itu. Kita mungkin tidak membunuh orang, tetapi dalam kemarahan itu mungkin kita mengatakan sama seperti isteri Ayub, "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayub 2:9). Terkadang pada waktu menemani orang yang mengalami sakit yang berkepanjangan ada momen kita bisa berdoa sama-sama, ada momen dimana dia masih mempunyai hati dan pengharapan kepada Tuhan, ada momen kegelapan terjadi dan dia bilang: "Sudah, tidak usah doa lagi, buat apa? Doa tidak doa, tidak ada bedanya!" Momen-momen seperti itu mungkin menakutkan dan menyedihkan bagi keluarga tetapi itu bisa terjadi dalam titik paling nadir dari hidup orang dan menjadikan dia murka dan marah kepada Tuhan dan orang lain. Sehingga Sinclair Ferguson mengatakan kita harus waspada dengan serangan Iblis ini. Beda sekali serangan panah api dari si Jahat dengan pencobaan yang datang dari diri. Pencobaan yang ada dalam diri adalah sesuatu yang datang secara gradual, tidak datang secara tiba-tiba tetapi kita yang memeliharanya sehingga akhirnya kita jatuh kepada pencobaan itu dan itu biasanya melewati sebuah proses. Tetapi serangan daripada Setan yang seperti panah api itu bisa menjadi serangan yang tiba-tiba datang membuat kita marah, kita pergi meninggalkan gereja, sama sekali tidak mau baca Alkitab dan tidak mau berdoa. Kita menjadi skeptik dan acuh tak acuh kepada Tuhan. Itu yang terjadi. Jikalau itu kita alami, kita tahu itu bisa terjadi mendadak dan itu harus kita sadari sebagai serangan panah api si Jahat. Jikalau tiba-tiba kita merasa putus asa, sampai tidak ada pengharapan lagi, kita harus hati-hati di situ. Bisa jadi itu adalah sebuah serangan yang mendadak datang dari Setan.

Maka Paulus bilang pakai terus perisai iman, percaya dan trust kepada Tuhan. JanjiNya itu bukan bergantung kepada perasaanmu, bukan kepada fenomena hidupmu. Dua hal itu seringkali yang mempengaruhi dan kita pikir itu yang menjadi penentu dalam hidup kita padahal Alkitab mengatakan fenomena yang baik, melihat mujizat pun tidak bisa menjamin bahwa kita bisa tetap kuat dan teguh, bukan? Demikian juga pada waktu kita mengalami satu fenomena yang begitu berat tidak berarti Tuhan meninggalkan kita. Dalam 2 Korintus 5:4-10 Paulus berkata, "Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup. Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita. Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat, tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya,  sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat." Pengalaman Paulus ini adalah journey yang sama yang akan kita alami. Di sini Paulus menaruh sebuah motto sebagai motto bagi perjalanan hidup setiap anak Tuhan: we walk by faith, not by sight. Itulah motto hidup kita. Bukan perasaan kita yang menentukan perjalanan itu; kita bisa merasa guilty, kita bisa merasa sedih, kita bisa kecewa, dan kita tidak bisa pegang iman dan bertanya: Why me, God? Seperti rasul Petrus tadi mengatakan selain ada kekuatiran dan ada kesombongan dalam diri kita, Petrus mengingatkan: Sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Kita kadang berpikir hanya kita sendiri yang mengalami serangan itu. Kita pikir hanya kita yang melayani Tuhan segiat-giatnya. Kita bisa digoda menjadi sombong hanya saya sendiri yang berjuang dan berkorban bagi Tuhan. Atau sebaliknya: kenapa hanya saya sendiri yang melayani Tuhan? Kenapa hanya saya sendiri yang mengalami kesusahan seperti ini sedangkan anak-anak Tuhan yang lain hidupnya lancar-lancar saja? Itu membuat kita menjadi putus asa dan kecewa. Itu sebab ayat ini penting mengingatkan kita: sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. Kita tidak sendiri. Semua orang Kristen di segala masa menghadapi problem yang sama, pergumulan yang sama, penderitaan yang sama.

Martin Luther pernah berkata, "Faith is the acceptance of God's acceptance." Itulah trust, itulah faith. Kita seringkali mencoba melakukan sesuatu supaya kita diterima Allah; saya mau menjadi apa dulu supaya saya bisa dipandang layak diterima Tuhan. Paulus mengatakan di Efesus 2:8-9, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." Semua itu adalah kasih karunia, kita terima itu karena dan melalui iman kita kepada Yesus Kristus. Bawalah firman Tuhan pada hari ini, satu pesan yang sederhana saja: pakai perisai iman. Tetapi itu betul-betul menjadi kalimat firman Allah yang menyembuhkan apa yang menjadi persoalan di dalam hati kita masing-masing; membereskan hati kita yang terlalu sombong yang tidak mau menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Mari kita koreksi diri kita; kalai kita hidup penuh dengan kekuatiran, dan gara-gara itu akhirnya kita tidak pernah peduli dan kita lack of love kepada gerejaNya dan kepada orang lain, belajar dan beranilah hidup berjalan dengan iman dalam hidupmu. Learn to sacrifice, untuk memberi, untuk memiliki kepuasan diri, untuk bisa tidur nyaman, memuji Tuhan setiap hari dan ketika sesuatu yang buruk terjadi selalu jaga hati kita, jangan kita menjadi panik dan akhirnya mengambil tindakan yang merugikan diri kita dan diri orang lain. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.(kz)

Previous
Previous

Senjata Rohani Allah bagimu (4)

Next
Next

Senjata Rohani Allah Bagimu [2]