Pray for Every Opportunity
Ringkasan Khotbah
Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.
Nats: Efesus 6:18-24
"Pray for Every Opportunity," berdoalah bagi setiap kesempatan yang Tuhan beri kepada kita untuk menyatakan Injil kabar baik kepada orang yang belum percaya. Ini adalah tema yang terakhir dari kalimat Paulus kepada jemaat Efesus dalam perikop terakhir sebagai salam penutup suratnya, "Dalam segala doa dan permohonan berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara. Supaya kamu juga mengetahui keadaan dan hal ihwalku, maka Tikhikus, saudara kita yang kekasih dan pelayan yang setia di dalam Tuhan, akan memberitahukan semuanya kepada kamu. Dengan maksud inilah ia kusuruh kepadamu, yaitu supaya kamu tahu hal ihwal kami dan supaya ia menghibur hatimu. Damai sejahtera dan kasih dengan iman dari Allah, Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai sekalian saudara. Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa" (Efesus 6:18-24).
Bagian yang kita baca ini jelas bicara mengenai satu hal yang penting yang menopang kehidupan spiritual kita yaitu doa. Dan sangat unik sekali Paulus tidak memasukkan doa sebagai salah satu perlengkapan senjata spiritual yang harus kita pakai. Dalam bagian sebelumnya Paulus mengingatkan kepada kita perjalanan kita di dalam hidup menjadi anak Tuhan itu adalah satu perjalanan ikut Kristus sebagai Gembala yang menggembalakan kita. Dalam perjalanan itu kita menghadapi hal-hal yang naik turun, kita menghadapi kesusahan dan kesulitan tetapi di situ kita juga menikmati padang rumput yang hijau. Tetapi ada kalanya perjalanan itu Paulus katakan sebagai sebuah peperangan rohani yang luar biasa karena Iblis, musuh kita akan berusaha menyerang dan menjatuhkan kita. Maka Paulus katakan pakailah seluruh perlengkapan senjata Allah menghadapinya. Perlengkapan itu adalah perlengkapan yang diberikan oleh Allah untuk memenangkan peperangan itu. Kita tahu perjalanan kita adalah bukan karena melihat tetapi percaya [walk by faith, not by sight]. Kadang-kadang kita takut dan kuatir benar tidak dalam perjalanan ini kita bisa menang, kata Tuhan melangkah dulu dan kita percaya kalau kita melakukannya dengan benar, kita melakukannya dengan tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri, Tuhan pasti akan menyertai kita. Kita dipanggil untuk siap sedia setiap hari, dan di situ kita perlu dikuatkan oleh firman Tuhan. Firman yang tidak boleh hanya kita dengar sambil lalu saja, tetapi firman yang kita dengar dan kemudian meminta kita bertanya: apa yang Tuhan ingin kita kerjakan, apa yang Tuhan ingin kita ubah dari hidup kita saat ini, apa janji Tuhan yang harus kita pegang. Kita bersiap diri dengan tameng perisai iman, kita bersiap dengan memasang ketopong melindungi kepala kita, kita bersiap dan setelah semua perlengkapan itu kita kenakan, jangan sampai kita jatuh tertidur. Tidak ada gunanya semua perlengkapan itu kita pakai, bukan?
Maka Paulus katakan, "Dalam segala doa dan permohonan berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus." Dalam segala hal, dalam setiap kesempatan, all perseverance, all times, ada empat kata "all" muncul: all times, all prayers and supplication, all perseverance and all saints bicara mengenai doa di sini. Itu sebabnya doa tidak menjadi senjata, tetapi doa menjadi kekuatan yang datang dari dalam, yang membuat kita senantiasa waspada dan fokus. Doa dikaitkan dengan kewaspadaan, doa dikaitkan dengan kesadaran. Yesus mengatakan berjaga-jagalah (Matius 26:41). Dalam bagian ini Paulus juga mengatakan hal yang sama menjadikan doa sebagai hal yang penting adanya. Doa itulah sebagai saluran penghubung kepada Allah sumber kekuatan kita. Paulus ingatkan bahwa doa itu mempunyai dimensi vertikal sebelum kita bicara doa dalam dimensi horisontal. Di dalam segala hal, di dalam doa dan permohonan, berdoalah di dalam roh. Ini poin pertama yang akan kita lihat. Pada waktu Paulus bicara mengenai doa di dalam roh di sini, ini adalah satu kesadaran yang kita senantiasa harus ingatkan baik-baik. Ada banyak aktifitas yang kita kerjakan dalam hidup kita sejak pagi hari kita bangun, kita mandi, kita makan, kita berdoa, kita bekerja, kita berpikir, kita berencana, kita rutin melakukan itu semua. Tetapi pada waktu kita berbicara mengenai doa, pada waktu kita datang ke gereja, kita berdoa, kita datang beribadah, itu bukan sekedar aktifitas yang kita kerjakan dan lakukan. Doa itu bukanlah sekedar program gereja; doa itu bukanlah persekutuan doanya itu sendiri, doa itu bukanlah soal pokok-pokok doa yang kita doakan walaupun kita tahu doa itu bicara soal pokok doa, doa itu bicara mengenai persekutuan doa, doa itu bicara mengenai program gereja bagaimana menggiatkan kita berdoa. Tetapi doa bukanlah semua itu. Doa pertama-tama Paulus bicara mengenai hidup yang penuh dengan Roh. Berarti doa dikaitkan dengan pekerjaan daripada Roh Allah sendiri membawa kita sadar bahwa kita sedang berjumpa dengan Tuhan. Ibadah minggu kita bukan sekedar sebuah ritual agama saja yang kita programkan. Ibadah minggu itu bukanlah satu aktifitas yang kita kerjakan dengan kita datang, kita menyanyi, kita mendengarkan firman Tuhan, membawa anak kita ke sekolah minggu, lalu kemudian kita berbakti sama-sama dsb. Ibadah minggu kita yang pertama-tama senantiasa harus ingat dan sadar pada waktu kita masuk ke dalam gedung gereja ini adalah momen saya mau berjumpa dengan Tuhan. Kesadaran itu penting sebab di ayat 20 Paulus ingatkan apa yang menjadi identitas dia sebagai utusan Yesus Kristus [I am the ambassador of Christ]; kita tahu ambassador atau duta besar itu menjadi perwakilan dari sebuah negara ke negara lain dimana dia diutus, dan pada waktu dia dipanggil menghadap kepala negara, itu adalah sebuah perjumpaan dengan siapa yang kita harus berjumpa adanya. Sehingga Paulus pada waktu bicara mengenai berdoa dalam roh, dia tidak berbicara mengenai satu model doa yang berbeda dengan doa yang biasa kita panjatkan tetapi dia memberitahukan kepada kita Roh Kudus menolong kita karena pada dasarnya setiap kita melakukan segala sesuatu itu penuh dengan kekurangan dan kelemahan. Maka dalam Roma 8:26-27 Paulus katakan sebenarnya roh kita tidak tahu bagaimana berdoa tetapi Roh Allah yang ada di dalam diri kita mengerti hati kita dan mengerti hati Tuhan sehingga Roh itulah yang memampukan kita berdoa dan Ia pun berdoa bagi kita dengan kata-kata yang tidak terucapkan dan Allah mendengar dan mengetahui apa isi hati dari Roh Allah itu. Maka berdoa dalam Roh berarti sebuah doa yang kita ucapkan menjadi perjumpaan pertama kita dengan Roh Kudus. Berdoa berarti Roh Allah menggerakkan kita supaya kita bisa datang menghampiri Dia sebagai Tuhan yang seperti apa yang kita kenal. Jikalau doa kita itu hanya bersifat horisontal kita dimana kita baru berdoa ketika ada masalah, kita baru berdoa kalau ada pokok-pokok doa, kita baru berdoa kalau sedang hadir di dalam persekutuan doa, kita akan kehilangan aspek kekayaan doa. Bukan berarti semua itu tidak penting tetapi itu adalah aspek horisontal doa. Tetapi pada waktu kita menyadari bahwa doa itu adalah satu perjumpaan dengan Tuhan, memahami siapa Dia akan menghasilkan kekayaan kata-kata doa kita akan berlimpah.
Dalam sejarah Gereja kita menemukan berbagai jenis doa yang disampaikan begitu limpah dan indah dengan kata-kata penyembahan dan pujian kepada Allah. Dalam era Puritan, seorang hamba Tuhan bernama Matthew Henry menuliskan "the Book of Prayer" menjadi buku doa yang ditulis untuk mendorong dan mengajak orang Kristen memiliki disiplin doa pagi, doa siang hari dan doa malam. Dan kita bisa melihat itu seperti pola doa yang dicatat dalam kitab Mazmur ada mazmur doa pagi hari dan doa pada malam hari. Pada waktu Paulus ingatkan kepada jemaat untuk berdoa setiap waktu dengan doa dan permohonan yang tidak putus-putusnya sebenarnya itu bukan menjadi kewajiban secara legalistik menjadikan momen itu kita berhenti daripada segala aktifitas untuk kemudian kita pakai waktu itu untuk berdoa, saya percaya tidaklah harus seperti itu. Tetapi pada waktu kemudian kita mengabaikan akan hal itu, kita menyadari akhirnya justru membuat kita lalai di dalam disiplin doa dan akhirnya tidak pernah menjadikan doa sebagai sebuah momen disiplin yang indah dalam hidup kita. Disiplin doa lima waktu dari orang Islam, disiplin doa dalam biara-biara Katolik, itu adalah tradisi yang baik bukan menjadi kebanggaan pentingnya dan harus kita contoh dan tiru untuk lakukan tetapi menciptakan disiplin waktu doa tertentu setiap hari saya rasa adalah sebuah kebiasaan yang baik untuk mengingatkan kita dan menyadarkan kepada kita bahwa apa yang kita kerjakan dan lakukan di dalam waktu hidup kita itu bukan soal diri kita tetapi bagaimana Tuhan Allah itu ada di dalamnya.
Bagaimana hidup doamu? Berapa kali engkau berdoa dalam sehari? Berapa lama? Apa yang engkau katakan dalam doamu? Kenapa kita tidak bisa tahan berdoa sekian lama? Pertama mungkin kita merasa kekurangan prayer point, kita tidak berdoa karena kita tidak melihat apa yang kita doakan kita tidak melihat ada kekuatan kuasa doa, dsb. Semua ini menjadi kondisi dan fenomena kehidupan spiritual kita dalam doa, bukan? Mungkin kita doa pagi hari dengan cepat-cepat sebelum melakukan segala aktifitas dan malam hari kita berdoa dengan sepintas lalu selesai. Dan setelah kita tengok setahun ini tentang kehidupan doa kita masing-masing, sudah limpahkah kekayaan doa kita? Apa saja yang kita doakan? Apakah lingkaran doa kita mencapai "all saints" atau lingkaran doa kita hanya seputar diri kita, anak-anak kita, keluarga kita, lewatkah kepada saudara dan teman di gereja atau lingkarannya meluaskah kepada orang-orang yang melayani di gereja setiap minggu? Lingkarannya meluaskah kepada gembala dan hamba Tuhan yang melayani di gerejamu? Lewatkah lingkarannya kepada hamba Tuhan yang pernah sdr kenal dan melayani di masa lalu? Lewatkah lingkarannya kepada orang-orang kudus di tempat-tempat lain? Saya bukan hanya mendorong sdr memperkaya hidup doamu tetapi ini juga menjadi dorongan bagi hidup doa saya sendiri. Mari kita menjadikan firman Tuhan hari ini menjadi retrospeksi kepada diri kita masing-masing.
Matthew Henry mengatakan kalimat ini: "Whatever you do and wherever you go, search for abundance reason to pray and praise." Hamba Tuhan ini meninggal dunia pada usia sekitar 52 tahun, masih cukup muda. Isterinya yang pertama meninggal dunia bersama anaknya pada saat melahirkan. Dan dengan isteri yang ke dua, tiga anak mereka meninggal pada saat dilahirkan. Dia memiliki seorang ayah yang mencintai Tuhan, sebagai seorang puritan yang ingin memurnikan gereja menghadapi struktural dan juga hal-hal yang ungodly atau unbiblical dalam pelayanan di Anglican church pada tahun 1600-an, membuat akhirnya dia diberhentikan dari pekerjaannya dan dikeluarkan dari gereja pada waktu itu. Mereka kemudian berbakti di rumah berkumpul bersama beberapa orang lain menjadi house church. Itu kesan yang luar biasa dari kehidupan Matthew Henry melihat akan hal itu dan ayahnya berdoa bersama keluarganya sehingga doa menjadi hal yang penting bagi hamba Tuhan ini dan dia menjalani satu hidup yang luar biasa penuh dengan kesusahan dan penderitaan.
Kalau kita menyadari kita dipanggil untuk berdoa dalam setiap waktu, kita akan mendoakan all prayers, akan membuat kita mendoakan all perseverance, akan membuat kita mendoakan all saints. Tetapi jikalau doa kita hanya berputar di dalam lingkaran yang kecil, berdoa hanya bagi persoalan kita sendiri, maka akan membuat jiwa kita menciut, kita tidak akan pernah tekun di dalam doa kita dan kita hanya akan berdoa sesekali saja, dan tidak akan berdoa bagi orang lain. Tetapi pada waktu kita membuka lingkaran lebih luas, kita akan mengalami keluasan itu memenuhi hati kita. Itulah sebabnya kenapa Paulus katakan selanjutnya, "Berdoalah untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara." Paulus minta didoakan supaya dalam setiap kesempatan yang terbuka dia bisa menyampaikan berita Injil di dalam penjara dengan berani, dengan tepat, dengan kata-kata yang jelas. Dia berdoa untuk setiap kesempatan yang terbuka. Ini adalah sebuah doa yang sangat mencengangkan kita. Pada waktu kita mengalami sakit, kesusahan dan penderitaan, tidaklah salah kita berdoa bagi kelegaan dan kesembuhan. Tetapi Paulus mengajak kita tidak berdoa berhenti sampai kepada kelepasan dan kesembuhan diri. Dia mengajak kita melihat bagaimana di dalam semua itu untuk mendoakan kesempatan yang ada di dalam semua yang terjadi dia boleh memakai semua itu meninggikan dan memuliakan Tuhan dalam hidupnya.
Ini adalah sebuah doa yang sangat mencengangkan bagi kita oleh sebab Paulus sama sekali tidak mengekspresikan sikap mengasihani diri. Di sini kita melihat indikasi Paulus masih melihat ada kesempatan-kesempatan yang terbuka bagi dia untuk mengabarkan Injil dan dia sungguh berharap kesempatan itu dia bisa menyampaikan kabar baik dan pengharapan dalam Kristus. Nanti dalam surat-suratnya yang terakhir Paulus menyatakan kondisinya dalam penjara di Roma dimana pintu kesempatannya semakin kecil dan semakin kecil dan di situ dia katakan semua orang meninggalkan dia, termasuk teman-teman sepelayanannya itu bukan karena dia mengasihani diri sendiri, tidak ada ekspresi kekecewaan atau kepahitan, ekspresi antipati dan kecewa kepada orang lain yang tidak peduli dan tidak memikirkan dia. Tidak ada ekspresi untuk memohon Tuhan segera melepaskan dia dari penjara, tetapi justru dia berdoa bagi segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya kiranya boleh menjadi misi Allah melalui dia kepada orang untuk boleh percaya kepada Tuhan. Dengan demikian di dalam penjara dia bukan hanya berdoa agar Tuhan menjaga dan melindungi dia, bahkan melepaskan dia dari penjara, tetapi dia juga berdoa bagi serdadu-serdadu yang bertugas menjaga dia supaya ada kesempatan terbuka bagi Paulus mengabarkan Injil kepada mereka. kadang-kadang kita tidak menyangka dan menyadari itu. Jikalau kita hanya fokus kepada kesusahan kesulitan kita akhirnya kita melupakan banyak aspek yang lain. Doa kita tidak akan habis-habisnya ketika kita berdoa dalam segala waktu dalam segala doa dan permohonan bagi segala ketabahan dan ketekunan maka doa itu akan menjadi doa yang penuh dengan syukur.
Doa itu penting dalam dua hal. Pertama, doa menjadi penghubung menghubungkan saya dengan Tuhan, tetapi sekaligus yang ke dua, doa juga menjadi penghubung antara saya dan orang atau tempat yang saya doakan. Pada waktu kita misalnya berdoa bagi pelayanan misi dan misionaris, kita mungkin tidak mengenal orang itu dan tempat atau ladang misi yang kita doakan itu, tetapi doa menjadikan kita terhubung dengannya dan kita tidak akan pernah mungkin bisa memikirkan akan pekerjaan di luar itu tanpa kita mulai dengan berdoa baginya. Sehingga walaupun kita tidak kenal kita harus mempunyai hati yang mendoakan semua orang percaya.
Terakhir, saya ingin menutup khotbah eksposisi surat Efesus ini dengan hati yang penuh dengan sukacita dan terharu luar biasa membaca kalimat terakhir Paulus di sini: Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa." Kita bisa merasakan bagaimana ada nada ekspresi emosi Paulus begitu memiliki hati yang mengasihi orang-orang yang mengasihi Tuhan. Itulah perasaan yang sama ketika kita melihat anak-anak kita atau orang-orang yang melayani bukan soal kita melihat giatnya, aktifnya, bakatnya dan talentanya tetapi ada rasa syukur melihat mereka luar biasa mencintai Tuhan. "Grace to all who love the Lord Jesus Christ with an undying love." Dari kalimat terakhir Paulus ini mengakhiri suratnya dengan kata terakhir "undying" seolah menjadi keinginan dia sekalipun suratnya selesai sampai di sini, apa yang tidak akan berakhir yaitu mereka yang membaca surat ini sepanjang masa, mereka akan mempunyai "an undying love" buat Tuhan. Siapa saya yang bisa binasa dan terbatas ini boleh mengasihi Allah dengan kasih yang kekal tidak binasa dan tidak terbatas? Kita tidak mampu, tetapi kalau ayat ini mengingatkan dan memberitahukan kepada kita kasih kita yang terbatas dan sementara dalam dunia ini akan menjadi kasih yang akan diingat oleh Allah yang kekal selamanya, kita seharusnya bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan. Pada saat yang sama ayat ini mengingatkan kepada kita di sinilah sumber kekuatan kita yang tidak ada habis-habisnya. Tubuh kita bisa menjadi tua, fisik kita bisa menjadi lemah dan sakit-sakitan, waktu kita di dunia ini satu kali kelak akan selesai dan habis, tetapi energi kasih yang tidak pernah berakhir itu akan senantiasa berkobar di dalam hati setiap kita.
Paulus menyebutkan seorang hamba Tuhan bernama Tikhikus seorang saudara kita yang kekasih dan pelayan yang setia di dalam Tuhan [beloved brother and a faithful servant] dia tidak menambahkan embel-embel yang lain karena bukan itu yang paling penting. Orang sering lebih melihat hamba Tuhan yang hebat, yang pintar, yang rajin, yang kuat dan segala gelar yang lain yang mungkin bisa membuat kita menjadi minder karena melihat orang itu lebih hebat melayani daripada kita. Tetapi firman Allah mengingatkan kepada kita [seorang yang mengasihi Tuhan dan seorang pelayan yang setia di dalam Tuhan, itu yang paling penting. Pagi ini biarlah setiap kita berdoa kiranya kita mempunyai hati yang seperti itu. Hari ini saya berdoa kiranya setiap kita boleh menjadi seorang pengikut Kristus yang penuh dengan Roh, yang memiliki disiplin doa, dan seorang yang mengasihi Kristus Tuhan dengan kasih yang tidak berkesudahan [men full of spirit, men of unceasing prayer and men who love Jesus with an undying love]. Kiranya Tuhan pimpin hidup kita, menjadikan hidup kita fokus kepada apa yang Tuhan inginkan dan memuliakan Tuhan selamanya.(kz)