Senjata Rohani Allah bagimu (4)
Ringkasan Khotbah
Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Nats: Efesus 6:17
Kita bersyukur kita hampir sampai kepada bagian-bagian terakhir dari surat Paulus kepada jemaat Efesus ini. Surat ini begitu kaya dan sarat dengan pengertian yang dalam tentang penebusan Kristus dan oleh kasih karuniaNya Tuhan telah memanggil kita menjadi umat tebusanNya dan menjadi laskar Kristus bagi Injil damai sejahtera kepada dunia ini. Dalam perjalanan hidup kita menjadi umat Tuhan Paulus mengingatkan di situ kita menghadapi berbagai serangan dan pencobaan dari musuh yang selalu berusaha menjatuhkan dan mengalahkan kita yaitu Iblis. Jelas Paulus mengatakan bahwa peperangan kita bukan menghadapi darah dan daging tetapi peperangan kita bersifat spiritual dan roh-roh yang kita hadapi itu tidak kelihatan namun begitu kuat kuasanya dan mempunyai taktik yang begitu luar biasa. Kita tidak bisa melihat Iblis dengan mata jasmani ini, serangannya terkadang bisa begitu samar, tetapi terkadang bagaikan panah-panah berapi yang dahsyat dan begitu menakutkan. Itulah sebabnya kalau hanya berdasarkan kekuatan kita sebagai manusia yang memiliki segala kelemahan ini, kita tidak mungkin bisa menang. Kemenangan itu hanya bisa kita peroleh di dalam kuasa daripada Yesus Kristus. Paulus mengatakan kita pasti menang dengan satu syarat kita mengenakan segala perlengkapan senjata rohani dari Allah untuk melawan dia.
Alkitab memperlihatkan bagaimana Iblis memakai berbagai cara dan usaha dalam menyerang anak-anak Tuhan. Dengan melihat aktifitas Iblis secara langsung di dalam Alkitab setidak-tidaknya kita belajar menjadi waspada bagaimana cara Iblis bekerja dan bagaimana kita melawannya. Dalam Kejadian 3 Iblis mencobai manusia pertama Adam dan Hawa dengan menaburkan benih keraguan kepada pribadi Allah. Setan bilang kepada Hawa: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat" (Kejadian 3:4). Di situlah Setan berhasil menanamkan benih ketidak-percayaan dan kecurigaan kepada kebaikan Allah. Hal yang ke dua kita bisa melihat dari pencobaan Iblis kepada Adam dan Hawa adalah tidak selalu dia menyerang secara frontal; lebih sering dia melakukan serangan dalam bentuk penyesatan yang membutakan dan memberikan tawaran yang begitu menggiurkan. Engkau bisa lepas dari kontrol Allah dan hidup independent, tidak lagi bersandar kepada Allah; engkau bisa menjadi tuhan atas hidupmu sendiri. Kita seringkali tergoda dalam menghadapi kesulitan dan tantangan apakah betul Tuhan itu berkarya di dalam hidup kita, maka kita coba lakukan sendiri, cari jalan sendiri karena dengan demikian baru kita bisa survive. Pada waktu Iblis mendengar Allah memuji Ayub sebagai seorang yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah, Iblis mendakwa Ayub: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu" (Ayub 1:8-11). Kita bisa melihat cara pekerjaan Iblis di situ mengambil dan merampas berkat Ayub; mengambil dan merampas orang-orang yang dikasihi dalam diri Ayub; mengambil dan merampas kesehatan Ayub dengan tujuan melalui pencobaan itu apakah betul Ayub akan tetap setia kepada Tuhan?
Maka melihat betapa dahsyatnya usaha Iblis menyerang dan menjatuhkan kita, Paulus mendesak kita untuk berdiri teguh, mengambil senjata-senjata rohani yang diberikan Allah setiap hari, setiap waktu. Dan hari ini sampailah kita kepada dua perlengkapan senjata rohani yang rasul Paulus tuliskan di dalam Efesus 6:17. Paulus berkata, "Dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh" (Efesus 6:17). Kata "ketopong" itu adalah pelindung kepala [helmet] yang dipakai oleh tentara Romawi untuk melindungi bagian kepalanya.
Mari kita bayangkan disiplin seorang tentara yang hendak maju berperang. Tentara itu akan bersiap sekalipun harus bangun tengah malam atau menjelang pagi, bangunlah dia jam berapapun terompet panggilan itu berbunyi. Sesudah bangun, dia pakai tunic baju dalam, lalu pakai ikat pinggang dan kemudian memasang baju zirah. Baju zirah mempunyai fungsi melindungi bagian organ-organ yang penting di dalam khususnya jantung dan paru-paru. Sesudah mengenakan baju zirah, tentara itu mengenakan kasut atau sepatu untuk melindungi kakinya. Dengan ilustrasi ini Paulus memberikan pengertian spiritual apa perlengkapan senjata yang kita miliki ini. Ikat pinggang kebenaran [belt of truth] bicara mengenai identitas kita oleh kebenaran Injil dan melalui keselamatan di dalam Yesus Kristus yang kita terima bahwa Ia telah mati bagi dosa-dosa kita yang telah membebaskan kita dari kuasa si Jahat yang menjadikan kita milik Tuhan. Baju zirah kebenaran [breastplate of righteousness] bicara mengenai apa yang Yesus kerjakan dan lakukan itu mendatangkan sesuatu keyakinan yang kuat di dalam hatimu bahwa engkau adalah milik Kristus. Itu sebab engkau perlu memakai baju zirah itu. Yang ke tiga tentara Kristus mengenakan kasut atau sepatu. Berarti dia bersiap sedia menjadi seorang tentara dengan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera atau dalam terjemahan Inggris: the readiness of the Gospel of peace. Ini adalah satu hal yang paradoks yang luar biasa. Semua peperangan dunia ini adalah peperangan yang menghasilkan kekacauan dan merusak kedamaian; semua pertempuran menghasilkan kerusakan; semua pertempuran menciptakan kehancuran; tetapi hanya peperangan rohani di dalam Yesus Kristus itu adalah peperangan bagi Injil yang membawa damai sejahtera. Sehingga kita dipanggil memberitakan Injil bukan menciptakan permusuhan dengan orang walaupun dia tidak setuju, walaupun orang itu menentang, tetap kita menjadikan itu adalah the Gospel of peace. Sekalipun orang menghina pelayanan kita, orang yang menolak pelayananmu, itu tidak boleh menjadikan kita tidak melihat Injil yang kita bawa harus menjadi Injil yang memberikan damai sejahtera. Kita bersiap sedia, kita tidak pernah malas dan enggan, kita tidak menjadikan penolakan itu menghambat kita. Kita tahu kita perlu memakai kasut itu karena Iblis akan bekerja menghambat dan membuat kita enggan untuk melakukan pelayanan bagi pekerjaan Tuhan. Iblis akan menaburkan satu benih racun yang mungkin bisa melumpuhkan kita. Itu bicara mengenai 100% komitmen hati kita. Bukan berapa banyak tentara yang membuat peperangan itu berhasil tetapi berapa siap dan committed-nya tentara itu yang menentukan peperangan itu berhasil. Sehingga sekalipun ada 30,000 tentara menyertai Gideon, Tuhan bilang itu masih terlalu banyak, sehingga akhirnya tinggal 300 orang saja tersaring, hanya 1% tetapi fully committed 100%. Itu arti kata kasut kerelaan.
Setelah memakai kasutnya, maka sang komandan memberikan beberapa hal: pertama, perisai iman [the shield of faith] yang akan melindungi tentaranya dari serangan panah-panah berapi. Itulah perisai iman yang Tuhan beri kepada kita. Dalam perjalanan iman kita sebagai anak Tuhan kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, kita belum melihatnya namun kita percaya bahwa perisai ini akan menjaga dan melindungi kita ketika panah-panah api yang secara mendadak tiba itu mungkin bisa menciptakan kepanikan dan kekuatiran kepada kita. Yang ke dua, dia memberikan ketopong dan memasangnya di kepala tentaranya. Inilah the helmet of salvation. The helmet of salvation bicara mengenai keselamatan, bagi kita Tuhan perlu memberi hal itu menjadi satu konfidensi dari Allah bahwa kemenangan terakhir sudah di tangan kita. Apa yang Yesus kerjakan mendatangkan damai sejahtera dalam hatimu bahwa engkau telah dibenarkan oleh iman dan sekarang melalui ketopong keselamatan itu kita diberi keyakinan kita pasti menang, kita pasti akan selamat. Helmet itu akan melindungi bagian yang paling penting yaitu kepala kita. Engkau boleh pulang perang dengan cacat tubuh tetapi dengan helmet itu kamu pasti pulang dengan tidak binasa.
Dalam 1 Korintus 15:56-57 Paulus berkata, "Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." Ada dua musuh besar kita yang Paulus bicarakan di sini, dua musuh yang kita tidak bisa kita hindari selama kita tinggal dalam dunia ini yaitu dosa dan kematian. Tidak ada satu pun di antara kita yang bisa terhindar daripada kematian. Sekalipun kemajuan dunia medis sekarang ini bisa memperpanjang hidup pasien, namun tidak bisa membuat dia luput daripada kematian. Semua kita tidak bisa hidup selama-lamanya; semua kita suatu hari akan mati. Ayat ini berkata, "Hai maut dimanakah sengatmu?" Dosa itu tidak bisa kita tolak mendatangkan kematian kepada kita. Tetapi ayat ini menjadi ayat kemenangan kita: "Syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." Kita bersyukur kepada Allah karena kemenangan itu sudah pasti. Dan bagaimana saya bisa yakin akan hal itu? Karena hari kemenangan itu sudah terjadi. Kristus sudah menang di dalam peperangan itu. Itulah sebabnya kita konfiden ikut Dia, kita percaya kita pasti menang di dalam peperangan rohani itu. Pada saat yang sama pada waktu kita diberikan ketopong keselamatan itu bukan saja menjadi sebuah konfidensi bahwa kita akan berhasil di dalam peperangan itu, kita juga tahu peperangan rohani kita mirip seperti satu perjalanan yang akan kita jalani sampai akhir. Penulis Ibrani bukan menggunakan ilustrasi mengenai peperangan tetapi menggunakan ilustrasi kita seperti seorang yang lari maraton yang menjalani satu perlombaan yang panjang dalam Ibrani 12:1-2 "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah." Dalam pertandingan itu, biar mata kita selalu tertuju kepada Yesus. He is the author and perfecter of your faith; Dia yang menjadi awal imanmu, Dia pasti menjadi yang menyempurnakan dan menyelesaikan sampai akhirnya. Hanya dengan fokus kepada Dia, menjadikan Dia sebagai panutan kita, mengikuti jejak dan teladan daripada Yesus Kristus dan mengingatkan kepada kita Panglima kita itu sudah menang mengalahkan Iblis. Bukan itu saja, Ibrani 12:1 mengingatkan kepada kita ada orang-orang yang dulu ada sebelum kita ada sudah selesai menjalani peperangan mereka dan sekarang mereka ada di sekeliling kita melihat engkau dan saya berjalan menyelesaikan peperangan itu. Apa lagi yang kita takutkan? Apa lagi yang menghambat kita? Ketopong keselamatan itu mengingatkan kepada kita, kita pasti menang.
Selanjutnya ketopong keselamatan itu berfungsi melindungi satu organ yang paling penting di dalam tubuh kita yaitu otak kita, pikiran kita. Dengan menaruh ketopong keselamatan itu di kepala kita secara praktis dalam hidup kita sehari-hari, kita memikirkan dan merenungkan firman Allah dengan baik-baik dan dia menjadi hal yang melindungi kepala kita. Pada waktu ada pikiran-pikiran negatif yang meragukan akan kasih Tuhan, penyertaan dan pemeliharaan Tuhan, itu hanya bisa kita lawan dengan menaruh firman Allah yang benar itu di dalam diri kita. Dalam Filipi 4:8-9 Paulus mengatakan apa yang perlu kita taruh di dalam pikiran kita terus, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu."
Terakhir, setelah mengenakan ketopong keselamatan, Paulus mengatakan pakailah pedang roh dan itu adalah firman Allah. Dalam bahasa Yunani di sini Paulus memakai kata yang lain yaitu kata "rhema." Kita tahu kata "firman" di Alkitab umumnya memakai kata "logos." Sdr mungkin pernah mendengar kata ini atau ada hamba Tuhan berdoa seperti ini: "Tuhan, biarlah firmanMu hari ini menjadi rhema bagiku." Saya kurang setuju doa yang seperti itu karena doa seperti ini ada indikasi rhema lebih tinggi posisinya daripada logos. Tetapi saya setuju jikalau doa "Tuhan, biarlah firmanMu hari ini menjadi rhema bagiku" ini adalah satu kerinduan kita tidak ingin menjadikan apa yang kita dengar atau yang kita baca dari Alkitab itu hanya sampai di permukaan saja. Logos dan rhema adalah dua kata yang saling bergantian di dalam penggunaannya untuk kata "firman." Dengan memakai pedang roh yaitu firman Allah Alkitab mengingatkan kepada kita firman itu tidak boleh datang dan hanya kita dengar dengan sambil lalu saja. Pedang roh yaitu berarti firman itu adalah firman yang dijadikan berkuasa oleh Roh Allah. Ibrani 4:12 mengatakan, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati."
Pedang itu berfungsi untuk bertarung satu lawan satu dalam jarak dekat. Tentu kita tidak menggunakan pedang itu seperti seorang butcher mencincang ke sana-sini, tetapi memakai pedang itu untuk satu kali tusuk. Itu berarti jadikan firman Allah itu masuk menusuk sampai ke dalam hati dan pikiranmu. Firman Allah itu hanya bisa masuk ketika kita lembutkan hati kita dan ketika kuasa Allah menjadikan firman itu hidup di dalam hidupmu. Kenapa kita perlu bergumul dengan firman Tuhan setiap hari? Kenapa kita perlu membaca Alkitab kita? Bukan hanya untuk menyelesaikan program saat teduh kita selesai baca; kita perlu baca, kita perlu renungkan, kita perlu resap firman Tuhan itu dalam-dalam. Setiap kali mendengar firman Tuhan pertanyakanlah dalam hati kita masing-masing apa yang Tuhan mau melalui firman hari ini merubah hatiku, mendorong aku melakukan sesuatu yang menyukakan hati Tuhan, menyingkirkan flek dosa kecemaran yang harus saya buang dari hidupku, apa yang membuat saya harus lebih sungguh lebih taat kepada Tuhan, itu tujuan yang paling penting. Kita orang yang gampang lupa. Kita harus terus setiap hari diingatkan oleh firman Allah. Bukan saja merenungkan, kita harus hafalkan, karena di dalam waktu-waktu tertentu sdr perlu dan itu menjadi ayat yang mengingatkan dan menguatkan kita.
Pada waktu kita ada kesempatan mari kita baca Alkitab sama-sama, berdoa sama-sama secara komunitas sekali dalam seminggu, itu bukan untuk melelahkan sdr, itu bukan sekedar program gereja, tetapi kita merindukan itu menjadi satu momen tempat dimana firman Tuhan itu tidak asal-asalan kita dengar, tidak sambil lalu dalam hidup kita tetapi meresap sedalam-dalamnya sampai ke sumsum dan ke dalam hati sanubari kita. Sdr boleh mendengarkan khotbah-khotbah yang baik, mendengarkan podcast yang baik, membaca artikel-artikel yang baik, renungan yang baik, pakailah itu semua dengan satu tujuan melaluinya biar firman Tuhan itu betul-betul menjadi pedang roh dalam hidup kita. Kenapa perlu? Sebab itulah bedanya peperangan melawan Setan kalau Setan menyerang memakai panah-panah api, itu datang secara tiba-tiba, ditembakkan dari jauh, sdr perlu perisai iman untuk melindungi diri. Tetapi untuk pertempuran satu lawan satu itu adalah pergumulan yang kita hadapi setiap hari. Ada momen peperangan itu mau tidak mau kita bertarung satu lawan satu dengan dia dan itu bukan pertarungan yang selesai satu hari; itu membutuhkan konsisten dan pertahanan.
Kenapa Tuhan sengaja bergumul dengan Yakub dari sore sampai menjelang pagi? Bukankah sekali pukul saja Yakub pasti kalah? Tuhan sengaja melakukan itu supaya Yakub mengerti apa artinya bergumul dan menang di situ. "Namamu tidak akan disebutkan lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang" (Kejadian 32:24-28). Ia menyelesaikan persoalan itu dengan bergumul bersama Tuhan. Kita bersyukur terkadang banyak hal dalam hidup kita di situ Tuhan jawab dan berikan jalan keluar dengan seketika, tetapi terkadang kita mengalami proses bergumul dan menanti pertolongan Tuhan, proses itu penting. Kadang-kadang kita pikir buat apa membaca firman Tuhan, buat apa berdoa, begitu lama berdoa tidak ada hasilnya, apa manfaatnya, dsb. Tiap minggu kita datang ke gereja, buat apa? Itu semua adalah hal-hal yang tidak kelihatan hasilnya dengan segera namun menjadi hal-hal yang esensial yang menopang hidup kita. Musuh kita tidak akan pergi, dia akan terus menerus cari kesempatan menyerang, sehingga kita perlu pedang roh itu. Pertanyaan saya adalah apakah kita menerima firman Tuhan dengan menaruhnya di dalam hati kita? Iblis tidak akan takut kalau kamu menakut-nakuti dia dengan Alkitabmu. Orang yang kerasukan setan kamu tempeleng dengan Alkitab tidak kabur dia. Alkitab tidak menjadi kata-kata yang kosong dan mati tetapi firman yang hidup dan berkuasa.
Dan bukan saja kita mendengar dan menyimak firman Tuhan dengan sungguh-sungguh, penulis surat Yakobus mengingatkan kita perlu melakukan firman itu dalam hidup setiap hari, "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya" (Yakobus 1:22-25).
Bersyukur kita telah menyelesaikan satu seri bicara mengenai perlengkapan senjata rohani yang harus kita pakai seumur hidup kita. Kita tahu hanya dengan mengenakan perlengkapan senjata ini baru kita bisa menang di dalam peperangan rohani itu. Kiranya firman Tuhan bertumbuh dalam hidup kita, merubah, mendorong dan mengajak kita untuk boleh mencintai dan mengasihi Tuhan lebih dalam lagi.(kz)