Waspada Ragi Farisi

Ringkasan Khotbah

Pengkhotbah: Pdt. Effendi Susanto STh.

Nats: Markus 8:11-21

Dalam Markus 8:15 Yesus berkata, "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Paralel bagian ini terdapat dalam Matius 16:6 Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan ragi orang Saduki.” Mengapa Markus menyebut “ragi Herodes,” sedangkan Matius menyebut “ragi orang Saduki”?

Ada dua hal kita perhatikan, pertama, sampai kepada Markus 8 ini, Markus belum pernah menyebut mengenai kelompok Saduki, tetapi dia ada menyebut tentang Herodes. Maka wajarlah jikalau Markus mencatat peringatan Yesus untuk murid-murid berhati-hati dengan ragi Herodes. Sebaliknya Matius sudah lebih dulu menyebut tentang kelompok Saduki ini, sehingga penyebutan ini memang mempunyai intention yang berbeda. Yang ke dua, pada waktu itu sebagian dari kelompok orang Saduki itu adalah orang-orang yang berpengaruh dan berada di dalam wilayah politik dan pemerintahan. Dengan sendirinya mereka juga boleh dikategorikan sebagai orang-orangnya Herodes.

Kelompok orang Saduki adalah satu mashab yang berbeda dengan mashab orang Farisi. Orang Farisi kebanyakan adalah rabi-rabi yang berada di sinagoge yang menjadi pengajar-pengajar di antara rakyat, sedangkan orang Saduki lebih kepada imam-imam yang mempunyai kekayaan dan koneksi yang kuat secara politik, yang berpengaruh di dalam Bait Allah. Imam Besar Kayafas dan kroni-kroninya adalah orang-orang Saduki yang sebenarnya hanya peduli kepada jabatan dan pengaruh kuasa politik, tetapi sama sekali tidak peduli pengan pengajaran dan hal-hal yang rohani.

Sehingga di sini saya ingin menggabungkan peringatan Yesus terhadap ragi dari tiga kelompok ini. Pertama, waspadalah terhadap ragi orang Farisi. Ke dua, waspadalah terhadap ragi orang Saduki. Ke tiga, waspadalah terhadap ragi Herodes.

Siapakah mereka ini? Mengapa peringatan ini juga menjadi hal yang sangat relevan bagi kita saat ini?

Secara umum, kata “ragi” dipakai di Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, secara metafora mengacu kepada pengaruh yang bersifat negatif. Maksud daripada metafora menggunakan kata “ragi” di sini membicarakan mengenai sesuatu yang begitu kecil kelihatannya tetapi pengaruhnya itu bisa begitu besar luar biasa. Ragi menggambarkan sesuatu yang bekerja di dalam, yang kalau tidak diwaspadai bisa menghasilkan satu efek destruksi yang besar luar biasa. Itu maksud Yesus dengan peringatan waspadalah terhadap ragi itu. Peringatan untuk waspada terhadap ragi yang kecil itu membutuhkan satu ketekunan dan kepekaan oleh sebab itu sesuatu yang kecil dan samar.

Dalam konfrontasi Yesus dengan orang-orang Farisi kita bisa menemukan begitu banyak hal yang perlu kita waspadai dari ragi orang Farisi dalam hidup kita. Dalam Markus 8:11-13 dikatakan Yesus baru saja selesai dari pelayanan-Nya di daerah Dekapolis dan daerah Dalmanuta atau Magadan dan kembali ke Galilea, orang-orang Farisi sudah menunggu Dia untuk berdebat. Mereka kemudian menantang Yesus untuk melakukan mujizat di depan mereka. Mereka mencobai Yesus, menyatakan sikap yang tidak respek, sikap yang merasa benar sendiri, yang merasa berhak menghakimi apa yang sedang Yesus kerjakan. Dalam catatan Matius, Yesus sangat marah kepada mereka dan segera meninggalkan mereka dan pergi bertolak ke seberang (Matius 16:1-4). Maka tidak heran murid-murid sampai tidak sempat membawa roti untuk bekal di jalan, berarti itu adalah konfrontasi yang besar. Setelah itu murid-murid di atas perahu juga memperlihatkan kebutaan spiritual yang sama; itu sebab Yesus mengatakan: “Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu?” Artinya sudah begitu jelas apa yang Yesus lakukan, begitu banyak orang yang telah disembuhkan dan begitu banyak mujizat yang Yesus lakukan tetapi mereka mengejek dan menghina Yesus dan dengan sinis mengatakan: kami mau bukti, kami mau tanda! Yesus bilang, “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus." Apa maksud dari kalimat Yesus ini? Matius memberi penjelasan: Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Matius 12:40). Jadi kalimat Yesus itu mempunyai arti sekalipun sampai nanti mereka menyaksikan mujizat yang paling besar kebangkitan-Nya dari dunia orang mati, tetap tidak akan memelekkan mata rohani mereka dan membuat mereka menjadi percaya. Itulah konteks sampai di atas kapal kemudian Yesus berkata “waspadalah terhadap ragi orang Farisi.” Yesus memang secara khusus berbicara kepada murid-murid-Nya tetapi pada saat yang sama peringatan Yesus ini juga relevan bagi kita karena kita juga adalah murid-murid-Nya.

Ragi orang Farisi yang pertama adalah mengenai pengajaran mereka, yang dijelaskan dalam Matius 16:12 “Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksud-Nya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki.”

Dalam hal apa ajaran orang Farisi harus diwaspadai? Yang pertama, mereka menciptakan begitu banyak aturan hukum-hukum dan tradisi yang sebetulnya Alkitab tidak sebutkan, lalu kemudian aturan hukum-hukum itu mereka setarakan otoritasnya dengan firman Tuhan. Yang ke dua, mereka menciptakan aturan hukum-hukum dan tradisi yang kemudian menggantikan otoritas firman Tuhan. Yesus pernah menegur mereka dengan keras, "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia” (Markus 7:6-9).

Dan satu hal yang kita lihat ketika Yesus menegur mereka, mereka marah. Mulai dari mempertanyakan dan menghina otoritas Yesus, kemudian bereskalasi mencari cara untuk mencelakakan Dia, dan pada akhirnya berkomplot untuk membunuh Yesus. Hati yang takut akan Tuhan tidak ada pada diri mereka. Sikap seperti ini harus menjadi sesuatu hal yang kita patut waspadai terutama bagaimana sikap kita pada waktu kita berada di dalam posisi sebagai pemimpin, atau kita lebih senior, usia kita lebih tua, atau kita sudah lebih lama ikut Tuhan, menerima teguran dari firman Tuhan yang disampaikan. Sebenarnya hamba Tuhan itu tidak mempunyai intention menyerang pribadi kita, tetapi bisa jadi khotbah-khotbah itu Tuhan pakai untuk menegur, mengoreksi dan membukakan apa yang ada di dalam diri kita tetapi kemudian kita bereaksi menjadi marah dan menjadi personal kepada orang yang menyampaikan khotbah itu.

Bagaimana kita membuang ragi yang satu ini? Takut akan Tuhan itu adalah satu respon yang ditandai dengan kerelaan menerima teguran dan koreksi. Itu dikatakan oleh Zefanya 3:7 TUHAN berkata, “Pikir-Ku: Tentulah ia sekarang akan takut kepada-Ku; ia akan mempedulikan hajaran. Segala yang Kutimpakan padanya tidak akan terputus dari perhatiannya. Tetapi justru makin giat melakukan perbuatan busuk mereka.” Apa artinya “takut akan Tuhan” itu? Ayat ini bukan ditujukan kepada orang yang tidak pernah melakukan kesalahan. Kita adalah orang yang melakukan dosa dan kesalahan, itu sebab Tuhan Yesus perlu memberikan “Doa Bapa Kami,” sehingga kita berdoa: Ampunilah kami akan kesalahan kami. Tetapi poin yang paling penting apakah kita bersedia menerima koreksi dan disiplin daripada Tuhan. Tuhan ingin kita waspada terhadap ragi yang bisa membuat kita menjadi besar kepala, merasa diri paling hebat dan menjadi sombong dan congkak sehingga kita marah terhadap teguran dan bereaksi negatif kepada firman Tuhan.

Yang ke dua, Yesus katakan hati-hati terhadap ragi orang Farisi yaitu kemunafikan mereka. Kemunafikan berarti adalah orang yang sangat pandai sekali memakai topeng kepura-puraan. Kata “munafik” itu dari kata hypocrisy yang diambil dari permainan drama pada waktu itu, dimana sang aktor memakai topeng di wajahnya yang berbeda dengan apa yang di baliknya. Dalam Lukas 12:1 Yesus mengingatkan secara khusus kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.” Kemunafikan tidak bicara mengenai orang Farisi itu tidak spiritual. Kemunafikan orang Farisi itu dikatakan Yesus, "Mereka mengajarkan berbagai aturan hukum dan tradisi tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang” (Matius 23:1-5).

Yesus secara frontal menegur mereka dalam Lukas 14:1-6 ketika Yesus menyembuhkan seorang yang sakit busung air pada suatu hari Sabat di rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ, mereka tidak senang karena mereka bilang Yesus melanggar hukum Sabat. Orang-orang Farisi ini mengajarkan harus hormat dan taat kepada hukum Sabat dan mereka menjadikan itu aturan kepada orang lain. Maka Yesus membukakan kemunafikan mereka: Kalau itu adalah anakmu atau lembumu terperosok ke dalam sumur, apakah kamu tidak segera menariknya ke luar meskipun pada hari Sabat? Arti dari kalimat itu jelas, kalau hal itu terjadi kepadamu, semua aturan yang kamu beri kepada orang lain kamu tidak terapkan kepada dirimu sendiri. Itu arti daripada munafik, double standard.

Kita perlu introspeksi kepada diri kita. Benar, bukan karena kelakuan kita yang membuat kita dibenarkan di hadapan Tuhan, tetapi kita harus terus menuntut diri dan belajar untuk menjadi anak Tuhan yang berani untuk melakukan apa yang firman Tuhan sampaikan kepada kita. Jangan kita menjadi orang Kristen yang selektif hanya mau melakukan firman Tuhan yang kita suka tetapi juga pada waktu firman Tuhan menuntut kita melakukan hal yang mungkin membutuhkan pengorbanan dan komitmen ikut Tuhan seperti itu. Dengan kata lain ini panggilan untuk kita jujur kepada diri kita di hadapan Tuhan, jujur dengan orang-orang lain di sekitar kita, dan belajar untuk saling menyatakan pergumulan yang ada dalam hidup kita masing-masing dan mari kita bertumbuh sama-sama. Itu artinya kita tidak hidup secara munafik.

Yang ke tiga, Yesus katakan hati-hati terhadap ragi orang Farisi yaitu kecintaan mereka kepada uang dan materi. Pada waktu Yesus mengingatkan untuk tidak mendua hati menyembah Allah dan menyembah mamon, Lukas 16:14 mengatakan: Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Yesus. Ini adalah satu ayat yang luar biasa karena ayat ini memperlihatkan kepada kita satu kontras apa yang dilakukan oleh orang-orang Farisi secara eksternal yang nampaknya penuh dengan pengorbanan dan spiritual aktifitasnya, ternyata di dalam hati mereka adalah hamba uang. Ini adalah satu bagian yang kita senantiasa harus waspada. Kita tidak boleh dengan alasan untuk dipakai bagi pelayanan tetapi dengan tujuan untuk mengumpulkan uang yang banyak bagi diri sendiri. Yesus mengatakan hati-hati kepada aspek ini, karena ini adalah ragi yang berbahaya.

Selanjutnya ada dua ragi lagi yang harus kita waspada yaitu ragi orang Saduki dan ragi Herodes, kita bisa lihat similar dan tumpang tindih. Saduki adalah sebuah mashab yang sangat liberal di dalam teologinya. Mereka hanya menerima Lima Kitab Musa dan tidak menerima kitab-kitab yang lain. Yang ke dua seperti yang disebutkan dalam Kisah Rasul 23:8, orang Saduki mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan dan tidak ada malaikat atau roh, artinya mereka tidak percaya kepada hal-hal atau dunia supernatural. Maka mereka sebenarnya tidak terlalu peduli kepada Yesus yang melakukan pelayanan sampai kepada titik ketika mereka mulai sadar pengaruh daripada Yesus mungkin bisa mengobrak-abrik pengaruh kuasa politik, baru kemudian mereka bereaksi. Selama Yesus hanya mengajar dan orang banyak mengikuti ajaran-Nya, mereka tidak peduli. Berarti dengan kata lain ragi dari orang Saduki dan ragi Herodes sama-sama memiliki sikap tidak peduli kepada hal-hal rohani.

Dan ragi daripada Herodes itu adalah ragi keduniawian. Kita bisa lihat kenapa berkali-kali dia memanggil Yohanes Pembaptis dan kenapa dia kepingin memanggil Yesus, karena dia mau menjadikan mereka entertainment yang bisa membuat dia ketawa-ketawa. Kita lihat pada waktu Herodes memasukkan Yohanes Pembaptis ke dalam penjara, Alkitab memberi kita indikasi ini, di satu sisi dia kepingin dengar, di sisi lain dia menertawakan pengajaran Yohanes Pembaptis. Hal yang sama nanti pada waktu dia berjumpa dengan Yesus. Dalam Lukas 23:8-11 dikatakan, “Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apapun.”

Ragi Saduki dan ragi Herodes ini berbahaya oleh sebab secara lahiriah secara penampakan eksternal mereka masih memakai jubah agama. Mereka bukan orang Ateis. Tetapi mereka sama sekali masa bodoh dan tidak peduli kepada Tuhan dan hal-hal rohani. Ini bisa terjadi kepada begitu banyak orang Kristen dewasa ini. Itu yang diangkat oleh nabi Zefanya dalam Zefanya 1:12 “Pada waktu itu Aku akan menggeledah Yerusalem dengan memakai obor dan akan menghukum orang-orang yang telah mengental seperti anggur di atas endapannya dan yang berkata dalam hatinya: TUHAN tidak berbuat baik dan tidak berbuat jahat.” Artinya apa? Secara lahiriah mereka bukan orang Ateis tetapi secara praktis sebetulnya orang Ateis. Mereka bilang: TUHAN tidak berbuat baik dan tidak berbuat jahat. Mereka begitu banyak menerima anugerah dan kebaikan Tuhan tetapi mereka tidak peduli dan tidak memandang itu sebagai kebaikan. Pada sisi lain, mereka bilang: TUHAN tidak berbuat jahat. Ayat ini adalah ayat yang menggambarkan sebuah kondisi rohani yang stagnant, yang masa bodoh, yang cuma angkat bahu, dan yang tidak peduli. Apakah ragi ini ada dalam hati kita? Ketika kita mulai merasa bahwa doa itu tidak lagi menjadi satu bagian yang menyenangkan dan menyukakan kita, itu adalah buah daripada ragi yang menempel dalam hati kita. Ketika kultur ibadah kita juga menjadi stagnant dan hilang sukacita, tidak ada lagi rasa keindahan di dalamnya, hati kita semakin dingin, tidak ada rasa kedekatan dengan Tuhan, kerinduan untuk memuji Dia dengan sukacita, dsb, mungkin ragi itu ada di dalam hati kita. Mari pada hari ini angkat dan buang semua ragi itu. Kiranya Tuhan menolong setiap kita.(kz)

Previous
Previous

Ketika Petrus Memarahi Yesus

Next
Next

Makna Yesus Memberi Makan 4000 Orang