Transfigurasi: Keilahian Yesus Dibukakan

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Markus 9:1-13

Markus 9:1-13 adalah satu bagian yang sangat penting yang dicatat oleh Injil Markus sebagai puncak daripada penyataan diri Yesus Kristus kepada murid-murid-Nya. Bagi orang non Yahudi belum pernah membaca Perjanjian Lama, peristiwa transfigurasi ini mungkin tidak sedalam pemahaman orang Yahudi saat mereka membacanya dari kacamata Perjanjian Lama sebab di situ memperlihatkan keberadaan diri Yesus Kristus yang sangat mulia luar biasa.

Seorang apologis Islam bernama Zakir Naik berkata bahwa Yesus tidak pernah mengatakan diri-Nya adalah Allah tetapi hanya pengikut-pengikut-Nya yang menjadikan Dia Allah. Lalu dia tantang orang Kristen untuk menunjukkan dimana bagian di Alkitab bahwa Yesus mengatakan Dia adalah Allah. Bagi saya itu adalah satu hal yang sangat naif sekali karena kita jelas tahu di sebuah pengadilan atau dimana saja, pengakuan seseorang kepada sesuatu tidaklah otomatis membuktikan bahwa dia adalah sesuai dengan pengakuannya. Orang baru bisa menerima pengakuan dia jikalau ada bukti- bukti dan saksi-saksi yang membuktikan bahwa memang dia adalah benar-benar sesuai dengan pengakuannya. Ciri-ciri, bukti dan tanda-tanda itu justru lebih kuat daripada engkau hanya mengaku siapa dirimu. Sehingga naif sekali kalau Zakir Naik bilang karena Yesus tidak pernah mengaku diri-Nya adalah Anak Allah, berarti Dia bukan Anak Allah. Alkitab memperlihatkan begitu banyak bukti dan tanda dan ciri-ciri yang menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah yang setara dengan Allah Bapa. Di bagian yang kita baca dari Markus 9:1-13 menjadi salah satu bukti yang Yesus nyatakan. Markus mengatakan saat Yesus membawa tiga orang murid-Nya, Petrus, Yakobus dan Yohanes ke atas sebuah gunung, “Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka.” Kata “berubah rupa” dalam bahasa Yunani adalah “metamorphe.” Kita yang belajar Biologi tahu kata ini mempunyai akar yang sama dengan “metamorphosis” yang terjadi dari ulat yang kemudian menjadi kepompong lalu berubah menjadi kupu-kupu. Itu yang kita sebut sebagai metamorfosis. Yesus berubah rupa bukan Yesus berubah menjadi sesuatu yang berbeda, tetapi Ia membawa murid-murid untuk melihat di balik daripada wujud kemanusiaan-Nya yang sederhana, Ia adalah Anak Allah yang agung dan mulia. Peristiwa ini menjadi sesuatu yang penting luar biasa ketika orang Yahudi membaca dan melakukan perbandingan parallel ketika Musa bertemu dengan kemuliaan Allah, saking lamanya perjumpaan dengan Allah itu membuat wajah Musa bersinar (Keluaran 34:29). Tetapi sinar itu hanyalah sementara dan akhirnya pudar juga, demikian kata Paulus dalam 2 Korintus 3:7. Jadi sinar kemuliaan di wajah Musa itu bukan dari dalam dirinya melainkan dari luar karena dia berjumpa dengan TUHAN. Tetapi pada waktu Yesus mengalami metamorphe ini Dia mempertontonkan kepada murid-murid-Nya siapa Dia yang sesungguhnya itu, bahwa Ia adalah Yahweh, Tuhan yang ada di dalam Perjanjian Lama itu.

Seorang Bapa Gereja memberi tafsiran yang sangat unik mengenai transfigurasi Yesus ini. Dia mengatakan, ini adalah momen ketika Yesus, Anak Allah itu di dalam bentuk kemanusiaan-Nya memperlihatkan keIlahian-Nya kepada murid-murid karena mereka tidak mengetahui bahwa di balik dari rupa Yesus sebagai manusia, Ia adalah Allah yangIlahi. Tetapi dalam Perjanjian Lama ada beberapa bagian dimana Allah memperlihatkan dir kepada nabi-nabi di dalam keIlahian-Nya kemudian menyatakan diri dalam bentuk kemanusiaan-Nya. Dalam kitab Daniel, Daniel menceritakan visi yang dilihatnya, “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya” (Daniel 7:13). Ini adalah penglihatan yang dilihat oleh Daniel saat dia melihat kemuliaan Allah, di situ dia melihat Allah dalam rupa seorang Anak Manusia. Kemudian Yehezkiel dalam sebuah penglihatan juga melihat Allah yang duduk di tahta pada saat yang sama Allah mewahyukan rupa kemanusiaan-Nya. Yehezkiel menceritakan vision yang dilihatnya dalam Yehezkiel 1:26-28 “Di atas cakrawala yang ada di atas kepala mereka ada menyerupai tahta yang kelihatannya seperti permata lazurit; dan di atas yang menyerupai takhta itu ada yang kelihatan seperti rupa manusia. Dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke atas aku lihat seperti suasa mengkilat dan seperti api yang ditudungi sekelilingnya; dan dari yang menyerupai pinggangnya sampai ke bawah aku lihat seperti api yang dikelilingi sinar. Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman.” Ini adalah dua ayat penting di dalam Perjanjian Lama yang memperlihatkan munculnya Allah dalam rupa Anak Manusia sebelum Yesus datang ke dunia menjadi manusia. Dalam inkarnasi itu Ia menjadi manusia biasa, lahir di dalam segala kesederhanaan, dikejar dan hendak dibunuh, tidak selamanya Ia melakukan mujizat. Hidup-Nya diliputi dengan kesusahan dan kemiskinan. Ia lapar, Ia tidur, Ia hidup sebagai manusia biasa. Namun di balik kesederhanaan itu, mata murid-murid dibukakan bahwa Yesus orang Nazaret itu sesungguhnya adalah Allah. Ada hal yang unik kita menemukan ada tiga kelompok saksi mata yang menyaksikan transfigurasi itu. Kelompok yang pertama adalah murid-murid Yesus, yaitu Yakobus, Yohanes dan Petrus. Dalam hukum orang Yahudi dikatakan satu perkara itu baru dinyatakan sah dan bisa naik ke pengadilan kalau ada minimum dua orang saksi. Ini ada tiga orang saksi, lebih dari cukup. Maka itulah alasan mengapa tiga orang murid ini dibawa oleh Yesus.

Kelompok ke dua dari saksi mata adalah dua orang yang mewakili Perjanjian Lama yaitu Musa dan Elia. Kenapa Musa dan Elia? Ada beberapa poin yang penting, antara lain yang pertama, ini adalah dua orang nabi di Perjanjian Lama yang sama-sama pernah mengalami perjumpaan dengan Allah di dalam kemuliaan-Nya. Di atas gunung Sinai Allah memperlihatkan kemuliaan dimana Musa hanya bisa melihat bagian belakang dari sosok Allah supaya Musa tidak mati karena kemuliaan itu begitu dahsyat adanya. Di atas gunung Horeb Allah menyatakan diri-Nya kepada Elia dengan cara yang berbeda, bukan dalam kilat dan guntur tetapi dalam angin yang sepoi-sepoi (1 Raja 19:12-13). Yang ke dua, dua nabi ini penting bagi bangsa Israel. Musa adalah nabi yang memimpin orang Israel keluar dari perbudakan Mesir. Di situ terbentuk satu bangsa yang dari tidak ada menjadi ada yaitu bangsa Israel menjadi satu umat yang menyembah Allah. Elia juga berperan penting mereformasi iman umat Allah ketika sudah hampir semuanya menyembah kepada dewa Baal, di situ Elia membalikkan mereka kembali menjadi umat Allah yang setia sehingga kita menemukan dua kesejajaran itu. Yang ke tiga, Musa mewakili kitab Torah dari Perjanjian Lama, Elia mewakili kitab Nebiim dari Perjanjian Lama, sehingga dua orang ini boleh dikatakan menjadi representative keseluruhanPerjanjian Lama. Kita bsa tambah banyak poin lagi dari aspek ini. Yang ke empat, dua orang ini pernah berpuasa 40 hari 40 malam. Yang ke lima, cara kematian mereka unik. Musa secara misterius mati di atas gunung Nebo tanpa ada yang melihatnya dan tidak ada mayatnya sehingga diperkirakan Allah membawa dia naik ke surga tanpa melalui kematian (Ulangan 34:5-6). Demikian juga Elia mempunyai cara kematian yang ajaib dimana Allah menjemput dia dengan kereta berapi (2 Raja 2:11). Dan itu menjadi satu paralelisme yang penting dengan Kristus yang juga akan naik ke atas sebuah gunung dan Ia akan mati dengan cara yang berbeda, mati terhina di atas kayu salib Kelompok yang ke tiga, ketika awan Allah turun ada satu tanda simbolik yang penting luar biasa mengenai kehadiran Allah dimana tiga Pribadi Allah menyatakan diri sama- sama di sini. Markus mengatakan: Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Allah Bapa dan Allah Roh menjadi saksi mata dari pihak Allah menyatakan peristiwa ini. Selanjutnya, apa sebenarnya yang dibicarakan oleh Yesus bersama Musa dan Elia di situ? Lukas 9:31mengatakan: Musa dan Elia menampakkan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian Yesus yang akan digenapi-Nya di Yerusalem. Kata “tujuan kepergian” itu dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani memakai satu kata spesifik yaitu “Exodos.” Kata ini memiliki pengetian teologis yang sarat luar biasa bagi orang Yahudi. Sulit menjelaskan kata “exodus” ini hanya dengan satu kata. Exodus tidak sama dengan “exit.” Di sini Yesus bukan sekedar pergi keluar dari satu tempat menuju Yerusalem, tetapi memiliki makna yang lebih dalam bicara mengenai apa itu Exodus. Ketika orang Yahudi mendengar kata Exodus mereka mengerti bahwa itu adalah momen dimana Allah melakukan sesuatu yang sebetulnya mustahil terjadi yaitu membuat bangsa mereka keluar dari cengkeraman perbudakan Mesir yang super power itu dan melepaskan mereka dari hal yang lama sehingga terbentuklah sesuatu hal yang baru. Di sini Exodus Yesus adalah mengeluarkan umat Allah dari cengkeraman dosa dan membentuk satu umat Allah yang baru yang terbebas dari kematian. Itulah Exodus rohani yang akan dikerjakan oleh Yesus. Saat Yesus berbicara dengan Musa, di situlah Musa baru memahami bahwa Yesus adalah Musa yang ke dua. Musa hanya membawa umat Tuhan keluar dari cengkeraman kuasa Mesir, tetapi Yesus akan membawa umat Tuhan keluar dari cengkeraman kuasa dosa. Musa membawa umat itu keluar dari Mesir kemudian terbentuk menjadi sebuah komunitas baru yang namanya Israel, umat yang menyembah Allah Yahweh. Tetapi Yesus nanti akan membawa umat-Nya keluar dari perbudakan dosa bukan masuk ke Tanah Perjanjian seperti yang dilakukan oleh Yosua tetapi Yesus akan membawa kita ke dalam Tanah Perjanjian kudus Yerusalem baru untuk menyembah Dia, itulah perbedaannya. Jikalau dalam Exodus Musa umat Allah terbebas dari tulah kematian anak sulung dengan darah anak domba dioleskan di ambang pintu rumah mereka, maka dalam Exodus Yesus Kristus, Ia sendiri yang menjadi Anak Domba yang kudus dan yang tak bercacat dimana darah-Nya dicurahkan untuk membebaskan umat-Nya dari kematian. Sampai saat itu murid-murid belum memahami akan hal itu sebab Exodus Yesus itu harus terjadi di Yerusalem melalui satu pintu yang sangat mengerikan dan menakutkan yaitu Yesus harus melewati kematian. Kalau kita hadir di situ saya rasa kita juga akan kaget-kaget seperti Petrus yang kaget- kaget dan tidak tahu mau berkata apa. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Petrus reflek bicara apayang bisa keluar dari mulutnya. Yang ke dua, bisa jadi dia reflek seperti itu karena dia tidak mengerti apa makna yang lebih dalam karena melihat Musa dan Elia hendak pergi, dia jadi takut karena bagi dia kehadiran Musa dan Elia sangat penting akan menjadi satu keuntungan besar bagi pelayanan Yesus. Maksudnya kalau pelayanan Yesus kepada orang-orang Yahudi disertai oleh dua orang ini maka akan menarik sangat besar pengikut dan pasti tidak ada yang akan menolak Yesus. Itu adalah dua sosok yang sangat penting dan perlu. Itu sebab Petrus bilang: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Itu berarti Petrus tidak berpikir bahwa Yesus itu satu-satunya yang manusia perlukan untuk penebusan itu.

Peristiwa selanjutnya setelah Musa dan Elia hilang dari pandangan murid-murid, maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Kehadiran awan itu sangat penting di dalam Perjanjian Lama. Ketika hal yang sama terjadi pada momen transfigurasi Yesus kita bisa lihat asosiasi dengan Perjanjian Lama begitu jelas luar biasa. Kita bisa bandingkan dalam Keluaran 40:34-35 dikatakan, “Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci.” Ini adalah momen dimana Kemah Suci selesai dibuat dan mereka hendak melakukan upacara penahbisan Kemah Suci dan di situ Allah menurunkan awan yang menjadi satu pertanda “Shekinah” kemuliaan Allah di dalam awan-awan itu turun ke tengah umat Allah. Musa tidak bisa masuk ke dalam kemah pertemuan sebab awan yang menutupi itu bukan awan yang sembarangan tetapi itu adalah awan yang begitu pekat dan padat sehingga Musa tidak bisa menerobos masuk melewatinya. Ini menjadi satu penampakan kemuliaan Allah.

Dalam 1 Raja 8:10-11 dikisahkan dalam upacara penahbisan Bait Allah, ketika imam- imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN, sehingga imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN. Shekinah awan kemuliaan Allah juga meliputi Bait Suci Tuhan yang dibuat oleh raja Salomo. Pada momen transfigurasi, awan itu juga turun di dalam diri Yesus Kristus. Ia bukan saja Allah, Ia adalah Kemah Suci Allah karena di situ menjadi satu perlambangan Yesus Kristus adalah tabernakel kita yang sejati.

Dan di tengah awan itu kemudian Allah Bapa berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Kalimat ini adalah penggabungan dari dua ayat dalam Perjanjian Lama dari Mazmur 2:7 "Anak-Ku Engkau!” dan satu lagi adalah kalimat dari Musa sendiri dalam Ulangan 18:15 “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara- saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” Dengan gabungan dua ayat ini berarti apa yang dikatakan di dalam bagian ini menggenapkan apa yang dikatakan dalam Perjanjian Lama mengenai nubuat dari Musa bahwa Allah akan membangkitkan seorang nabi dan umat Allah harus mendengarkan apa yang dikatakannya.

Bagian ini memang menjadi satu bagian yang sarat luar biasa sebagai pembuktian dari Alkitab khususnya dari kitab Injil untuk menyatakan siapakah Yesus itu. Ia adalah Allah yang datang menyatakan diri di dalam kemuliaan-Nya dan Ia akan menggenapkan karya keselamatan itu bagi engkau dan saya. Biar kiranya hati kita sekali lagi diteguhkan dan dikuatkan kepada pengenalan akan siapa Yesus Kristus dengan lebih lagi. Ia bukansekedar nabi biasa. Ia tidak bisa dibandingkan dengan apapun dan siapapun. Ia adalah Allah yang datang bagi engkau dan saya. Ia adalah Tuhan dan Juruselamat kita. Firman- Nya adalah kebenaran yang kita pegang selama-lamanya. Kiranya kita sebagai Gereja yang telah Ia tebus dengan darah-Nya yang mahal dan mulia itu boleh menjadi umat yang senantiasa menyatakan ketaatan penuh kepada Kristus yang adalah Kepala Gereja.(kz)

Previous
Previous

Diagnosa Kesehatan Imanmu

Next
Next

Mengikut Yesus atau Mengatur Yesus